²©²ÊÍøÕ¾

Warga RI Doyan Gorengan, Biaya Kesehatan Bengkak Rp3,4 Triliun

Tim Redaksi, ²©²ÊÍøÕ¾
27 February 2025 08:50
Ira Dijaya (41)melayani pembeli gorengan di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta, Jumat (7/1/2022). Berdasarkan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS), secara nasional harga minyak goreng curah pada 29 Desember lalu hanya Rp.18.400/Kg. Pada 6 Januari 2022 atau kemarin, menyentuh Rp. 18.550/Kg, atau naik 0,81%. Kemudian minyak goreng kemasan bermerk 1 pada 30 Desember 2021 harganya Rp. 20.600/Kg. Sementara kemarin menjadi Rp. 20.800/Kg, naik 0,97%. Begitu juga minyak goreng kemasan bermerk 2. Di mana pada 30 Desember masih Rp. 20.030/Kg, kemarin menjadi Rp. 20.300/Kg atau meningkat 1,34%. Harga minyak goreng di pasar tradisional masih tinggi. Pedagang menginginkan harga segera normal kembali. Menurut Ira penjual gorengan
Foto: Ilustrasi Gorengan (²©²ÊÍøÕ¾/ Tri Susilo)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Banyak makanan khas Indonesia yang menggunakan teknik menggoreng, mulai dari ayam geprek hingga tahu bulat. Sayangnya, kegemaran warga Indonesia mengonsumsi gorengan membuat pemerintah harus menggelontorkan biaya kesehatan hingga US$213 juta atau sekitar Rp3,45 triliun dalam 10 tahun untuk mengobati penyakit kardiovaskular.

Ini karena penyakit kardiovaskular, seperti serangan jantung, berkaitan erat dengan konsumsi lemak trans, yang banyak ditemukan di makanan berminyak seperti gorengan. Lemak trans terbentuk melalui proses industri dengan menambahkan hidrogen ke minyak sayur. 

Mengutip laman Kementerian Kesehatan, hasil analisis efektivitas pembiayaan yang dilakukan oleh Dr. Marklund dari Johns Hopkins University dan The George Institute dengan dukungan dari Resolve to Save Lives (RTSL) menunjukkan bahwa penghapusan lemak trans dapat menghemat biaya kesehatan hingga US$213 juta dalam 10 tahun pertama dan menyelamatkan lebih dari 115.000 nyawa, jika kebijakan ini dapat diterapkan pada 2025.

Perlu diketahui, terlalu banyak mengonsumsi lemak trans memicu kadar kolesterol tinggi, yang jika dibiarkan, dapat memicu penyakit jantung atau kardiovaskular. Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa penyakit kardiovaskular seperti serangan jantung dan stroke menjadi penyebab utama kematian di Indonesia, merenggut hampir 800.000 nyawa setiap tahunnya.

Untuk menekan angka penyakit ini, Kementerian Kesehatan tengah mengkaji kebijakan untuk membatasi konsumsi lemak trans dan garam, yang keduanya menjadi faktor risiko utama penyakit serius dengan angka kematian yang tinggi di Indonesia.

"Kita melihat beberapa negara yang telah memiliki regulasi pembatasan kadar garam dan eliminasi lemak trans dapat secara signifikan mampu menekan angka kematian akibat penyakit kardiovaskular serta berdampak positif mengurangi beban pembiayaan kesehatan nasional," kata Kepala Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan Kementerian Kesehatan, Prof. Asnawi Abdullah, seperti dikutip dari laman resmi Kementerian Kesehatan.

"Dengan kebijakan yang tepat, kita bisa membantu masyarakat hidup lebih sehat dan berpotensi menekan eskalasi pembiayaan belanja kesehatan yang telah mencapai 7,8% per tahun dalam 10 tahun terakhir ini," paparnya.

(hsy/hsy) Next Article Kamu Doyan Makan Gorengan? Begini Cara biar Kolesterolnya nggak Nanjak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular