²©²ÊÍøÕ¾

Pembalut Langka, Perempuan Gaza Minum Pil Penunda Menstruasi

Halimatus Sadiyah, ²©²ÊÍøÕ¾
01 November 2023 16:20
Warga Palestina berduka saat pemakaman perawat Palestina Haniyeh Qudih, yang tewas dalam serangan Israel, saat konflik antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas berlanjut, di Khan Younis di Jalur Gaza selatan, 27 Oktober 2023. (REUTERS/Mohammed Salem)
Foto: Warga Palestina di Jalur Gaza selatan, 27 Oktober 2023. (REUTERS/MOHAMMED SALEM)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Air bersih telah menjadi barang langka di wilayah Gaza, Palestina, sejak negara tersebut dibombardir Israel. Di tengah situasi perang, banyak perempuan Gaza yang terpaksa mengonsumsi pil penunda menstruasi karena ketiadaaan air bersih, sanitasi yang buruk, serta minimnya produk menstruasi seperti pembalut dan tampon.

Menurut laporan terbaru dari Al Jazeera, para perempuan mengonsumsi tablet norethisterone - yang biasanya diresepkan untuk kondisi seperti perdarahan menstruasi yang parah, endometriosis, dan nyeri haid.

Menurut Dr Walid Abu Hatab, seorang konsultan medis kebidanan dan ginekologi di Nasser Medical Complex di selatan kota Khan Younis, tablet tersebut menjaga kadar hormon progesteron tetap tinggi untuk menghentikan rahim melepaskan lapisannya, sehingga menunda menstruasi.

Meski termasuk obat resmi, pil tersebut memiliki efek samping seperti pendarahan vagina yang tidak teratur, mual, perubahan siklus menstruasi, pusing dan perubahan suasana hati. Namun, para perempuan Gaza tak punya pilihan lain selain mengambil risiko tersebut di tengah gencarnya serangan pemboman Israel. 

Kondisi para perempuan Gaza 

Para wanita berduka saat pemakaman warga Palestina yang tewas akibat serangan Israel, saat konflik antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas berlanjut, di Khan Younis di selatan Jalur Gaza, 26 Oktober 2023. (REUTERS/Mohammed Salem)Foto: Para wanita berduka saat pemakaman warga Palestina yang tewas akibat serangan Israel. (REUTERS/MOHAMMED SALEM)

Salma Khaled adalah perempuan berusia 41 tahun yang tinggal di kamp pengungsi Deir el-Balah di Gaza tengah. Serangan tanpa henti dari Israel membuat ia terus dalam keadaan ketakutan dan depresi. Kondisi tersebut berdampak buruk terhadap siklus menstruasinya.

"Saya mengalami hari-hari tersulit dalam hidup saya selama perang ini," kata Salma kepada Al Jazeera. "Saya sudah menstruasi dua kali dalam bulan ini, yang mana sangat tidak normal. Saya juga mengalami pendarahan hebat."

Sejumlah rumah yang dihuni puluhan orang juga mengalami krisis air. Kondisi yang memilukan tersebut membuat rutinitas menjaga kebersihan menjadi sebuah kemewahan - bahkan kemustahilan. Penggunaan kamar mandi harus dijatah, dan mandi dibatasi hanya boleh sekali beberapa hari sekali.

Sementara itu, banyak toko dan apotek kini kekurangan stok pembalut. Sebab, jalan-jalan utama di Jalur Gaza yang rusak setelah dibom Israel membuat pengiriman produk-produk medis dari gudang ke apotek menjadi hal yang mustahil. 

Meskipun pembalut wanita sulit ditemukan, tablet penunda menstruasi umumnya lebih banyak tersedia di beberapa apotek karena jarang digunakan.

Remaja Palestina Dima Allamdani, yang melarikan diri ke Khan Younis, Jalr Gaza Selatan, Rabu (25/10/2023). (REUTERS/Mohammed Salem).Foto: Remaja Palestina Dima Allamdani, yang melarikan diri ke Khan Younis, Jalr Gaza Selatan, Rabu (25/10/2023). (REUTERS/Mohammed Salem).

"Saya menyuruh putri saya ke apotek untuk membeli pil penunda menstruasi," kata Salma. "Mungkin perang ini akan segera berakhir dan saya tidak perlu menggunakannya lebih dari sekali," ujarnya. 

Kisah memilukan lain datang dari Samira al-Saadi, yang mengungsi bersama keluarganya di sebuah sekolah yang dikelola PBB di sebelah barat Khan Younis. Putri Samira yang berusia 15 tahun baru mendapat menstruasi pertamanya beberapa bulan lalu.

Putrinya kewalahan karena baru saja mulai menstruasi dan harus mengatur menstruasinya di lokasi pengungsian yang padat. "Dia membutuhkan pembalut dan air untuk mencuci, tapi kebutuhan dasar ini tidak ada."

Samira khawatir pil penunda menstruasi akan berdampak pada kesehatan anak remajanya.

Serangan biadab Isral ke Gaza telah memasuki hari ke-25. Lebih dari 8.500 warga Palestina terbunuh, sebagian besar dari mereka adalah perempuan dan anak-anak.

Menurut Nevin Adnan, seorang psikolog dan pekerja sosial yang berbasis di Kota Gaza, perempuan biasanya mengalami gejala psikologis dan fisik pada hari-hari sebelum dan selama menstruasi, seperti perubahan suasana hati dan nyeri perut bagian bawah dan punggung.

Gejala-gejala ini dapat memburuk pada saat stres seperti perang yang sedang berlangsung, menurut Adnan. "Mengungsi menyebabkan stres yang ekstrem dan itu mempengaruhi tubuh wanita serta hormonnya," jelasnya.

"Bisa juga terjadi peningkatan gejala fisik yang berhubungan dengan menstruasi, seperti sakit perut dan punggung, sembelit dan kembung," ujarnya.

Adnan menyebut, saat ini lebih banyak perempuan yang terpaksa meminum pil penunda menstruasi. Meskipun dia memahami kesulitan yang ada saat ini, Adnan mengatakan bahwa dalam keadaan normal, berkonsultasi dengan dokter sebelum meminum tablet ini penting untuk mengetahui efek pil dan penggunaannya yang berkelanjutan terhadap kesehatan fisik wanita.


(hsy/hsy) Next Article Catat Bunda! Ini 15 Ciri-ciri Hamil Muda Minggu Pertama

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular