
Donatur Harvard Ancam Setop Dana karena Pidato Pro Palestina

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Harvard University dan University of Pennsylvania terancam kehilangan dana dari para donatur terbesar mereka akibat menyuarakan dukungannya kepada Palestina atas serangan Israel.
Melansir dari CNN International, para donatur paling berpengaruh di dua universitas ternama tersebut mengancam akan menghentikan pemberian dana karena kampus pidato anti-Israel dan antisemitisme. Dilaporkan, beberapa pendonor besar tersebut adalah pendukung Israel.Â
Selain dengan Harvard University dan University of Pennsylvania, mereka juga mengancam akan memutuskan hubungan dengan universitas lain sebagai protes atas tanggapan para pihak kampus terhadap serangan Israel di Gaza.Â
Salah satu donatur besar yang tak lagi menyokong Harvard adalah organisasi nirlaba, Wexner Foundation, yang didirikan oleh mantan miliarder Victoria's Secret, Leslie Wexner dan istrinya, Abigail.
"Kami terkejut dan muak dengan kegagalan pemimpin Harvard dalam mengambil sikap yang jelas dan tegas terhadap pembunuhan biadab terhadap warga sipil Israel yang tak bersalah," kata para pemimpin Wexner Foundation, dikutip Kamis (16/11/2023).
Sementara itu, CEO Wall Street, Marc Rowan, mendesak para pemimpin universitas untuk mengundurkan diri dan meminta para donator lain untuk menghentikan aliran dananya kepada University of Pennsylvania.
Lalu, donatur utama University of Pennsylvania, Ronald Lauder, juga mengancam akan memotong sumbangan dana jika pihak kampus tidak berbuat banyak untuk melawan antisemitisme.
Dampak Cabutnya Donatur dari Perguruan Tinggi
![]() |
Meskipun penghentian dana dari para donatur terbesar tidak menimbulkan kerugian finansial yang signifikan secara langsung, hal itu dapat merugikan kedua universitas tersebut dalam jangka panjang.
"Dampak secara langsung kemungkinannya terjadi sangat kecil. Mungkin dampaknya pada sumbangan atau donasi yang tidak akan terjadi dalam beberapa tahun ke depan," kata penulis di Chronicle of Higher Education, Lee Gardner.
Namun, cabutnya para donatur terbesar juga berpotensi memengaruhi para donatur kecil untuk tak lagi berkontribusi ke kampus. Akibatnya, hubungan alumni dapat dirugikan, berdampak pada penerimaan mahasiswa baru, dan menekan presiden atau anggota dewan pengawas perguruan tinggi.
"Dampaknya akan terasa di aspek lain," ujar pendiri kelompok konseling perguruan tinggi swasta Application Nation, Sara Harberson.
Tidak hanya itu, sekolah unggulan swasta dan negeri yang lebih kecil juga dinilai akan lebih rentan terhadap dampak finansial jika donatur penolakan donatur merembet dari universitas Ivy League (kelompok universitas elit di Amerika Serikat-AS) ke sekolah-sekolah yang lebih kecil.
Peran Donatur terhadap Finansial Perguruan Tinggi
Menurut temuan para peneliti di Lilly Family School of Philanthropy di Indiana University pada 2020, filantropi adalah hal terpenting dari pendanaan perguruan tinggi di AS dalam beberapa tahun terakhir.
Para peneliti menyebutkan bahwa institusi pendidikan berada di urutan kedua setelah institusi keagamaan sebagai penerima sumbangan terbesar di AS.
Menurut para peneliti, perguruan tinggi menerima donasi US$1 juta atau sekitar Rp15,54 miliar (asumsi kurs Rp15.548/US$) lebih banyak daripada tujuan donasi lainnya sepanjang 2000 hingga 2012.
Umumnya, para pendonor memberikan dana besar bagi perguruan tinggi untuk menunjang fasilitas, penelitian fakultas, teknologi di kampus, atletik, beasiswa, dan bantuan keuangan untuk mahasiswa yang berpenghasilan rendah.
"Ada manfaat yang sangat besar dari mengembangkan dan membina hubungan dengan para pendonor," kata Gardner.
"Hubungan dengan para pendonor sangat-sangat penting bagi seluruh jenis perguruan tinggi," lanjutnya.
Adapun, filantropi adalah sumber pendapatan terbesar Harvard University. Pada 2022 lalu, filantropi menyumbang 45 persen dari total US$5,8 miliar atau sekitar Rp90,23 triliun pendapatan universitas.
Secara rinci, filantropis menyumbang 9 persen dari anggaran operasional universitas pada 2022 lalu dan 36 persen dari dana abadi sebesar US$51 miliar atau sekitar Rp793,48 triliun yang dikumpulkan selama beberapa dekade.
Sementara itu, sumbangan filantropi menyumbang 1,5 persen dari total US$14,4 miliar atau sekitar Rp224,12 triliun pendapatan University of Pennsylvania pada 2022 lalu. Adapun, mayoritas pendapatan University of Pennsylvania berasal dari jaringan rumah sakitnya.
Mahasiswa Harvard University Mengutuk Israel
Pada Oktober lalu, koalisi kelompok mahasiswa Harvard University mengeluarkan surat pernyataan anti-Israel setelah serangan pada 7 Oktober 2023. Dalam surat tersebut, para mahasiswa menyalahkan Israel atas "serangan mematikan" yang dilakukan Hamas.
Surat tersebut pun mengundang berbagai kritik, fitnah, hingga dorongan untuk menarik dukungan mereka kepada Palestina.
Mantan Presiden Harvard University dan Menteri Keuangan AS, Lawrence Summers, mengatakan bahwa pernyataan para mahasiswa "tidak masuk akal secara moral". Namun, ia mengatakan bahwa ancaman finansial dari pendonor bukanlah solusi yang tepat untuk mempengaruhi posisi universitas dalam masalah ini.
"Saya percaya penyesuaian yang dilakukan universitas harus datang dari hati nurani dan percakapan di komunitas mereka, bukan sebagai respons terhadap tekanan keuangan," kata Summers.
(hsy/hsy) Next Article Bela Israel, Founder Victoria's Secret Stop Donasi ke Harvard