²©²ÊÍøÕ¾

Selain BTEL, Dua Saham Grup Bakrie Ini Juga Masih Gocap

Anthony Kevin, ²©²ÊÍøÕ¾
23 January 2018 10:11
Paska krisis 2008 saham-saham Grup Bakrie harganya berjatuhan, kesulitan keuangan dan utang yang menumpuk
Foto: ist
Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ – Tak hanya saham PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL), emiten Grup Bakrie, yang harga sahamnya bertahan lama di level Rp 50 per saham. Dua saham lainnya, adalah PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) dan PT Bakrieland Development Tbk (ELTY).

Saham BNBR terakhir kali diperdagangkan di harga di atas pada Rp 50 7 Februari 2012, setelah itu harga saham tak bergerak dari level gocap.
Selain BTEL, Dua Saham Grup Bakrie Ini Juga Masih GocapFoto: ²©²ÊÍøÕ¾

Demikian pula dengan harga saham ELTY yang tercatat pernah di atas Rp 50 per saham pada 24 Februari 2017. Tapi sebelum Februari 2017, harga saham harga saham ELTY sempat lama berada pada teritori harga Rp 50 per saham. Tercatat sejak Mei 2013 harga saham emiten properti grup Bakrie tersebut sudah berada pada level harga tersebut.
Selain BTEL, Dua Saham Grup Bakrie Ini Juga Masih GocapFoto: ²©²ÊÍøÕ¾

Paska krisis 2008 saham-saham Grup Bakrie harganya berjatuhan, kesulitan keuangan dan utang yang menumpuk membuat investor kurang mengapresiasi saham-saham grup Bakrie. Saham dari grup ini, seperti PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), PT Darma Henwa Tbk (DEWA), PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), dan PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) juga sempat berada pada harga Rp 50 per saham, tetapi mulai bangkit setelah ada upaya restrukturisasi utang.

Wajar jika bangkitnya saham BUMI mendorong harga saham-saham grup Bakrie lainnya, mengingat BUMI merupakan yang terbesar dari sisi aset. Per akhir September 2017, total aset BUMI tercatat mencapai US$ 2,98 miliar.

Langkah konversi utang menjadi saham yang dilakukan BUMI diharapkan akan diadopsi oleh perusahaan-perusahaan grup Bakrie lainnya, sehingga kinerja perusahaan di ekspektasikan akan membaik seiring dengan turunnya beban keuangan.

Hal tersebut nyatanya benar-benar terjadi. Pada Mei 2017, BRMS mengikuti langkah BUMI dalam melunasi utangnya, yakni dengan menerbitkan saham tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (non-HMETD) senilai US$ 286,11 juta. Melalui non-HMETD, BRMS akan membayar utangnya kepada tiga kreditur yakni Wexler Capital Pte Ltd (US$ 100 juta), First Financial Company Ltd sebesar (US$ 90 juta) dan utang vendor senilai (US$ 40 juta).

Kemudian pada awal tahun ini, ENRG telah mendapatkan persetujuan dari pemegang saham untuk menerbitkan saham baru senilai US$32,87 juta. Penerbitan saham baru ini dimaksudkan untuk melunasi kewajiban utang terhadap lima kreditur yaitu Greenwich International Limited (US$ 23,30 juta), Stallion Investment Pte Ltd (US$ 2,46 juta), Ultrapro Ltd (US$ 5,07), PT Wira Cipta Perkasa (US$ 666,73 ribu), dan PT Prima Petroservices senilai (US$ 16 juta).

Ikuti Langkah BUMI
Pada tahun 2017, BTEL telah menerbitkan Obligasi Wajib Konversi (OWK-A) sebagai pelaksanaan kewajiban pelunasan utang.

Sementara untuk BNBR, pada pertengahan 2017 perusahaan telah memulai proses pelunasan utang kepada sejumlah kreditur melalui penerbitan obligasi wajib konversi (OWK) senilai US$ 77,9 juta.

Untuk ELTY, perusahaan belum lama ini mengumumkan pelepasan saham PT Graha Andrasentra Propertindo Tbk (JGLE), pemilik taman wisata JungleLand sebesar 37,9%, sebagai bagian dari restrukturisasi utang. Restrukturisasi tersebut dilakukan karena Bakrieland gagal membayar pokok dan bunga atas global bond yang jatuh tempo pada 23 Maret 2015 dengan nilai US$ 289,9 juta.

Dengan sudah diikutinya langkah restrukturisasi utang BUMI oleh perusahaan grup Bakrie lainnya, bukan tidak mungkin ketiga saham tersebut yakni BTEL, BNBR, dan ELTY dapat keluar dari harga batas bawah Rp 50 per saham.

Tim Riset ²©²ÊÍøÕ¾

(hps) Next Article Tak Hanya Gocap, 3 Emiten Bakrie Punya 'Tato' Ekuitas Negatif

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular