²©²ÊÍøÕ¾

Musim Kemarau Kok Sering Turun Hujan? Ini Penjelasan BMKG

Linda Hasibuan, ²©²ÊÍøÕ¾
11 July 2024 13:50
Banjir Jakarta. (²©²ÊÍøÕ¾/Muhammad Sabki)
Foto: Banjir di kawasan Jakarta pada awal Juli 2024 ini. (²©²ÊÍøÕ¾/Muhammad Sabki)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Indonesia saat ini sedang memasuki musim kemarau. Meski demikian hujan juga muncul dengan intensitas tinggi dan hampir terjadi di semua wilayah Indonesia. Mengapa hal ini terjadi?

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawari menjelaskan bahwa hujan deras yang turun di tengah musim kemarau relatif normal dan bukan karena anomali iklim. Menurutnya, hal ini wajar terjadi di Indonesia lantaran letak geografis Indonesia berada di antara dua benua yakni Australia dan Asia.

"Letak geografis ini menjadikan Indonesia memiliki dua musim yang berbeda, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Angin monsun barat dari Benua Asia membuat Indonesia mengalami musim hujan. Sementara secara umum, musim kemarau di Indonesia berkaitan dengan aktifnya angin monsun timur dari Australia yang bersifat kering," ungkap Dwikorita dalam konferensi pers secara daring di Jakarta, Senin (8/7/2024), seperti dilaporkan .Ìý

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa curah hujan di suatu tempat kurang dari 50 mm/dasarian dan terjadi minimal tiga dasarian berturut-turut. Musim kemarau sendiri, tidak terjadi secara bersamaan di Indonesia dan berlangsung dengan durasi yang berbeda antar wilayah.

Berdasarkan pemantauan BMKG, hingga akhir Juni 2024, sebanyak 43 persen Zona Musim di Indonesia sedang mengalami musim kemarau. Adapun puncak musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia akan terjadi pada bulan Juli dan Agustus 2024, mencakup 77,27 persen wilayah zona musim.

Meskipun musim kemarau sedang terjadi di sebagian wilayah Indonesia, kata dia, tidak selalu menunjukkan kondisi iklim kering dan panas, karena keragaman iklim di Indonesia tidak hanya dipengaruhi oleh kondisi musim.

Ada banyak faktor lain yang mempengaruhi keragaman iklim di Indonesia, termasuk faktor global misalnya fenomena El Nino atau La Nina, faktor regional misalnya Madden Julian Oscillation dan menghangatnya suhu permukaan laut di sekitar Indonesia, dan faktor lokal seperti adanya angin darat-angin laut.

"Sebuah kejadian cuaca, umumnya merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor tersebut," imbuhnya.

Selengkapnya di >>> .


(hsy/hsy) Next Article RI Masuk Musim Kemarau, Ini Tips Tidur Nyaman Saat Suhu Panas Mendidih

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular