
6.000 Dokter Korea Selatan Ajukan Resign Berjamaah, Ada Apa?

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Ribuan dokter magang di Korea Selatan kompak mengajukan pengunduran diri sebagai bentuk protes terhadap kebijakan baru pemerintah setempat. Hal ini mengakibatkan sejumlah operasi dan perawatan di rumah sakit tertunda.
Melansir dari Yonhap News Agency, sebanyak 6.415 dokter magang di 100 rumah sakit mengajukan pengunduran diri sebagai bentuk protes terhadap rencana Pemerintah Korea Selatan yang akan meningkatkan jumlah mahasiswa kedokteran. Aksi itu dilakukan karena kebijakan baru pemerintah itu dikhawatirkan dapat membahayakan kesehatan masyarakat.
Dilaporkan, pemerintah berencana untuk meningkatkan kuota pendaftaran sekolah kedokteran menjadi 2.000 dokter mulai tahun depan. Menurut otoritas kesehatan setempat, hal ini dilakukan karena jumlah dokter di Korea Selatan dinilai tidak sebanding dengan jumlah penduduk. Bahkan, jumlah dokter di Negeri Ginseng diklaim termasuk yang terendah di negara maju.
Selain itu, pemerintah mengatakan bahwa peningkatan kuota diperlukan untuk mengatasi kekurangan dokter, khususnya di daerah pedesaan dan bidang medis penting, seperti bedah berisiko tinggi, pediatri, kebidanan, dan pengobatan darurat.
Namun, para dokter menyatakan bahwa pemerintah belum melakukan konsultasi penuh mengenai masalah ini. Selain itu, mereka menilai bahwa wacana pemerintah tersebut akan mengancam kualitas pendidikan dan layanan kedokteran.
Pada Selasa (20/2/2024) kemarin, perwakilan dokter peserta pelatihan atau magang mengadakan "pertemuan darurat". Salah seorang perwakilan mengatakan bahwa rencana pemerintah akan merugikan kualitas pendidikan kedokteran karena tidak ada kapasitas pendidikan untuk melatih 2.000 mahasiswa kedokteran lagi.
Wakil Kedua Menteri Kesehatan, Park Min-soo, mengatakan bahwa kementerian telah memerintahkan 831 dokter magang untuk kembali bekerja. Menurut catatan, saat ini terdapat sekitar 13 ribu dokter magang di Korea Selatan.
![]() |
Pengunduran diri ribuan dokter magang di sejumlah rumah sakit membuat sejumlah jadwal operasi dan perawatan lainnya tertunda. Meskipun demikian, Korea Selatan mengklaim belum ada masalah besar dalam layanan medis akibat hal ini.
Demi mengatasi potensi gangguan layanan medis, Park mengatakan bahwa pemerintah akan memperpanjang jam operasional di 97 rumah sakit umum dan unit gawat darurat di 12 rumah sakit militer akan dibuka untuk umum.
"Kami sangat kecewa dan prihatin bahwa tindakan kolektif yang dilakukan para dokter magang menyebabkan gangguan pada layanan medis, seperti pembatalan operasi," kata Park, dikutip Rabu (21/2/2024).
"Kami tidak bisa memberikan pembenaran atas tindakan para dokter yang meninggalkan pasiennya untuk memprotes suatu kebijakan meskipun mengetahui apa akibat dari tindakan kolektif tersebut," tambah Park.
Selain memperpanjang jam operasional dan membuka unit gawat darurat di rumah sakit militer, pemerintah juga menangguhkan izin medis dari dua pejabat Asosiasi Medis Korea yang mewakili para dokter.
Pejabat pemerintah mengatakan, jika kedua dokter tersebut terbukti mendesak para dokter untuk melakukan aksi kolektif maka izin medis mereka akan dicabut.
Kekhawatiran terkait kekosongan layanan medis telah terjadi bagi beberapa orang, terutama ketika dokter magang di Rumah Sakit Severance mengumumkan penangguhan layanan sehingga mendorong rumah sakit untuk beralih ke "mode darurat" dan menyesuaikan jadwal operasi dan prosedur untuk pasien.
Di beberapa rumah sakit besar di Seoul, beberapa pasien yang operasinya tidak mendesak terpaksa dipulangkan atau dipindahkan ke rumah sakit lain.
"Akibat pemogokan tersebut, pasien diberitahu bahwa dia akan dirawat di rumah sakit umum lain dan akan dirawat lagi bulan depan di Asan Medical Center," ungkap seorang pengasuh pasien kanker di Asan Medical Center.
Meskipun pemerintah sudah mengeluarkan perintah untuk kembali bekerja, beberapa dokter yang masih magang tidak menunjukkan tanda-tanda akan "menurut" dan mengatakan bahwa perintah tersebut "tidak memiliki validitas hukum."
(hsy/hsy) Next Article Dokter Palestina Lulusan Indonesia Tewas Dibom Israel