
Sempat Sentuh Level Tertinggi, Harga CPO Mulai Turun
Raditya Hanung Prakoswa, ²©²ÊÍøÕ¾
23 May 2018 18:55

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ -ÌýHarga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) kontrak pengiriman Agustus 2018 di bursa derivatif Malaysia, melemah tipis 0,16% ke MYR2.473/ton, pada perdagangan hari ini. Tekanan bagi harga CPO datang dari ekspektasi penurunan ekspor Malaysia pada bulan ini. ÌýÌý
Komoditas unggulan ekspor Indonesia dan Malaysia ini tidak mampu melanjutkan penguatannya pada perdagangan kemarin. Sebagai informasi, harga CPO mampu menguat hingga 1,27% pada penutupan perdagangan hari Selasa (22/5/2018), dan menyentuh level tertingginya sejak April 2018.Ìý
Kemarin, harga CPO mendapatkan sentimen positif dari peningkatan harga minyak mentah dunia. Menjelang penutupan perdagangan kemarin, harga minyak jenis brent memang sempat menguat 0,78% ke level US$79,84/barel.
Penguatan harga si emas hitam kemarin didukung oleh Amerika Serikat (AS) yang menyatakan tidak merestui rezim presiden terpilih Venezuela Nicolas Maduro untuk kembali berkuasa selama 6 tahun ke depan.
Oleh karena itu, Reuters mengabarkan bahwa Trump sudah menandatangani perintah larangan kepada warga negara AS untuk membeli aset-aset Venezuela. Hal ini bertujuan untuk membatasi ruang korupsi, sesuatu yang dituduhkan AS kepada pemerintahan Maduro.
Jika Venezuela kesulitan memperoleh akses pembiayaan, maka akan semakin menekan perekonomian negara tersebut, yang saat ini pun sudah jatuh ke lembah krisis. Dampaknya adalah produksi dan distribusi minyak akan semakin terdisrupsi.
Saat produksi salah satu lumbung minyak dunia ini terganggu, maka dampaknya adalah pasokan minyak ke pasar global pun akan seret. Persepsi inilah yang menyebabkan harga minyak bergerak ke atas.
Sebagai tambahan, jangan lupa bahwa sejak 2 pekan lalu, harga minyak juga telah mendapatkan sentimen positif dari keputusan AS untuk keluar dari kesepakatan nuklir Iran, dan akan memulihkan sanksi ekonomi bagi Negeri Persia tersebut.
Perkembangan ini lantas mampu menyuntikkan energi positif bagi pergerakan harga CPO. Peningkatan harga minyak mentah dunia akan membuat produksi biodiesel menjadi lebih ekonomis. Hal ini tentunya akan mendorong permintaan CPO sebagai bahan baku biodiesel.
Selain itu, harga CPO juga mendapatkan angin segar dari penguatan harga sang rival minyak kedelai. Harga komoditas agrikultur unggulan Negeri Paman Sam di Chicago Board of Trade tercatat mampu menguat 4 hari berturut-turut hingga perdagangan kemarin. Pada perdagangan hari Senin (21/5/2018), harga minyak kedelai bahkan menguat 1,42%.
Harga CPO sejatinya memang dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lainnya (seperti minyak kedelai), seiring mereka bersaing memperebutkan pangsa pasar minyak nabati global. Ketika harga minyak kedelai menguat, kecenderungannya adalah harga CPO akan ikut naik.
Meski demikian pergerakan harga CPO hari ini berbalik arah. Pasalnya, ekspor minyak kelapa sawit Malaysia periode 1-20 Mei jatuh hingga 21%, apabila dibandingkan periode yang sama sebulan sebelumnya, seperti dilaporkan oleh AmSpec Agri Malaysia.
Perlambatan permintaan ekspor ini nampaknya terjadi akibat pemberlakuan kembali pajak ekspor minyak kelapa sawit Malaysia, di mana mulai dikenakan sebesar 5% pada awal bulan Mei lalu. Pada 4 bulan sebelumnya, pajak ini dibebaskan.
Selain itu, ekspor Malaysia juga masih tertekan oleh peningkatan tarif impor di India. Negeri Bollywood, yang merupakan salah satu importir CPO terbesar di dunia, menaikkan tarif impor dari semula 30% menjadi 44%.
Loyonya harga CPO hari ini lantas mendorong saham emiten sub-sektor kelapa sawit di bursa domestik, ditutup bervariasi. Hingga penutupan perdagangan hari ini, harga saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) turun 1,16% ke 12.800, PT London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) naik 0,82% ke 1.235, PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) terkoreksi 1,75% ke 1.120, PT Eagle High Plantations Tbk menguat 0,52% ke 194, dan PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) melambung 4,76% ke 1.100.
(hps) Next Article Harga CPO Anjlok Nyaris 2%, Saham AALI dan LSIP Rontok
Komoditas unggulan ekspor Indonesia dan Malaysia ini tidak mampu melanjutkan penguatannya pada perdagangan kemarin. Sebagai informasi, harga CPO mampu menguat hingga 1,27% pada penutupan perdagangan hari Selasa (22/5/2018), dan menyentuh level tertingginya sejak April 2018.Ìý
![]() |
Penguatan harga si emas hitam kemarin didukung oleh Amerika Serikat (AS) yang menyatakan tidak merestui rezim presiden terpilih Venezuela Nicolas Maduro untuk kembali berkuasa selama 6 tahun ke depan.
Oleh karena itu, Reuters mengabarkan bahwa Trump sudah menandatangani perintah larangan kepada warga negara AS untuk membeli aset-aset Venezuela. Hal ini bertujuan untuk membatasi ruang korupsi, sesuatu yang dituduhkan AS kepada pemerintahan Maduro.
Jika Venezuela kesulitan memperoleh akses pembiayaan, maka akan semakin menekan perekonomian negara tersebut, yang saat ini pun sudah jatuh ke lembah krisis. Dampaknya adalah produksi dan distribusi minyak akan semakin terdisrupsi.
Saat produksi salah satu lumbung minyak dunia ini terganggu, maka dampaknya adalah pasokan minyak ke pasar global pun akan seret. Persepsi inilah yang menyebabkan harga minyak bergerak ke atas.
Sebagai tambahan, jangan lupa bahwa sejak 2 pekan lalu, harga minyak juga telah mendapatkan sentimen positif dari keputusan AS untuk keluar dari kesepakatan nuklir Iran, dan akan memulihkan sanksi ekonomi bagi Negeri Persia tersebut.
Perkembangan ini lantas mampu menyuntikkan energi positif bagi pergerakan harga CPO. Peningkatan harga minyak mentah dunia akan membuat produksi biodiesel menjadi lebih ekonomis. Hal ini tentunya akan mendorong permintaan CPO sebagai bahan baku biodiesel.
Selain itu, harga CPO juga mendapatkan angin segar dari penguatan harga sang rival minyak kedelai. Harga komoditas agrikultur unggulan Negeri Paman Sam di Chicago Board of Trade tercatat mampu menguat 4 hari berturut-turut hingga perdagangan kemarin. Pada perdagangan hari Senin (21/5/2018), harga minyak kedelai bahkan menguat 1,42%.
Harga CPO sejatinya memang dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lainnya (seperti minyak kedelai), seiring mereka bersaing memperebutkan pangsa pasar minyak nabati global. Ketika harga minyak kedelai menguat, kecenderungannya adalah harga CPO akan ikut naik.
Meski demikian pergerakan harga CPO hari ini berbalik arah. Pasalnya, ekspor minyak kelapa sawit Malaysia periode 1-20 Mei jatuh hingga 21%, apabila dibandingkan periode yang sama sebulan sebelumnya, seperti dilaporkan oleh AmSpec Agri Malaysia.
Perlambatan permintaan ekspor ini nampaknya terjadi akibat pemberlakuan kembali pajak ekspor minyak kelapa sawit Malaysia, di mana mulai dikenakan sebesar 5% pada awal bulan Mei lalu. Pada 4 bulan sebelumnya, pajak ini dibebaskan.
Selain itu, ekspor Malaysia juga masih tertekan oleh peningkatan tarif impor di India. Negeri Bollywood, yang merupakan salah satu importir CPO terbesar di dunia, menaikkan tarif impor dari semula 30% menjadi 44%.
Loyonya harga CPO hari ini lantas mendorong saham emiten sub-sektor kelapa sawit di bursa domestik, ditutup bervariasi. Hingga penutupan perdagangan hari ini, harga saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) turun 1,16% ke 12.800, PT London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) naik 0,82% ke 1.235, PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) terkoreksi 1,75% ke 1.120, PT Eagle High Plantations Tbk menguat 0,52% ke 194, dan PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) melambung 4,76% ke 1.100.
(hps) Next Article Harga CPO Anjlok Nyaris 2%, Saham AALI dan LSIP Rontok
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular