Adinda Bakrie: Saya Ibu, Pengusaha, dan Sosialita

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾- Di sebelah meja kerja, terdapat treadmill yang siap digunakan kapan saja. Ada juga selimut tebal di sofa, dan beberapa buku yang tergeletak di dekatnya.
"Saya selalu punya prinsip 50: 10, jadi 50 menit bekerja harus diselingi dengan 10 menit break. Ini bagus supaya kita tetap fresh dan optimal waktu bekerja," ujar Adinda Andarina Bakrie, atau lebih dikenal sebagai Dinda Bakrie, saat disambangi ²©²ÊÍøÕ¾, Rabu pekan lalu.
Memiliki hampir 300 ribu pengikut di akun sosial media instagram, Dinda lebih dikenal publik sebagai sosialita. Apalagi ia sering tampak memajang fotonya bersama Ramadhania Bakrie, dan mejeng dalam berbagai acara kelas menengah atas.
Tak banyak yang tahu, bahwa Adinda kini sudah kembali ke Jakarta dan dipercaya mengelola bisnis strategis keluarganya di sektor sumber daya alam. Tampilan Adinda saat di kantornya jauh berbeda dengan gaya santainya di instagram, meski begitu ia tetap bisa terlihat modis dan jauh dari kata kaku.
Kami berbincang cukup lama dengan Adinda, mengupas lapis demi lapis sisi lain dirinya yang jarang diketahui publik. Misalnya, ia sangat memberikan perhatian soal peran wanita dan emansipasi.
Tak akan ada yang bisa menduga bahwa thesis yang ia ajukan untuk meraih gelar master psikologinya di Amerika Serikat bertema tentang perjuangan kaum wanita muslim di negeri paman sam. "Mereka menceritakan tekanannya, dan kuncinya memang satu untuk bisa kuat. Selama masih ada dukungan dari orang terdekat, itu sudah cukup untuk mereka tetap bergerak maju," cerita Adinda, bersemangat.
Tiga gelar sarjana kini ia sandang sekaligus, yakni di bidang ekonomi, marketing, dan psikologi. Kembali ke Jakarta, ia dipercaya sebagai Direktur EMP Mining Overseas Pte Ltd yang merupakan anak usaha dari Energi Mega Persada. Bisnisnya akan fokus dengan memburu mineral yang memiliki nilai tambah dan bisa mendukung industri kendaraan listrik.
"Berbulan-bulan ini saya terus belajar, dan ini sangat menantang. Menurut saya tidak ada kata terlambat, prinsipnya selama ada keinginan untuk menyerap dan belajar pasti bisa," jelasnya.
Siapa sebenarnya Adinda Bakrie, status apa yang lebih cocok ia sandang dengan namanya?
Kepada Gustidha Budiartie, Thea Fathanah Arbar, dan fotografer Tri Susilo dari ²©²ÊÍøÕ¾, Adinda Bakrie buka-bukaan tentang minatnya, keluarganya, bisnis, dan gaya hidupnya. Berikut petikan wawancaranya:
Bagaimana ceritanya bisa masuk sektor migas dan energi, apa tantangannya dalam bidang ini?
Tantangannya saat pertama kali masuk dalam bidang ini, saya tahu dunia ini sangat lain. Apalagi ini disebut man's world yang isinya kebanyakan laki-laki. Justru karena saya berbeda (wanita), ini jadi keuntungan saya.
Menurut saya, kalau kita masuk dengan percaya diri dan positif, yang lain juga akan melihatnya sebagai hal yang segar dan baru. Memberikan ide lebih bervariasi, jadi saya yakin mereka juga akan tertarik dengan sudut pandang baru. Kalau orang yang sama semua kan mirip, mungkin pengalamannya yang mirip. Jadi mereka belajarnya di situ-situ aja.
Tetapi kalau ada sesuatu yang baru, seperti ibaratnya saya juga diajarkam dalam sekolah psikolog: lebih baik aktif mendengarkan daripada bercerita terus. Kalau kita lebih condong mendengar akan lebih maju.
Jadi di minyak dan gas ini, saya masuk dengan pemikiran seperti itu. Saya mencoba seperti spons yang menyerap ilmu sebanyak-banyaknya. Baik itu dari karyawan, direksi, stakeholder, semua informasi saya serap. Takes time, tapi tidak perlu merasa insecure atau takut karena kan baru mulai.
Tantangan-nya sampai saat ini sih pasti ada, tapi saya melihat itu semua layaknya pertualangan, journey. Terus belajar technical dari oil dan gas. Itu semua sangat menarik dan tidak perlu menghafal, karena ini kan logika berbisnis saja jadi bisa dijelaskan. Semuanya juga membimbing, tak ada yang arogan. Justru saya masih sangat penasaran dengan sektor ini.
![]() |
Kami sempat lihat postingan Mbak Dinda ngobrol dengan Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto, apa aja yang dibahas?
Kemarin itu kunjungan kerja ke Pagerungan. Jadi EMP itu memiliki 50% working interest di bloknya. Pak kepala SKK Migas datang, juga datang mitra kita dari JAPEX bapak Tanaka yaitu presiden direktur di Kangean Energy Indonesia yang merupakan operator blok.
Jadi mereka datang dan kita mendengar cerita kepala SKK Migas, kita jadi lebih semangat untuk terus menaikkan cadangan , kunjungannya itu juga berhubungan dengan kelarnya pahse kedua dari lapangan terang sirasun.
Karena sudah masuk phase 2, alhamdulillah produksi kita mencapai average per hari 200 MMSCFD. Di sana kita juga mencicip kuliner khas yang lezat sekali. Kami juga bertemu dengan TNI AL, semuanya indah sekali. Saya juga dapat jaket dari situ.
Jadi kalau dibilang tantangan, naik kapal lihat gas plant saya pikir saya beruntung bisa mempunyai pengalaman seperti itu. Enggak semua orang bisa dapat pengalaman itu sambil belajar.
Tanggung jawabnya sendiri di EMP seperti apa?
Kalau mau bercerita tentang EMP, jadi saya itu tanggung jawab saya di bagian komersil, lalu juga acceleration dan korporat communication serta business development.
Karena itu kita ada acara demo di Afrika. Kita punya 7 blok minyak bumi dan gas di Indonesia, 1 blok di Afrika di Mozambique. Itu gas sudah sampai di sana. Tapi fokus saya, karena saya menjabat di EMP mining overseas dibuat untuk menjalani kegiatan pertambangan, mineral. Jadi kita fokus sekarang di mineral graphite.
Sebenarnya graphite di Indonesia ada tapi kualitasnya beda. Graphite itu ada di benua-benua tua. Jadi ada di benua Afrika dan China yang besar-besarnya. Graphite itu untuk semi conductor sebagai gantinya litium yang daya tahannya lebih lama. Untuk mobil listrik nanti akan bisa sangat bagus. Apalagi ke depannya mobil listik akan meningkat permintaanya. Dan kenapa Mozambique karena dia paling banyak punya cadangan di dunia.
Ini sudah sampai fase apa?
Kita sekarang sudah sampai fase pertama. InsyaAllah bulan Oktober sudah mulai eksplorasi. Kalau yang gas sudah sampai di sana.
Berapa target produksi?
Rencananya kita punya 3 tempat di Mozambik yang sudah kita mau eksplor. Jadi 3 tempat itu setelah elsplorasi, baru kita bisa membagi targetnya berapa. Tapi sudah terbukti di sekitar situ sudah banyak.
Kemarin di Afrika juga sempat ngomong kalau kita ke arah situ juga. Soalnya untuk seluler bagus ya. Tapi sekarang kita fokus ke graphite dulu sih. Cuma memang pengen ke situ juga nanti.
Kenapa masih mau terjun ke bisnis pertambangan, ini kan bisnis old school?
Saya setuju. Benar memang bisnis ini tuh bisnis old school. Tapi ada dua hal yang selalu bikin saya semangat dan passionate, pertama adalah belajar terus tanpa berhenti. Lalu, kedua adalah keluarga saya.
Papa saya (Indra Bakrie) sudah bangun bisnis ini dari 2001, dan pesan papa serta almarhum Atuk yakni kakek saya (Achmad Bakrie), semua yang dihasilkan keluarga Bakrie harus bermanfaat buat banyak orang. Makanya dari kecil saya terus diceritakan dan diingatkan seperti itu, walaupun saya sudah merantau ke Amerika. Akhirnya keinginan saya memang bersama keluarga, ikut membantu bisnis Papa dengan cita-cita bisa menciptakan lapangan kerja dan keluarga komunitas yang lebih besar. Dan ini baru 2 bulan saja saya sudah berasa di sini.
Walaupun old school tetapi harus sadar tak boleh stuck di sini, apalagi sekarang sudah ada energi baru seperti solar panel, yang ini mulai kami pikirkan. Semuanya dinamis, tidak ada yang stagnan. Terus membangun apa yang kita punya, tetapi juga harus mindful dan alert apa yang bisa dipanjangkan ke depan.
Jadi dengan adanya ini bukan berarti kita tenang. Terus membangun tetapi juga maklum dengan kedinamisan. Makanya kita ada pertambangan dan energi terbarukan itu masih kita bahas dengan orang-orang di sini apa yang bisa dikerjakan.
Regenerasi tak bisa dihindari, jadi kita lebih alert, tapi bukan alert ketakutan. Tapi lebih kayak mindful. Saya kini generasi ketiga, anak saya generasi keempat.
(HALAMAN KEDUA: Adinda Bakrie Cerita Perannya Sebagai Wanita dan Tips Tampil Cantik)
Simak tips menjadi pengusaha wanita dari Adinda Bakrie di bawah ini
