²©²ÊÍøÕ¾

Cerita Susi Susanti Melawan Stigma Negatif Jadi Atlet Wanita

Linda Hasibuan, ²©²ÊÍøÕ¾
22 December 2021 19:37
Susi Susanti dan Alan Budikusuma dalam kehidupan nyata. Dalam biopik 'Susi Susanti: Love All', pasangan ini diperankan oleh Laura Basuki dan Dion Wiyoko. (Foto: Dokumen Pribadi)
Foto: Susi Susanti dan Alan Budikusuma dalam kehidupan nyata. Dalam biopik 'Susi Susanti: Love All', pasangan ini diperankan oleh Laura Basuki dan Dion Wiyoko. (Foto: Dokumen Pribadi)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Mantan atlet bulu tangkis wanita Susi Susanti pernah mengalami masa-masa sulit selama menjadi atlet.

Wanita berusia 50 tahun itu mengakui bahwa ia mengenal bulu tangkis sejak usia antara 6-7 tahun dari sang ayah yang memiliki profesi seorang atlet bulu tangkis.

Namun lantaran cedera fisik, sang ayah terpaksa berhenti menjadi atlet bulu tangkis. Ia pun mulai mengikuti jejak sang ayah.

"Saya mengenal bulu tangkis di usia 6-7 tahun, waktu itu ayah saya yang mengenalkan bulu tangkis karena keluarga juga pemain bulu tangkis. Ayah saya yang ingin dan memimpikan menjadi juara bulu tangkis tapi karena cedera jadi pupus. Ini saya meneruskan cita-cita ayah saya," kata Susi dalam Talk Show Hari Ibu 2021, Rabu (22/12/2021).

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa pada masa itu banyak orang berpendapat bahwa perempuan tidak bisa setara prestasinya dengan atlet laki-laki. Itu karena adanya perbedaan kekuatan fisik.

Bahkan, menurutnya pada saat itu, hanya sedikit wanita yang menjadi atlet. Namun hal itu tidak mematahkan semangatnya untuk mengejar mimpinya.

"Berjalannya waktu berlatih memang lebih dominasi kaum pria, mungkin karena banyak keluarga yang kurang mendukung anak perempuannya main bulu tangkis atau jadi atlet karena takut badannya nanti besar," ungkapnya.

"Sempat waktu itu atlet wanita itu sangat sedikit. Saya memulai pada waktu itu untuk bisa berjuang dan saat latihan saya banyak ikuti kejuaraan kecil dan akhirnya bisa masuk ke tim nasional," tambahnya.

Berbagai stigma yang muncul pun tak menghalanginya untuk mewujudkan mimpi. Dorongan Susi untuk berlatih, bahkan dua kali lebih keras dibandingkan laki-laki, untuk bisa dipandang mampu untuk mencatatkan prestasi.

Momentum untuk menunjukkan eksistensi lebih tinggi lagi dapat diraih dengan mencetak prestasi. Terbukti, ia berhasil mempersembahkan medali emas yang paling dikenang bagi Merah Putih pada Olimpiade 1992.

"Saya ikut bermain dan ingin menjadi juara dunia juga. Saya ingat nonton bulu tangkis dan melihat ada juara dan itu menjadi role model saya dan tentunya itu keinginan ayah saya menjadi juara. Saya senang sekali karena impian ayah saya bisa saya teruskan," paparnya.

Tidak hanya itu, sederet prestasi lainnya pun pernah ia kantongi. Beberapa di antaranya yaitu menyabet gelar juara World Championship Junior pada 1985 saat usianya masih 14 tahun, juara Indonesia Open pada 1989, meraih gelar All England pada 1990-1991, dan masih banyak lagi.

Hingga saat ini, sosok Susi Susanti masih terus melegenda di pentas bulu tangkis. Dia selalu menjadi acuan para pebulu tangkis Indonesia dalam menjalani karier dan putri terbaik Indonesia.


(wia) Next Article Kisah Susi Susanti, dari Atlet Sekarang Jadi Pengusaha

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular