
Nilai Euro Anjlok, Turis Amerika Serbu Butik Mewah di Paris

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾Â Indonesia - Nilai mata uang euro jatuh di bawah US$1 untuk pertama kalinya dalam dua dekade pada Rabu lalu. Anjoknya nilai mata uang ini terjadi di tengah kekhawatiran kenaikan harga energi karena perang di Ukraina yang mendorong Uni Eropa ke dalam jurang krisis ekonomi berkepanjangan.
Namun, bagi sejumlah turis Amerika, amblesnya nilai euro adalah 'berkah' tersendiri yang dimanfaatkan untuk berbelanja barang mewah. Seperti yang dilakukan Shawna Wilson, turis asal Colorado, Amerika Serikat, yang memborong empat gaun di department store kelas atas milik LVMH La Samaritaine di Paris.
"Seperti sedang ada diskon di sini" kata Wilson, dikutip dari Reuters, Selasa (19/7/2022). "Karena euro dan dolar hampir sama, jadi pasti mendorong kita untuk berbelanja."
Turis Amerika memadati Avenue Montaigne Paris minggu ini. Mereka memenuhi sejumlah butik mewah, seperti Louis Vuitton, Chanel dan Gucci.
Jennifer Groner, seorang influencer TikTok, berbelanja di Paris pada bulan April ketika euro berada di bawah tekanan dolar.
"Saya belum pernah melihat penurunan harga seperti ini," kata Groner yang membeli tas Birkin keluaran butik Hermes di Paris dengan harga lebih murah US$4.000 dibanding harga jual di Amerika Serikat.Â
"Anda dapat jalan-jalan ke Eropa, menikmati budaya, dan pada saat yang sama membeli tas," ujarnya.
Selain tas mewah Hermes, Groner juga membeli tas tangan dan aksesori dari Prada, Dior, Louis Vuitton, dan Chanel. Secara total, dia mengaku bisa menghemat US$8.000, berdasarkan perhitungannya.
Nilai euro yang lemah menjadi daya tarik besar bagi wisatawan, terutama Amerika. Kondisi ini bahkan dianggap sebagai pendorong pertumbuhan utama untuk sektor barang mewah Eropa pada kuartal kedua, menurut analis dari Barclays.
Bahkan, nilai dolar yang lebih kuat dari euro telah berkontribusi pada kenaikan pengeluaran pariwisata di Eropa sampai empat kali lipat pada Juni 2022, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, menurut analis di UBS.
Prancis dianggap sebagai negara yang paling diuntungkan dari masuknya banyak turis yang berbelanja secara royal.
Penjualan kepada wisatawan di Prancis pada bulan Juni naik menjadi hanya 11,3% di bawah level 2019. Ini merupakan sebuah tanda positif untuk merek mewah Prancis yang memiliki eksposur besar ke pasar dalam negeri mereka, kata analis UBS.
Daya tarik Paris tetap kuat bagi para penggemar barang mewah asal Amerika, meskipun New York juga dipenuhi toko-toko barang mewah asal Eropa.
"Begitu banyak teman saya yang pergi untuk liburan singkat akhir pekan di Paris dan tempat-tempat lain. Dan mereka berbelanja di sana -- karena itulah yang Anda lakukan saat berada di Paris," kata Jennifer Tumpowski, di luar toko utama Gucci di Fifth Avenue New York.
(hsy/hsy) Next Article Lagi Viral di TikTok, Charles & Keith Milik Orang Indonesia?