
Fakta Ilmiah Air Galon BPA, Jangan Sampai Tertipu!

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Unggahan TikTok dr Richard Lee kembali membuat heboh, setelah menyebutkan kemasan merek salah satu produsen air minum di Indonesia masih menggunakan bahan Bisphenol A atau BPA.
Dalam unggahannya itu, influencer di sosial media tersebut mengungkapkan bahwa bahan yang digunakan perusahaan air minum itu bahkan telah dilarang di Eropa sebagai galon untuk pengemas air minum.
"Dan sangat mengejutkan sekali, merek terbesar di Indonesia masih menggunakan polikarbonat yang di dalamnya masih ada cemaran BPA-nya," kata dia dalam akun TikTok @drrichardlee dikutip, Sabtu (14/10/2023).
Lantas apakah air yang tercemar BPA berbahaya? Berikut ini penjelasan dari sejumlah ahli.
Apa itu BPA?
Sebelum memahami bahaya atau tidaknya cemaran BPA pada air minum, penting untuk memahami apa itu BPA.
Dilansir Mayo Clinic, BPA adalah bahan kimia industri yang digunakan untuk membuat plastik polikarbonat dan resin epoksi sejak 1950 silam. Umumnya, plastik polikarbonat dan resin epoksi digunakan sebagai wadah makanan, botol minum, botol air plastik, hingga produk kebersihan.
Dalam studi yang dipublikasikan Cancer Research UK pada 2021 menemukan bahwa BPA terbukti tidak menyebabkan kanker. Sebab, kadar BPA yang terdapat di wadah atau kemasan plastik masih tergolong sangat rendah sehingga masih aman jika masuk ke dalam tubuh manusia.
Kendati begitu, dokter spesialis penyakit dalam, dr. Aru Ariadno, mengatakan bahwa BPA tetap meningkatkan risiko masalah kesehatan serius karena bersifat beracun dan berbahaya bila masuk ke dalam tubuh.
"Yang jadi masalah, BPA ini bahan yang beracun dan bisa mencemari makanan yang dibungkus atau cairan yang ditampung dalam plastik BPA," ujar dr. Aru kepada ²©²ÊÍøÕ¾, Senin (2/10/2023).
"Jika kita terpapar oleh plastik BPA, ada sejumlah masalah kesehatan bisa muncul, seperti gangguan berat badan pada bayi, gangguan hormonal, kanker, sindrom ovarium polikistik, sampai kelahiran prematur," jelas dr. Aru.
Terkait hasil penelitian yang berbeda soal dampak BPA terhadap tubuh, dr. Aru menyarankan masyarakat untuk menghindari penggunaan bahan-bahan plastik, terutama yang mengandung BPA. Terlebih, sejumlah negara, seperti Prancis; Amerika Serikat; Denmark; Malaysia; dan Australia telah melarang penggunaan BPA karena berdampak buruk bagi kesehatan.
"Sebaiknya hindari penggunaan BPA. Sepanjang masih ada pendapat-pendapat yang saling bertentangan, kita ambil yang aman saja," tegas dr. Aru.
"Dan untuk itu dibutuhkan campur tangan pemerintah untuk menegakkan apakah [penggunaan BPA] boleh atau tidak berdasarkan keilmuan yang ada," lanjutnya.
(fab/fab)
