²©²ÊÍøÕ¾

Gajah Kerdil Pernah Hidup di Indonesia, Ahli Temukan Buktinya

Rindi Salsabilla, ²©²ÊÍøÕ¾
15 January 2023 16:00
Dalam foto yang diambil 14 September 2009 ini, para pekerja bekerja di lokasi penggalian gua Liang Bua tempat ditemukannya sisa-sisa Homo floresiensis di Ruteng, pulau Flores, Indonesia. (AP/Achmad Ibrahim)
Foto: Dalam foto yang diambil 14 September 2009 ini, para pekerja bekerja di lokasi penggalian gua Liang Bua tempat ditemukannya sisa-sisa Homo floresiensis di Ruteng, pulau Flores, Indonesia. (AP/Achmad Ibrahim)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Pada 2003, para arkeolog yang menggali gua di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, Indonesia menemukan potongan fossil dari gajah yang pernah hidup di Flores sebanyak dua kali dan berevolusi menjadi gajah kerdil.

Dilansir dari The New York Times, gajah-gajah kerdil di Flores tersebut sudah punah dan diperkirakan hanya setinggi bahu manusia. Bila dilihat dari spesies terkait di tempat lain di Asia Tenggara, nenek moyang gajah-gajah itu kemungkinan berukuran lebih besar.

Tidak hanya gajah kerdil, penelitian lain pun menunjukkan terdapat manusia kurcaci dengan otak kecil seukuran simpanse. Mereka menyebut spesies tersebut sebagai Homo floresiensis. Kerabat manusia modern ini memiliki tinggi lebih dari 90 cm. Menurut para ilmuwan, beberapa desa di daerah tersebut dihuni oleh orang-orang yang tingginya rata-rata hanya 145 cm.

Dalam foto yang diambil 14 September 2009 ini, para pekerja bekerja di lokasi penggalian gua Liang Bua tempat ditemukannya sisa-sisa Homo floresiensis di Ruteng, pulau Flores, Indonesia. (AP/Achmad Ibrahim)Foto: Dalam foto yang diambil 14 September 2009 ini, para pekerja bekerja di lokasi penggalian gua Liang Bua tempat ditemukannya sisa-sisa Homo floresiensis di Ruteng, pulau Flores, Indonesia. (AP/Achmad Ibrahim)
Dalam foto yang diambil 14 September 2009 ini, para pekerja bekerja di lokasi penggalian gua Liang Bua tempat ditemukannya sisa-sisa Homo floresiensis di Ruteng, pulau Flores, Indonesia. (AP/Achmad Ibrahim)

Meski demikian, seorang antropolog percaya bahwa manusia purba itu masih bertahan hingga saat ini, di pulau terpencil dengan sumber air panas di sebelah timur Laut Jawa.

Ketika fosil Homo floresiensis pertama kali terungkap, banyak peneliti yang berharap fosil-fosil tersebut masih menyimpan fragmen DNA. Mereka tertarik untuk mempelajari fosil-fosil tersebut yang diperkirakan berusia sekitar 13.000 tahun.

Beberapa peneliti berpendapat, tulang-tulang tersebut milik manusia modern yang mengalami gangguan pertumbuhan. Sementara itu, sejumlah peneliti lainnya berpendapat bahwa fosil-fosil tersebut berasal dari Homo erectus yang merupakan hasil evolusi dari spesies hominin.

Pada 2013, Dr. Sudoyo, Dr. Green, dan Gludhug A. Purnomo melakukan penelitian di Desa Rampasasa, Flores. Dalam penelitian tersebut, Dr. Sudoyo dan Gludhug menagampil sampel air liur dari 32 warga desa.

Saat para peneliti mengekstraksi DNA dari sampel tersebut dan menganalisisnya, ilmuwan lain memperoleh hasil baru pada fosil Homo floresiensis. Mereka menemukan bahwa fosil-fosil itu setidaknya berusia 60.000 tahun.

Gregory Forth, seorang profesor antropologi di Universitas Alberta telah menghabiskan puluhan tahun meneliti Homo floresiensis (spesies manusia purba berukuran kecil yang mendiami Pulau Flores).

Mengutip National Post, Forth mengatakan dia berbicara dengan 30 penduduk setempat yang mengatakan mereka pernah melihat manusia seperti kurcaci di hutan Flores.

Dalam sebuah kutipan buku, Forth bercerita tentang percakapannya dengan seorang pria yang mengaku menemukan tubuh hominoid wanita tua. Tubuh wanita itu ditutupi rambut berwarna terang seperti anak anjing dengan payudara yang mencolok dan ekor yang sangat pendek.


(hsy/hsy)

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular