²©²ÊÍøÕ¾

Saat Nanas Jadi Simbol Kekayaan, Nilainya Setara Tas Gucci!

Muhammad Fakhriansyah, ²©²ÊÍøÕ¾
01 August 2023 13:20
The Pineapple House di Dunmore Park, Skotlandia. (Dok. Pixabay)
Foto: The Pineapple House di Dunmore Park, Skotlandia. (Dok. Pixabay)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾Â Â - Ada banyak pilihan untuk melihat status kekayaan seseorang. Bisa dari kepemilikan mobil mewah, barang berharga, aset dan sebagainya. Namun, tak banyak orang tahu bahwa selain memiliki barang mahal nan mewah ada benda lain yang bisa menunjukkan hal itu, yakni buah nanas.

Nanas yang sekarang ada di pasar dan tukang rujak itu rupanya sempat menjadi simbol kekayaan masyarakat Inggris sejak abad ke-17. Para raja dan bangsawan Inggris sangat gemar terhadap nanas. Bahkan, saking cintanya terhadap buah itu mereka menjadikan bentuk visualnya dalam penyertaan di lukisan hingga rancangan bangunan.

Francesca Beauman penulis The Pineapple: King of Fruits (2005) kepada °ä±·±·Ìý±õ²Ô³Ù±ð°ù²Ô²¹³Ù¾±´Ç²Ô²¹±ô menyebut citra mewah pada nanas tentu tidak terlepas dari kesulitan mendapatkannya. Nanas bukanlah buah asli Eropa. Lebih tepatnya, nanas adalah buah khas tropis dari Amerika Selatan. Karenanya buah berasa asam-manis ini tidak bisa tumbuh di Benua Biru. Untuk membudidayakannya perlu suhu panas yang jarang terjadi di Eropa.

Ilustrasi buah nanas (The Washington Post via Getty Images)Foto: Ilustrasi buah nanas (The Washington Post via Getty Images)

Alhasil, untuk bisa membawa buah berasa asam-manis itu ke Eropa tentu bukan hal mudah. Untuk membawa satu peti nanas dari Amerika Selatan diperlukan biaya mahal dan waktu lama. Nanas harus diangkut ke kapal layar hingga berhari-hari lamanya sebelum tiba di Eropa.

Masalah pun tidak hanya berhenti di sini. Tidak semua kapal dan perusahaan dagang melakukan transaksi ke Amerika Selatan yang saat itu termasuk kawasan antah-berantah. Para pedagang lebih sering bertransaksi ke daerah Barat dibanding ke Amerika Selatan yang untuk ke sana harus melintasi ganasnya ombak Samudera Atlantik.

Pada titik inilah hukum ekonomi berlaku. Permintaan tinggi yang tidak dibarengi banyaknya barang di pasar jelas membuat nanas semakin langka. Akibatnya sekalipun ada, harganya mahal dan hanya bisa dibeli oleh orang kaya saja. Dalam hal ini adalah raja dan para bangsawan Inggris. Mereka rela mengeluarkan uang banyak untuk bisa mendatangkan dan mencicipi rasa unik dari buah itu.

Namun, bukan orang Eropa apabila akalnya buntu. Seiring waktu, mereka akhirnya nekat membudidayakan nanas di Eropa. Caranya dengan membangun rumah kaca khusus yang berisikan tungku panas. Tungku ini bertujuan untuk mencapai suhu maksimum pertumbuhan nanas.

Beauman menyebut cara ini cukup berhasil, tetapi banyak juga yang gagal. Akibat peluang berhasil sedikit, hukum ekonomi atas nanas tetap saja tidak goyah. Buahnya langka, harganya tetap mahal.

Nanas dipamerkan, nilainya bak tas mahal Gucci

The Pineapple House di Dunmore Park, Skotlandia. (Dok. Pixabay)Foto: The Pineapple House di Dunmore Park, Skotlandia. (Dok. Pixabay)
The Pineapple House di Dunmore Park, Skotlandia. (Dok. Pixabay)

Karena tingkat keberhasilan budidaya nanas yang tipis, kepemilikan atas buah ini sama seperti orang yang mendapat undian. Selalu dipamerkan agar semua orang tahu bahwa dia memiliki buah yang diadopsi eksotik itu. Bahkan, saat itu di Inggris lazim orang menyewakan nanas hanya untuk dibawa pamer, bukan dimakan. 

Bahkan, Bauman menggambarkan bahwa pada saat itu nilai nanas sama mahalnya seperti tas mewah keluaran rumah mode Gucci yang tersohor. 

"Jika Anda sangat kaya dan memiliki tukang kebun yang hebat, hal pertama yang ingin Anda lakukan adalah mengirim nanas kepada teman Anda yang cantik sebagai hadiah."

"Nanas juga akan dipajang di meja makan sebagai simbol status, dan biasanya ditaruh di sana sampai mulai membusuk, karena siapa yang mau makan nanas? Itu seperti makan tas Gucci."

Begitu berharganya kesempatan untuk dilihat dengan buah itu, menurut Beauman, ada contoh persewaan nanas, di mana buah akan dipinjamkan selama beberapa jam untuk dibawa berkeliling di sebuah pesta, lalu dikembalikan.

Namun, semua sikap mengagungkan itu pada akhirnya berakhir dengan sendirinya ketika terjadi impor besar-besaran nanas. Menjelang akhir abad ke-19, ratusan ribu nanas sudah berhasil diangkut dari Amerika Selatan ke Eropa. Kehadiran buah ini juga dibarengi oleh hadirnya sistem pengawetan makanan yang membuatnya semakin tahan lama. 

Akibatnya, nanas kembali turun 'harga dirinya' dan menjadi makanan anak semua bangsa. 


(mfa/mfa) Next Article Makan Nanas Bisa Turunkan Kolesterol? Ini Faktanya!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular