
Mata Uang Rupiah Juga Paling Jeblok di ASEAN
Raditya Hanung Prakoswa, ²©²ÊÍøÕ¾
20 April 2018 11:33

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Hingga pukul 11.00 WIB hari ini, mata uang rupiah bergerak melemah 0,28% terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ke level Rp 13.815/US$ di pasar spot. Mayoritas mata uang di kawasan ASEAN juga ikut tertekan, namun rupiah menjadi mata uang yang melemah paling dalam pada siang ini.
Berdasarkan data yang dilansir dari Reuters, beberapa mata uang kawasan yang ikut melemah bersama rupiah adalah Ringgit Malaysia (-0,03%), Dolar Singapura (-0,05%), dan Baht Thailand (-0,06%). Sementara itu Peso Filipina dan Dong Vietnam masih mampu bergerak menguat masing-masing sebesar 0,04% dan 0,03%.
Pelemahan rupiah menjelang akhir pekan nampaknya sulit dihindari didorong kekhawatiran pelaku pasar atas kenaikan suku bunga acuan the Federal Reserve yang lebih agresif dari rencana. Positifnya kinerja keuangan dari korporasi-korporasi yang melantai di Wall Street.
Kinerja yang positif dari para emiten membuka ruang bagi inflasi untuk terakselerasi lebih kencang dan memaksa the Federal Reserve selaku bank sentral untuk menaikkan suku bunga acuan lebih dari 3 kali pada tahun ini.
Sementara itu, imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun juga naik sebesar 0,7 bps ke level 2,921%, dimana ini merupakan titik tertinggi sejak 21 Februari silam. Sebagai catatan, pergerakan imbal hasil obligasi berbanding terbalik dengan harganya.
Tingkat imbal hasil obligasi yang sudah menarik ini sangat mungkin mendorong investor tergiur untuk menempatkan dananya pada obligasi terbitan pemerintah AS, serta melepas kepemilikannya atas instrumen investasi di Indonesia.
Di waktu yang bersamaan, Bank Indonesia (BI) justru memutuskan untuk menahan tingkat suku bunga acuan di level 4,25%, di saat negara-negara tetangga seperti Malaysia, China, dan Singapura sudah mulai melakukan normalisasi. Jika capital outflow menuju AS benar terjadi, bisa dipastikan tekanan terhadap rupiah masih akan berlangsung.Â
TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA
(RHG/RHG) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Berdasarkan data yang dilansir dari Reuters, beberapa mata uang kawasan yang ikut melemah bersama rupiah adalah Ringgit Malaysia (-0,03%), Dolar Singapura (-0,05%), dan Baht Thailand (-0,06%). Sementara itu Peso Filipina dan Dong Vietnam masih mampu bergerak menguat masing-masing sebesar 0,04% dan 0,03%.
Mata Uang ASEAN | Last Bid (/dolar AS) | Perubahan (%) |
Indonesia Rupiah | 13.818 | -0,28 |
Ringgit Malaysia | 1.320 | -0,03 |
Dolar Singapura | 1,3122 | -0,05 |
Baht Thailand | 31,24 | -0,06 |
Peso Filipina | 52,113 | +0,04 |
Dong Vietnam | 22.771 | +0,03 |
Pelemahan rupiah menjelang akhir pekan nampaknya sulit dihindari didorong kekhawatiran pelaku pasar atas kenaikan suku bunga acuan the Federal Reserve yang lebih agresif dari rencana. Positifnya kinerja keuangan dari korporasi-korporasi yang melantai di Wall Street.
Sementara itu, imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun juga naik sebesar 0,7 bps ke level 2,921%, dimana ini merupakan titik tertinggi sejak 21 Februari silam. Sebagai catatan, pergerakan imbal hasil obligasi berbanding terbalik dengan harganya.
Tingkat imbal hasil obligasi yang sudah menarik ini sangat mungkin mendorong investor tergiur untuk menempatkan dananya pada obligasi terbitan pemerintah AS, serta melepas kepemilikannya atas instrumen investasi di Indonesia.
Di waktu yang bersamaan, Bank Indonesia (BI) justru memutuskan untuk menahan tingkat suku bunga acuan di level 4,25%, di saat negara-negara tetangga seperti Malaysia, China, dan Singapura sudah mulai melakukan normalisasi. Jika capital outflow menuju AS benar terjadi, bisa dipastikan tekanan terhadap rupiah masih akan berlangsung.Â
TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA
(RHG/RHG) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Most Popular