
Investor Apresiasi Intervensi Valas BI, IHSG Menguat 1,15%
Anthony Kevin, ²©²ÊÍøÕ¾
09 April 2018 17:05

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - IHSG ditutup menguat 1,15% pada perdagangan awal pekan ke level 6.246,13 poin. Penguatan IHSG senada dengan bursa saham regional yang juga menutup hari pertama perdagangan pekan ini di zona hijau: indeks Nikkei naik 0,51%, indeks Shanghai naik 0,26%, indeks Hang Seng naik 1,29%, indeks Strait Times naik 0,22%, indeks Kospi naik 0,6%, indeks SET (Thailand) naik 0,53%, dan indeks KLCI (Malaysia) naik 0,69%.
Transaksi berlangsung cukup ramai yaitu senilai Rp 7,26 triliun dengan volume sebanyak 12,5 miliar saham. Frekuensi perdagangan adalah sebanyak 368.231 kali. Sebelumnya pada perdagangan hari Jumat (6/4/2018), nilai transaksi tercatat sangat kecil yakni senilai Rp 5,72 triliun.
Sentimen perang dagang yang sempat mewarnai perdagangan pada hari Jumat lalu nampak tak lagi dipusingkan oleh pelaku pasar. Pada saat itu, Trump memerintahkan United States Trade Representative (USTR) untuk mengkaji kemungkinan mengenakan bea masuk baru bagi senilai US$ 100 miliar produk impor asal China.
Trump menyatakan opsi tersebut diambil sebagai respon dari aksi balasan China yang sebelumnya telah mengumumkan bea masuk bagi produk impor asal AS senilai US$ 50 miliar. Total, ada 106 produk yang akan dikenakan bea masuk, termasuk kedelai, mobil, pesawat terbang, dan wiski. Perintah Trump kepada USTR tersebut lantas membuka babak baru dari perselisihan antar kedua negara dalam hal perdagangan.
Namun, Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow kembali mencoba menenangkan pasar. Mengutip ²©²ÊÍøÕ¾, Kudlow mengakui bahwa negosiasi soal tarif bea masuk dengan China memang belum menemui kesimpulan. Namun, dia menegaskan bahwa sejauh ini belum ada perang dagang antara AS dengan China.
Kini, investor nampak percaya bahwa pada akhirnya akan ada kesepakatan antar kedua negara, sehingga perang dagang yang berpotensi melemahkan laju ekonomi dunia bisa dihindari, walaupun sebenarnya hal tersebut masih perlu diwaspadai.
Pada siang ini, China melalui Kementerian Luar Negerinya mengungkapkan bahwa AS merupakan pihak yang harus disalahkan terkait kemelut perang dagang ini, sembari menambahkan bahwa negosiasi merupakan hal yang mustahil dilakukan pada saat seperti ini.
Secara sektoral, penguatan IHSG paling banyak ditopang oleh sektor jasa keuangan (+0,71%). Penguatan sektor ini dipicu oleh kenaikan harga saham bank-bank yang masuk dalam kategori BUKU IV: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menguat 1,44%, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) menguat 2,41%, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menguat 0,22%, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menguat 0,33%, dan PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) menguat 0,85%.
Pelaku pasar nampak mengapresiasi langkah Bank Indonesia dalam melakukan intervensi di pasar valuta asing. Hal ini terlihat dari cadangan posisi cadangan devisa per akhir Maret yang turun menjadi US$ 126 miliar, dari yang sebelumnya US$ 128,06 pada akhir Februari. Adanya kepastian dari bank sentral tersebut membuat investor kembali optimistis untuk melakukan aksi beli di pasar saham.
Meredanya ketakutan pelaku pasar terkait isu perang dagang juga memberi ruang bagi harga minyak mentah untuk mencatatkan penguatan. Sampai dengan akhir perdagangan IHSG, harga minyak mentah WTI kontrak pengiriman Mei menguat sebesar 0,4% ke level US$ 62,3/barel, sementara brent kontrak pengiriman Juni menguat 0,6% menjadi US$ 67,5/barel.
Selain karena meredanya ketakutan pelaku pasar terkait isu perang dagang, harga minyak mentah juga terkerek naik oleh isu geopolitik. Munculnya klaim pemberontak Suriah atas serangan kimia yang dilakukan oleh rezim Bashar Assad berpeluang mengundang campur tangan militer AS secara sepihak ke wilayah konflik tersebut. Intervensi AS akan membuat krisis kian meruncing karena Rusia jauh-jauh hari telah mengancam akan membalas serangan NATO yang mengancam posisi pasukannya di Suriah.
Serangan AS juga bisa memicu aksi balasan oleh kubu pendukung pemerintahan Bashar seperti Hizbullah, sehingga menambah panas krisis yang terjadi dan mengancam pasokan minyak mentah dunia.
Sisi negatifnya, investor asing masih mencatatkan jual bersih, kali ini senilai Rp 110,8 miliar. Saham-saham bank BUKU IV yang menjadi primadona hari ini nampak tak dilirik oleh investor asing: BBNI dilepas Rp 79,18 miliar, BMRI dilepas Rp 57,46 miliar, dan BBRI dilepas Rp 2,87 miliar. Investor asing nampak masih bermain aman sembari menunggu kelanjutan dari kebijakan perdagangan China dan AS.
Selain itu, investor asing nampak masih mencermati rilis data tenaga kerja Negeri Paman Sam pada hari Jumat lalu. Sepanjang bulan lalu, penciptaan lapangan kerja non-pertanian di AS tercatat sebesar 103.000, jauh lebih rendah dibandingkan konsensus yang sebesar 193.000. Sementara itu, tingkat pengangguran per akhir Maret nyatanya masih berada di angka 4,1%, lebih tinggi dari estimasi pelaku pasar yang memperkirakan tingkat pengangguran akan melandai ke angka 4%.
Namun, tingkat pertumbuhan upah sepanjang Maret tercatat sebesar 0,3% MoM, sesuai dengan estimasi. Capaian ini juga lebih baik dari periode Februari yang hanya sebesar 0,1% MoM.
Di satu sisi, lemahnya penciptaan tenaga kerja dan masih tingginya angka pengangguran mungkin akan membuat the Federal Reserve berhati-hati dalam melakukan normalisasi kebijakan. Namun di sisi lain, pertumbuhan tingkat upah yang cukup kuat membuka ruang bagi sang bank sentral untuk menginjak gas lebih kencang dari yang sebelumnya mereka rencanakan.
TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA
(dru) Next Article Sempat Menguat di Sesi 1, IHSG Hari Ini Ditutup Melemah
Transaksi berlangsung cukup ramai yaitu senilai Rp 7,26 triliun dengan volume sebanyak 12,5 miliar saham. Frekuensi perdagangan adalah sebanyak 368.231 kali. Sebelumnya pada perdagangan hari Jumat (6/4/2018), nilai transaksi tercatat sangat kecil yakni senilai Rp 5,72 triliun.
Sentimen perang dagang yang sempat mewarnai perdagangan pada hari Jumat lalu nampak tak lagi dipusingkan oleh pelaku pasar. Pada saat itu, Trump memerintahkan United States Trade Representative (USTR) untuk mengkaji kemungkinan mengenakan bea masuk baru bagi senilai US$ 100 miliar produk impor asal China.
Namun, Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow kembali mencoba menenangkan pasar. Mengutip ²©²ÊÍøÕ¾, Kudlow mengakui bahwa negosiasi soal tarif bea masuk dengan China memang belum menemui kesimpulan. Namun, dia menegaskan bahwa sejauh ini belum ada perang dagang antara AS dengan China.
Kini, investor nampak percaya bahwa pada akhirnya akan ada kesepakatan antar kedua negara, sehingga perang dagang yang berpotensi melemahkan laju ekonomi dunia bisa dihindari, walaupun sebenarnya hal tersebut masih perlu diwaspadai.
Pada siang ini, China melalui Kementerian Luar Negerinya mengungkapkan bahwa AS merupakan pihak yang harus disalahkan terkait kemelut perang dagang ini, sembari menambahkan bahwa negosiasi merupakan hal yang mustahil dilakukan pada saat seperti ini.
Secara sektoral, penguatan IHSG paling banyak ditopang oleh sektor jasa keuangan (+0,71%). Penguatan sektor ini dipicu oleh kenaikan harga saham bank-bank yang masuk dalam kategori BUKU IV: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menguat 1,44%, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) menguat 2,41%, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menguat 0,22%, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menguat 0,33%, dan PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) menguat 0,85%.
Pelaku pasar nampak mengapresiasi langkah Bank Indonesia dalam melakukan intervensi di pasar valuta asing. Hal ini terlihat dari cadangan posisi cadangan devisa per akhir Maret yang turun menjadi US$ 126 miliar, dari yang sebelumnya US$ 128,06 pada akhir Februari. Adanya kepastian dari bank sentral tersebut membuat investor kembali optimistis untuk melakukan aksi beli di pasar saham.
Meredanya ketakutan pelaku pasar terkait isu perang dagang juga memberi ruang bagi harga minyak mentah untuk mencatatkan penguatan. Sampai dengan akhir perdagangan IHSG, harga minyak mentah WTI kontrak pengiriman Mei menguat sebesar 0,4% ke level US$ 62,3/barel, sementara brent kontrak pengiriman Juni menguat 0,6% menjadi US$ 67,5/barel.
Selain karena meredanya ketakutan pelaku pasar terkait isu perang dagang, harga minyak mentah juga terkerek naik oleh isu geopolitik. Munculnya klaim pemberontak Suriah atas serangan kimia yang dilakukan oleh rezim Bashar Assad berpeluang mengundang campur tangan militer AS secara sepihak ke wilayah konflik tersebut. Intervensi AS akan membuat krisis kian meruncing karena Rusia jauh-jauh hari telah mengancam akan membalas serangan NATO yang mengancam posisi pasukannya di Suriah.
Serangan AS juga bisa memicu aksi balasan oleh kubu pendukung pemerintahan Bashar seperti Hizbullah, sehingga menambah panas krisis yang terjadi dan mengancam pasokan minyak mentah dunia.
Sisi negatifnya, investor asing masih mencatatkan jual bersih, kali ini senilai Rp 110,8 miliar. Saham-saham bank BUKU IV yang menjadi primadona hari ini nampak tak dilirik oleh investor asing: BBNI dilepas Rp 79,18 miliar, BMRI dilepas Rp 57,46 miliar, dan BBRI dilepas Rp 2,87 miliar. Investor asing nampak masih bermain aman sembari menunggu kelanjutan dari kebijakan perdagangan China dan AS.
Selain itu, investor asing nampak masih mencermati rilis data tenaga kerja Negeri Paman Sam pada hari Jumat lalu. Sepanjang bulan lalu, penciptaan lapangan kerja non-pertanian di AS tercatat sebesar 103.000, jauh lebih rendah dibandingkan konsensus yang sebesar 193.000. Sementara itu, tingkat pengangguran per akhir Maret nyatanya masih berada di angka 4,1%, lebih tinggi dari estimasi pelaku pasar yang memperkirakan tingkat pengangguran akan melandai ke angka 4%.
Namun, tingkat pertumbuhan upah sepanjang Maret tercatat sebesar 0,3% MoM, sesuai dengan estimasi. Capaian ini juga lebih baik dari periode Februari yang hanya sebesar 0,1% MoM.
Di satu sisi, lemahnya penciptaan tenaga kerja dan masih tingginya angka pengangguran mungkin akan membuat the Federal Reserve berhati-hati dalam melakukan normalisasi kebijakan. Namun di sisi lain, pertumbuhan tingkat upah yang cukup kuat membuka ruang bagi sang bank sentral untuk menginjak gas lebih kencang dari yang sebelumnya mereka rencanakan.
TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA
(dru) Next Article Sempat Menguat di Sesi 1, IHSG Hari Ini Ditutup Melemah
Most Popular