²©²ÊÍøÕ¾

Penyebab Kanker Payudara yang Jarang Disadari & Pengobatannya

linda hasibuan, ²©²ÊÍøÕ¾
21 October 2023 17:30
Ilustrasi kanker payudara. (Dok. Freepik)
Foto: Ilustrasi kanker payudara. (Dok. Freepik)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Kanker payudara menjadi salah satu penyakit yang kasus perkembangnya cukup pesat. Berdasarkan data dari Globocan pada 2020, tercatat ada 68.858 kasus di Indonesia dengan jumlah kematian mencapai 22.000 jiwa akibat kanker payudara.

Penyakit ini bisa terjadi pada pria dan wanita, tetapi jauh lebih sering terjadi pada wanita. Meski gejala baru benar-benar terasa saat kanker sudah memasuki stadium lanjut, penting untuk waspada.

Ciri-ciri gejala kanker payudara

Salah satu gejala kanker payudara yang paling mudah terlihat adalah munculnya benjolan pada jaringan payudara. Benjolan ini hanya dapat dirasakan, tapi tidak bisa dilihat secara langsung.

Kemudian perbedaan ukuran yang tidak wajar, adanya perubahan tekstur kulit pada payudara, puting masuk ke dalam dan keluarnya cairan berwarna aneh dari puting.

Faktor Risiko Kanker Payudara

Menurut Dr See Hui Ti, Konsultan Senior dan Onkologi Medis di Parkway Cancer Centre (PCC) Singapura menjelaskan, satu di antara faktor yang bisa meningkatkan risiko terpapar kanker payudara adalah obesitas. Secara umum, semakin besar BMI (indeks massa tubuh), semakin besar risikonya.

Untuk mempertahankan BMI normal, ia merekomendasikan strategi diet optimal yang menggabungkan asupan protein yang lebih tinggi, serat untuk nutrisi dan karbohidrat untuk energi, serta mengurangi asupan gula dan olahraga ringan.

"Bagi pasien yang menjalani pengobatan kanker, obesitas dapat menyebabkan efek samping yang merugikan atau melemahkan efek kemoterapi. Oleh karena itu, penting untuk menjaga pola makan yang sehat dan melakukan olahraga teratur untuk menjaga berat badan yang sehat," kata Dr See Hui Ti dalam siaran pers yang diterima ²©²ÊÍøÕ¾, Sabtu (21/10/2023).

Selain obesitas, faktor lain yang meningkatkan risiko terkena kanker payudara adalah memiliki anak lebih dari lima orang, usia di atas 40 tahun, malas berolahraga, ada anggota keluarga yang pernah mengidap kanker payudara, tidak menyusui, dan stres.

Sementara itu, faktor yang bisa mengurangi risiko terkena kanker payudara tak hanya olahraga teratur dan hidup sehat, tetapi ada juga terapi hormon, mengonsumsi vitamin D, dan memiliki anak satu sampai tiga orang.

Skrining Kanker Payudara

Sementara itu, Dr Georgette Chan yang merupakan Dokter Bedah Payudara dan Bedah Umum Rumah Sakit Mt Elizabeth, Singapura membagikan tips cara melakukan skrining kanker payudara. Dr Chan menyebut skrining atau pemeriksaan payudara sendiri (BSE) bisa menggunakan jari.

Pikirkan payudara sebagai lingkaran dan gerakkan jari-jari dengan gerakan spiral dari luar ke bagian dalam lingkaran. BSE juga dapat dilakukan dengan cara berbaring telentang.

Menurut Chan, sebagian besar benjolan yang terdeteksi pada pemeriksaan payudara sendiri (BSE) bersifat jinak. Namun, ia menekankan pentingnya BSE biasa untuk mendeteksi setiap perubahan pada payudara.

Skrining tersebut bisa dilakukan sebulan sekali dan ketika telah memasuki usia 20 tahunan. Jika merasakan benjolan, nyeri, asimetri dan perubahan kulit pada payudara, dan setiap debit, retraksi, ruam pada puting saat melakukan BSE,

Direkomendasikan pemeriksaan tiga kali lipat untuk menilai pertumbuhan kanker payudara.

Penilaian tersebut meliputi pemeriksaan klinis, pencitraan (mammogram, ultrasound, MRI, tomosynthesis), dan Biopsi (biopsi inti atau aspirasi jarum halus, atau biopsi mamografi atau dipandu gambar untuk lesi yang tidak teraba).

Dr Chan menyarankan agar wanita untuk menemui spesialis payudara ketika mereka bergejala, memiliki kelainan pencitraan, atau berisiko tinggi terkena penyakit ini.

Operasi Bedah

Jika kanker payudara telah terdeteksi, satu di antara pengobatan yang dilakukan adalah operasi bedah. Operasi kanker payudara definitif berfokus pada pengelolaan payudara dan aksila, dan rekonstruksi payudara.

Operasi bedah bisa dilakukan secara mastektomi, yakni pengobatan bedah tradisional untuk kanker payudara, di mana seluruh payudara diangkat.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, eksisi lebar atau operasi konservasi payudara dapat ditawarkan untuk kasus-kasus tertentu, misalnya tumor kecil yang menempati satu aspek payudara, demi mempertahankan sebanyak mungkin payudara normal.

Perawatan Non-operasi

Selain pembedahan, penyembuhan kanker payudara juga bisa dilakukan dengan cara non-operasi. Radioterapi dapat digunakan untuk mengontrol dan membunuh sel-sel ganas sebagai bentuk pengobatan lokal.

Untuk pengobatan sistemik tumor primer dan penyakit metastasis, kemoterapi dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan dan reproduksi sel tumor. Namun, keterbatasan kemoterapi adalah tidak dapat membedakan sel-sel kanker dari sel-sel normal, sehingga menjadi toksisitas untuk organ sehat lainnya.

"Kemoterapi biasanya diberikan untuk tujuan pencegahan atau pengobatan. Kemoterapi preventif melibatkan pemberian kemoterapi untuk mencegah tumor mengendap dalam darah, sedangkan kemoterapi pengobatan melibatkan pengecilan tumor yang sudah ada," ungkap Dr See Hui Ti.

Di sinilah perawatan baru seperti terapi bertarget dapat menawarkan penyembuhan yang lebih tepat. Dalam terapi hormonal, reseptor estrogen dan progesteron dapat ditargetkan untuk memotong pasokan hormon yang merangsang pertumbuhan kanker.


(dce) Next Article Jumlah Anak Muda Kena Kanker Naik 80%, Perhatikan 7 Tanda Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular