²©²ÊÍøÕ¾

Apakah Jawaban Itu Bernama Perry Warjiyo?

Hidayat Setiaji, ²©²ÊÍøÕ¾
26 February 2018 11:09
Perry bisa jadi merupakan jawaban dari posisi Bank Indonesia (BI) yang kini seakan berada di persimpangan jalan.
Foto: ²©²ÊÍøÕ¾/Muhammad Sabki
Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Masa jabatan Agus DW Martowardojo sebagai Gubernur Bank Indonesia (BI) akan berakhir pertengahan tahun ini. Sudah ada nama calon pengganti yang sangat santer terdengar, yaitu Perry Warjiyo.Ìý

Saat ini, Perry menjabat sebagai Deputi Gubernur BI. Posisi tersebut diembannya sejak dilantik pada April 2013.Ìý

Perry memang "orang dalam" di BI. Laki-laki kelahiran Sukoharjo (Jawa Tengah) 15 Februari 1959 ini berkarir di BI sejak awal 1984.Ìý

Perry bisa dibilang seorang moneteris sejati. Selepas lulus sarjana dari Universitas Gadjah Mada, Perry melanjutkan studi di bidang moneter ke Iowa State University.Ìý

Namun, Perry sepertinya juga merupakan sosok yang peduli terhadap sektor riil. Perry berkali-kali mengungkapkan, kebijakan BI bukan hanya menyasar sektor keuangan, tetapi juga harus berpihak kepada pertumbuhan ekonomi.Ìý

MisalnyaÌýketika Rapat Dewan Gubernur (RDG) Februari 2018. Perry menyatakan boleh saja sikap (stance) kebijakan moneter BI tetap netral. Namun BI tetap berupaya mendorong pertumbuhan ekonomi melalui kebijakan makroprudensial, dengan stance yang masih akomodatif.Ìý

"Kalau kebijakan moneter, suku bunga, kata-katanya adalah cukup memadai. Tapi kalau makroprudensial, kita pelonggaran. Menjaga momentum pertumbuhan ekonomi tetap akan ditempuh dan bisa dilakukan secara lebih optimal," tegasnya kala itu.Ìý

Perry juga sering menegaskan, sektor keuangan harus mendukung sektor riil, jangan sampai satu meninggalkan yang lain. Oleh karena itu, dia berharap penyaluran kredit bisa meningkat dan bunganya diturunkan.Ìý

"Akankah suku bunga kredit masih turun? Kita yakini masih. Caranya meningkatkan efisiensi dan pendapatan bank yang lain-lain selain bunga. Masih ada room untuk menurunkan suku bunga kedit," sebutnya dalam kesempatan yang sama.Ìý

Perry bisa jadi merupakan jawaban dari posisi BI yang kini seakan berada di persimpangan jalan. Saat ini masih ada yang berharap BI bisa lebih mengendurkan kebijakan moneter dengan penurunan suku bunga acuan. Tetapi ada pula yang beranggapan sudah saatnya BI menaikkan suku bunga agar tidakÌýbehind the curve.Ìý

Melonggarkan (lagi) kebijakan moneter sepertinya memang bukan langkah yang bijak, meski bisa berdampak kepada percepatan laju pertumbuhan ekonomi. Di tengah aura kenaikan suku bunga global, Indonesia akan "dihukum" oleh pasar jika sampai menurunkan suku bunga.Ìý
Reuters
Melihat data imbal hasil (yield) obligasi AS tenor 10 tahun dan obligasi global Indonesia dengan tenor yang sama, selisih atau spread kedua instrumen ini bergerak menyempit. Bila Indonesia menurunkan suku bunga, maka akan menarik yield ke bawah. Sementara AS hampir pasti akan menaikkan suku bunga acuan yang akan mendorong yield ke atas.Ìý

Jika spread ini semakin menyempit (atau bahkan bertemu), maka akan memicu perpindahan arus modal atau capital outflow dari obligasi Indonesia ke surat utang pemerintah Negeri Paman Sam. Obligasi AS pada dasarnya adalah salah satu instrumen paling aman di bumi, sehingga ketika imbal hasilnya naik maka akan semakin menarik. Instrumen yang berisiko pun ditinggalkan bila tidak kompetitif.Ìý

Kalau sampai terjadi perpindahan arus modal, maka dampaknya adalah pelemahan nilai tukar rupiah. Pelemahan rupiah yang terlalu dalam akan berdampak sistemik terhadap perekonomian nasional karena menyebabkan pembayaran kewajiban pemerintah dan korporat dalam valas akan membengkak.Ìý

Oleh karena itu, harus ada jalan tengah. Ketika pelonggaran moneter hampir mustahil, maka perlu ada cara lain untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang masih sangat dibutuhkan oleh Indonesia. Kebijakan makroprudensial menjadi salah satu caranya. Ìý

Sepertinya Perry merupakan orang yang tepat untuk mengeksekusi kebutuhan ini. Semoga.

TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA

(aji/wed) Next Article BI Pertahankan Bunga Acuan 5%, Kebijakan Moneter: Akomodatif!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular