²©²ÊÍøÕ¾

Tekanan Terhadap IHSG Belum Selesai

Anthony Kevin, ²©²ÊÍøÕ¾
23 March 2018 12:35
Transaksi berlangsung relatif sepi yaitu senilai Rp 3,7 triliun dengan volume sebanyak 5,9 miliar saham. Frekuensi perdagangan adalah sebanyak 185.262 kali.
Foto: ²©²ÊÍøÕ¾/Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ Indnonesia - Tekanan terhadap IHSG belum berakhir, pada sesi I perdagangan hari ini (23/03/2018), IHSG melemah sebesar 1,72% ke level 6.146,19 poin. Transaksi berlangsung relatif sepi yaitu senilai Rp 3,7 triliun dengan volume sebanyak 5,9 miliar saham. Frekuensi perdagangan adalah sebanyak 185.262 kali.

Pelemahan IHSG senada dengan bursa saham regional yang juga diperdagangkan di zona merah: indeks Nikkei turun 4,47%, indeks Shanghai turun 3,27%, indeks Hang Seng turun 2,81%, indeks Strait Times turun 2,06%, indeks Kospi turun 2,36%, indeks SET (Thailand) turun 0,62%, dan indeks KLCI (Malaysia) turun 0,67%.

Sentimen eksternal mendominasi perdagangan pada hari ini. Investor masing menghindari aset-aset beresiko pasca hasil pertemuan the Federal Reserve kurang menggembirakan. Pasalnya, kenaikan suku bunga acuan sebanyak 4 kali pada tahun ini sudah semakin nyata.

Belum lagi pengetatan pada tahun 2019 dan 2020 yang diproyeksikan akan bertambah setidaknya 1 kali dari yang sudah ditetapkan sebelumnya. Kini, kenaikan suku bunga acuan tahun 2019 diproyeksikan menjadi 3 kali (dari yang sebelumnya 2 kali), serta kenaikan suku bunga tahun 2020 diproyeksi sebanyak 2 kali (dari yang sebelumnya 1 kali). Pelaku pasar nampak belum memperhitungkan hal ini sebelumnya, sehingga aksi jual kini terjadi dalam skala yang besar.

Kemudian, potensi perang dagang dalam skala global kembali mencuat, pasca Presiden AS Donald Trump menandatangani kebijakan pengenaan bea impor yang menargetkan impor asal China senilai hingga US$ 60 miliar atau sekitar Rp 824 triliun.

Kebijakan itu dimaksudkan untuk 'menghukum' China atas praktik perdagangannya yang disebut oleh pemerintahan Trump mencuri hak kekayaan intelektual perusahaan-perusahaan AS. Kebijakan itu pada awalnya akan dikenakan pada produk-produk tertentu di sektor teknologi di mana China memiliki keuntungan dibandingkan AS.

Sebenarnya, kabar mengenai kebijakan ini sudah lama berhembus sebelumnya. Namun, ada satu hal khusus yang membuat pelaku pasar begitu gusar hari ini, yaitu sikap pemerintah China yang bergerak cepat dalam menyiapkan aksi balasan.

Melalui situs resmi Kementerian Perdagangannya, pemerintah China mempublikasikan daftar 128 produk AS yang berpotensi menjadi target tindakan balasan, termasuk daging babi, wine, buah-buahan, dan baja. Barang-barang tersebut bernilai sekitar US$ 3 miliar. Bea impor 25% akan dikenakan pada daging babi sementara buah kering dan segar akan dikenakan tarif 15%.

Padahal, kebijakan AS tersebut tak perlu ditanggapi dengan kepala panas. Pasalnya, akan ada periode selama 30 hari bagi kedua negara untuk melakukan perundingan. Jika melihat sikap Trump yang melunak terhadap Kanada dan Meksiko dengan mengecualikan mereka dari daftar negara yang dikenakan bea masuk baja dan aluminium, bukan tak mungkin hal serupa dapat didapatkan juga oleh China. Namun, negeri panda itu justru memilih untuk menempuh cara yang keras.

Jasa Keuangan dan Barang Konsumsi Jadi Pemberat
Dua sektor utama yang membebani langkah IHSG sampai dengan akhir sesi 1 adalah jasa keuangan (-1,78%) dan barang konsumsi (-2,24%). Memang, dua sektor tersebut memiliki banyak anggota dengan kapitalisasi pasar raksasa.

Investor untuk saat ini cenderung melepas saham-saham dengan kriteria tersebut, sembari menunggu pasar saham berbalik stabil. Hal ini juga dibuktikan oleh indeks LQ45 yang anjlok sebesar 2,2%, lebih dalam dari pelemahan IHSG.

Saham-saham yang berkontribusi paling besar terhadap anjloknya IHSG diantaranya: PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk/HMSP (-3,57%), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (-3,27%), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (-2,43%), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (-1,92%), dan PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (-1,88%).

Aksi jual pada saham-saham tersebut ikut dimotori oleh investor asing: HMSP dilepas Rp 39,97 miliar, BBRI dilepas 138,57 miliar, TLKM dilepas 144,5 miliar, UNVR dilepas 9,24 miliar, dan BMRI dilepas 118,79 miliar.

TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA
(hps) Next Article Penampakan BEI Saat IHSG Drop 5% & Perdagangan Dihentikan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular