
Studi Buktikan Corona Ubah Perilaku Seks & Asmara

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Sebuah studi mengenai perilaku seks pasca pandemi Covid-19 baru-baru ini dirilis di China. Hasil studi itu mengungkapkan bahwa seks menjadi sesuatu yang 'penting' dalam sebuah hubungan asmara.
Ini terjadi setidaknya di China. Dikutip South China Morning Post, profesor Wang Peixi, dari sekolah keperawatan dan kesehatan di Universitas Henan di Kaifeng menyatakan seks memiliki pengaruh dominan dalam percintaan daripada uang dan usia selama periode penguncian (lockdown) Covid-19 tahun lalu.
Kualitas hubungan seksual bahkan berkontribusi hingga 38% dalam sebuah hubungan. Ini lebih tinggi dari faktor finansial dan faktor tingkat pendidikan.
"Kepuasan seksual sangat erat kaitannya dengan komunikasi antar pasangan ... Ketika kepuasan seksual antar pasangan tercapai, emosi positif dihasilkan, dan perilaku pasangan yang positif ditampilkan," ucap Wang, dikutip Selasa (12/1/2021).
Sebelumnya seks dianggap tidak terlalu berpengaruh dalam hubungan. Namun setelah corona menyebar dan penguncian dilakukan di mana-mana kualitas berhubungan seks menjadi semakin penting.
Tetapi para peneliti China ini mengatakan bahwa temuan mereka tentang hubungan positif antara seks dan hubungan mungkin tidak berlaku di semua tempat. Terutama di negara-negara dengan budaya berbeda.
Satu studi yang dipimpin oleh Dr Gianmartin Cito dari Careggi Hospital di University of Florence Italia juga menemukan bahwa orang Italia melakukan lebih banyak seks selama penguncian. Ini terjadi karena frustasi atau dorongan untuk memiliki anak setelah pandemi usai.
China menjadi negara pertama yang melakukan penguncian setelah virus corona pertama kali terdeteksi di Wuhan. Kota itu selanjutnya diisolasi selama dua bulan lebih dan mobilitas masyarakat ditiadakan.
(sef/sef) Next Article Studi: Pria Lansia Lebih Rentan Terinfeksi Covid-19