Penguasa Langit RI: Pelita Air Lahir karena Ada Pertamina

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Sebelum Pertamin dan Permina bergabung dalam Pertamina pada 1968, PN Permina sudah menyadari pentingnya penerbangan dalam mendukung industri minyak di kawasan Indonesia yang sangat luas ini. Pesawat setidaknya bisa membantu mobilisasi pekerja ahli perminyakan dari satu daerah ke daerah lain yang terkait dengan perminyakan.
"Selama tahun 1962, perusahaan mengambil langkah pertama dalam pengembangan layanan udara dengan membeli pesawat pertamanya, sebuah Aero Commander," tulis Anderson G. Bartlett dalam Pertamina; Indonesian National Oil (1972:225). Demi langkah itu seorang kapten pilot dari Garuda Indonesia Airways (GIA) bernama Repon dipekerjakan untuk mengurus pesawat.Ìý
Antara tahun 1962-1963 itu adalah tonggak awal dari Permina-yang lalu melebur dalam Pertamina-dalam membangun bisnis penerbangannya. Armada udara milik Pertamina itu pernah dinamai Pertamina Air Service. Pada 1970, Pertamina serius dengan industri penerbangan dan menjadikan Pertamina Air Service (PAS) menjadi komersil. Nama Pertamina Air Service pun diubah menjadi Pelita Air Service (PAS).
PT Pelita Air Service (PT PAS) secara otonom adalah anak perusahaan dari PT Pertamina (Persero). Perseroan penerbangan ini didirikan dengan akta notaris Tan Thong Kie No. 21 tanggal 24 Januari 1970 dan kemudian disahkan dengan keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. Y.A.5/444/20 tanggal 19 Desember 1974.
Kapten Repon yang pada 1962 mengurusi armada pertama Aero Commander pun menjadi manajer operasi Pelita. Mimbar Kekaryaan ABRI nomor 184 April 1986 (1986:23) menyebut ketika baru mulai dengan nama Pelita Air Service armadaÌýhanya sebuah pesawat baling-baling.
Seiring majunya industri minyak Pertamina armadaÌýbertambah. Tak hanya 73 pesawat, termasuk di dalamnya lebih dari 50 helikopter yang di antaranya tipe puma, Volvo dan Sikorsky.
Helikopter lebih bisa menjangkau proyek tambang yang tidak terpencil dan tidak punya landasan udara lebar untuk pesawat konvensional. Di antara para penerbang helikopter, di antaranya terdapat mantan pilot helikopter TNI yang sudah pensiun dari kedinasan. Indonesia di masa-masa itu kekurangan pilot. Di tahun 1973, Pelita mempekerjakan pilot asing.
Era 1970-an Pelita punya 60 pilot asing dan 73 pilot Indonesia. Di tahun 1980-an pilot asing tersisa 23 orang saja. Tak semua armada yang ada di tangan mereka dikelola sendiri, di antaranya ada yang dipindah ke lembaga lain.
Pelita yang beroperasi jauh dari kota besar, membangun diri sebagai maskapai yang punya kemampuan merawat pesawatnya sendiri hingga di daerah terpencil sekalipun. Terkait kemajuan Pelita dan dunia penerbangan Indonesia, pada tanggal 24 November 1987, sebuah perusahaan lain berdiri.yakni PT Indopelita Aircraft Services (IAS).Ìý
Perusahaan itu lahir dari divisi perawatan Pelita. Perusahaan itu bergerak di bidang jasa pemeliharaan komponen berputar, seperti turbin, kompresor dan pompa, serta layanan umum dan mekanik lapangan. Hingga hari ini setelah lebih dari lima dekade, Pelita Air Service masih ada, meski tidak sebagai maskapai besar yang menguasai banyak rute penerbangan.
TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA
Ìý
(pmt/pmt)