
Investor Asing Kabur Rp 435 M, Laju IHSG Tertahan
Anthony Kevin, ²©²ÊÍøÕ¾
11 May 2018 16:27

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,83% ke level 5.956,83 pada perdagangan terakhir di pekan ini. Penguatan IHSG senada dengan bursa saham kawasan regional yang mayoritas diperdagangan di zona hijau: indeks Nikkei naik 1,16%, indeks Hang Seng naik 1,02%, indeks Strait Times naik 0,98%, indeks Kospi naik 0,55%, dan indeks SET (Thailand) naik 0,63%.
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 9,3 triliun dengan volume sebanyak 8,9 miliar saham. Frekuensi perdagangan adalah 434.924 kali.
Beberapa saham yang berkontribusi signifikan bagi penguatan IHSG diantaranya: PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (+3,61%), PT United Tractors Tbk/UNTR (+6,95%), PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk/INTP (+6,49%), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (+2,8%), dan PT Bumi Serpong Damai Tbk/BSDE (+10,2%).
Penguatan IHSG dimotori oleh nilai tukar rupiah yang bergerak menguat terhadap dolar AS. Pada perdagangan hari ini, rupiah menguat 0,92% terhadap dolar AS ke level Rp 13.945. Sinyal yang semakin jelas dari Bank Indonesia (BI) terkait kenaikan suku bunga acuan terbukti ampuh membuat rupiah perkasa di hadapan dolar AS, setidaknya untuk saat ini.
"Melemahnya nilai tukar rupiah dalam beberapa pekan terakhir sudah tidak lagi sejalan dengan kondisi fundamental ekonomi Indonesia saat ini. Terkait hal tersebut, dan melihat masih besarnya potensi tantangan dari kondisi global yang dapat berpotensi menganggu kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka menengah panjang, Bank Indonesia akan secara tegas dan konsisten mengarahkan dan memprioritaskan kebijakan moneter pada terciptanya stabilitas," demikian pernyataan Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo, Jumat (11/5/2018).
"Dengan mempertimbangkan hal tersebut, Bank Indonesia memiliki ruang yang cukup besar untuk menyesuaikan suku bunga kebijakan (7 Days Reverse Repo). Respon kebijakan tersebut akan dijalankan secara konsisten dan pre-emptive untuk memastikan keberlangsungan stabilitas," tambah Agus.
Dari sisi eksternal, meredanya ketakutan atas kenaikan suku bunga acuan yang kelewat agresif oleh the Federal Reserve telah membuka ruang bagi IHSG untuk kembali menguat. Kemarin (10/5/2018), inflasi AS periode April diumumkan di level 0,2% MoM, lebih rendah dari konsensus yang sebesar 0,3% MoM. Tingkat inflasi yang masih terjaga lantas menimbulkan persepsi bahwa kenaikan suku bunga acuan pada tahun ini masih akan dilakukan sebanyak 3 kali, sesuai dengan rencana awal.
Kondisi geopolitik juga mendukung bursa saham dalam negeri untuk menguat. Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un pada 12 Juni mendatang yang akan dilakukan di Singapura.
Pertemuan kedua kepala ini terbilang bersejarah. Pasalnya, belum pernah sekalipun Presiden AS dan Pemimpin Korea Utara bertemu secara empat mata. Malahan, Trump dan Kim Jong Un sempat terlibat perang kata-kata yang begitu panas pada tahun lalu. Trump sempat memanggil Kim Jong Un dengan sebutan 'Little Rocket Man', sementara Kim Jong Un memanggil mantan taipan properti tersebut dengan sebutan 'tua'.
Denuklirisasi akan menjadi fokus utama dari pertemuan ini. Jika denuklirisasi secara penuh benar dilakukan oleh Korea Utara, maka satu ketidakpastian yang dihadapi pelaku pasar akan menghilang.
Hubungan AS dan Korea Utara memang sedang mesra-mesranya. Kemarin (10/5/2018) waktu setempat, Secretary of State Mike Pompeo kembali dari Korea Utara dengan membawa 3 warga negara AS yang sebelumnya ditahan disana.
Namun, penguatan IHSG sejatinya perlu diwaspadai. Pasalnya, IHSG sempat mencapai titik tertingginya di level 6.023,04 (+1,95% dibandingkan penutupan perdagangan tanggal 9 Mei), sebelum berangsur-angsur turun.
Tertahannya laju IHSG disebabkan oleh aksi jual investor asing yang begitu kencang. Sampai akhir perdagangan, investor asing tercatat melakukan jual bersih sebesar Rp 434,6 miliar. Padahal, per akhir sesi 1 nilainya masih positif sekitar Rp 20 miliar.
Investor asing nampak mulai mencerna dampak dari kenaikan suku bunga acuan bagi perekonomian Indonesia. Kenaikan suku bunga acuan akan mendorong naik suku bunga kredit yang pada akhirnya semakin menekan daya beli masyarakat. Padalah, suku bunga acuan rendah saja konsumsi masyarakat Indonesia sudah lemah. Sepanjang 3 bulan pertama tahun ini, konsumsi rumah tangga yang merupakan komponen utama ekonomi Indonesia hanya mampu tumbuh 4,95% YoY, tak jauh berbeda dengan capaian periode yang sama tahun lalu sebesar 4,94% YoY.
Semakin tertekannya daya beli masyarakat dipastikan akan berpengaruh terhadap kinerja keuangan emiten-emiten sektor barang konsumsi. Beberapa saham emiten barang konsumsi yang dilepas investor asing pada hari ini diantaranya: PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dilepas Rp 32,7 miliar, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) dilepas Rp 32,2 miliar, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dilepas Rp 29,2 miliar, dan PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) dilepas Rp 18,2 miliar.
Selain itu, investor juga menantikan rilis data neraca berjalan kuartal-I 2018 yang dijadwalkan pada hari ini. Jika defisit ternyata lebih lebar dari yang diperkirakan, maka rupiah bisa kembali berada dalam tekanan.
(hps) Next Article Rupiah Nyaris Tembus Rp15.500/US$, Apa Harus Was-was?
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 9,3 triliun dengan volume sebanyak 8,9 miliar saham. Frekuensi perdagangan adalah 434.924 kali.
Beberapa saham yang berkontribusi signifikan bagi penguatan IHSG diantaranya: PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (+3,61%), PT United Tractors Tbk/UNTR (+6,95%), PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk/INTP (+6,49%), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (+2,8%), dan PT Bumi Serpong Damai Tbk/BSDE (+10,2%).
"Melemahnya nilai tukar rupiah dalam beberapa pekan terakhir sudah tidak lagi sejalan dengan kondisi fundamental ekonomi Indonesia saat ini. Terkait hal tersebut, dan melihat masih besarnya potensi tantangan dari kondisi global yang dapat berpotensi menganggu kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka menengah panjang, Bank Indonesia akan secara tegas dan konsisten mengarahkan dan memprioritaskan kebijakan moneter pada terciptanya stabilitas," demikian pernyataan Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo, Jumat (11/5/2018).
"Dengan mempertimbangkan hal tersebut, Bank Indonesia memiliki ruang yang cukup besar untuk menyesuaikan suku bunga kebijakan (7 Days Reverse Repo). Respon kebijakan tersebut akan dijalankan secara konsisten dan pre-emptive untuk memastikan keberlangsungan stabilitas," tambah Agus.
Dari sisi eksternal, meredanya ketakutan atas kenaikan suku bunga acuan yang kelewat agresif oleh the Federal Reserve telah membuka ruang bagi IHSG untuk kembali menguat. Kemarin (10/5/2018), inflasi AS periode April diumumkan di level 0,2% MoM, lebih rendah dari konsensus yang sebesar 0,3% MoM. Tingkat inflasi yang masih terjaga lantas menimbulkan persepsi bahwa kenaikan suku bunga acuan pada tahun ini masih akan dilakukan sebanyak 3 kali, sesuai dengan rencana awal.
Kondisi geopolitik juga mendukung bursa saham dalam negeri untuk menguat. Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un pada 12 Juni mendatang yang akan dilakukan di Singapura.
Pertemuan kedua kepala ini terbilang bersejarah. Pasalnya, belum pernah sekalipun Presiden AS dan Pemimpin Korea Utara bertemu secara empat mata. Malahan, Trump dan Kim Jong Un sempat terlibat perang kata-kata yang begitu panas pada tahun lalu. Trump sempat memanggil Kim Jong Un dengan sebutan 'Little Rocket Man', sementara Kim Jong Un memanggil mantan taipan properti tersebut dengan sebutan 'tua'.
Denuklirisasi akan menjadi fokus utama dari pertemuan ini. Jika denuklirisasi secara penuh benar dilakukan oleh Korea Utara, maka satu ketidakpastian yang dihadapi pelaku pasar akan menghilang.
Hubungan AS dan Korea Utara memang sedang mesra-mesranya. Kemarin (10/5/2018) waktu setempat, Secretary of State Mike Pompeo kembali dari Korea Utara dengan membawa 3 warga negara AS yang sebelumnya ditahan disana.
Namun, penguatan IHSG sejatinya perlu diwaspadai. Pasalnya, IHSG sempat mencapai titik tertingginya di level 6.023,04 (+1,95% dibandingkan penutupan perdagangan tanggal 9 Mei), sebelum berangsur-angsur turun.
Tertahannya laju IHSG disebabkan oleh aksi jual investor asing yang begitu kencang. Sampai akhir perdagangan, investor asing tercatat melakukan jual bersih sebesar Rp 434,6 miliar. Padahal, per akhir sesi 1 nilainya masih positif sekitar Rp 20 miliar.
Investor asing nampak mulai mencerna dampak dari kenaikan suku bunga acuan bagi perekonomian Indonesia. Kenaikan suku bunga acuan akan mendorong naik suku bunga kredit yang pada akhirnya semakin menekan daya beli masyarakat. Padalah, suku bunga acuan rendah saja konsumsi masyarakat Indonesia sudah lemah. Sepanjang 3 bulan pertama tahun ini, konsumsi rumah tangga yang merupakan komponen utama ekonomi Indonesia hanya mampu tumbuh 4,95% YoY, tak jauh berbeda dengan capaian periode yang sama tahun lalu sebesar 4,94% YoY.
Semakin tertekannya daya beli masyarakat dipastikan akan berpengaruh terhadap kinerja keuangan emiten-emiten sektor barang konsumsi. Beberapa saham emiten barang konsumsi yang dilepas investor asing pada hari ini diantaranya: PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dilepas Rp 32,7 miliar, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) dilepas Rp 32,2 miliar, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dilepas Rp 29,2 miliar, dan PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) dilepas Rp 18,2 miliar.
Selain itu, investor juga menantikan rilis data neraca berjalan kuartal-I 2018 yang dijadwalkan pada hari ini. Jika defisit ternyata lebih lebar dari yang diperkirakan, maka rupiah bisa kembali berada dalam tekanan.
(hps) Next Article Rupiah Nyaris Tembus Rp15.500/US$, Apa Harus Was-was?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular