
Kenaikan Harga Produk Ayam dan Sapi Dominasi Inflasi Mei
Raditya Hanung Prakoswa, ²©²ÊÍøÕ¾
04 June 2018 17:18

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Hari ini, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pada Mei 2018 terjadi inflasi sebesar 0,21% secara month-to-month (MtM), atau 3,23% secara year-on-year (YoY). Nilai tersebut tercatat lebih rendah dari konsensus yang dihimpun ²©²ÊÍøÕ¾ yang mengestimasikan inflasi sebesar 0,26% MtM atau 3,3% YoY.
Apabila diuraikan berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi terbesar terjadi pada kelompok sandang dengan 0,33% MtM. Diikuti oleh kelompok makanan jadi (0,31% MtM), bahan makanan (0,21% MtM), dan kesehatan (0,21% MtM).
Inflasi yang cukup kencang pada kelompok sandang didorong oleh kenaikan hargaÌýyang terjadi pada seluruh sub-kelompok di dalamnya, dipimpin oleh sub-kelompok sandang wanita sebesar 0,68% MtM. Kelompok ini lantas memberikan andil inflasi sebesar 0,02% pada inflasi umum Mei 2018, di mana komoditas baju muslim wanita mendominasi dengan menyumbang andil sebesar 0,01%.
Namun, yang perlu menjadi perhatian justru di kelompok bahan makanan. Pasalnya, inflasi sub-kelompok daging dan hasilnya mencapai 3,19% secara MtM, atau yang tertinggi dari seluruh kelompok pada bulan Mei 2018 ini. Sementara itu, komoditas yang dominan memberikan andil inflasi yaitu daging ayam ras sebesar 0,07% dan telur ayam ras sebesar 0,06%. Andil inflasi sebesar itu merupakan yang terbesar dari seluruh komoditas di Indonesia, pada Bulan Mei 2018.
Meski demikian, situasi tersebut dapat diimbangi oleh deflasi sebesar 5,41% MtM pada sub-kelompok bumbu-bumbuan, di mana tercatat sebagai deflasi terbesar dari seluruh kelompok pada Mei 2018. Komoditas yang dominan memberikan andil deflasi adalah cabai merah (-0,08%).
Data dari BPS di atas di atas senada dengan data harga rata-rata bahan pangan pokok nasional pada Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Bank Indonesia. Harga daging ayam dan telur ayam memang tercatat menanjak di sepanjang Mei 2018. Harga daging ayam menjadi lebih mahal Rp 700/kg menjadi Rp 35.100/kg, sedangkan harga telur ayam juga naik Rp 1.700/kg menjadi Rp 25.600/kg selama Mei 2018.
Pelemahan mata uang rupiah yang cukup signifikan hingga menembus angka Rp 14.210/dolar AS pada pertengahan Mei 2018 nampaknya berkontribusi pada mahalnya harga produk ayam. Pasalnya, ampas makanan untuk pakan ternak ternyata diimpor dengan Ìýjumlah besar (mencapai US$ 2,93 miliarÌýpada 2017).
Alhasil, biaya produksi peternak pun meningkat dan mendongkrak harga produk-produk peternakan yang dikonsumsi masyarakat sehari-hari seperti telur, sayur-sayuran, dan daging. Hal ini pun diamini oleh Kementerian Pertanian (Kementan).
"Daging ayam dan telur memang naik 2-3 hari ini, dari sekitar Rp 32.000 ke Rp 36.000 per kilogram. Harga pakan naik yang disebabkan dolar menguat. Kenaikan harga konsentrat pakan ini mencapai Rp 100-150 per kilogram," ujar Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementan Agung Hendriadi kepada ²©²ÊÍøÕ¾, Jumat (11/05/2018).
Sebagai tambahan, ternyata bukan produk ayam saja yang perlu diwaspadai. Inflasi sebesar 3,19% MtM pada sub-kelompok daging ternyata disebabkan oleh peningkatan harga daging sapi yang cukup signifikan di sepanjang Mei 2018.
Harga daging sapi kualitas I (yang banyak diimpor) tercatat bertambah mahal Rp 1.050/kg menjadi Rp 119.200/kg dalam sebulan terakhir. Sementara daging sapi kualitas II juga meningkat Rp 400/kg menjadi Rp 110.050/kg pada periode yang sama.
Di sisi lain, deflasi sebesar 5,41% MtM pada sub-kelompok bumbu-bumbuanÌýselaras denganÌýpenurunan harga cabai merah besar sebesar Rp 6.500/kg menjadi Rp 36.350/kg. Hal ini didorong oleh melimpahnya pasokan cabai merah terutama di sejumlah daerah produsen. Situasi ini kemudian mengompensasi inflasi yang terjadi pada sub-kelompok daging dan hasilnya.
Namun, tetap saja kenaikan harga daging ayam, telur ayam, dan daging sapi yang berkesinambungan akan mengancam kenaikan inflasi yang lebih besar pada Juni 2018. Apalagi, bulan ini bertepatan dengan momen lebaran, di mana tingkat konsumsi masyarakat terhadap bahan pangan pokok diprediksikan akan mencapai puncaknya.
(RHG/aji) Next Article Survei BI: Juli Terjadi Inflasi Hingga 0,24% Karena Ayam
Apabila diuraikan berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi terbesar terjadi pada kelompok sandang dengan 0,33% MtM. Diikuti oleh kelompok makanan jadi (0,31% MtM), bahan makanan (0,21% MtM), dan kesehatan (0,21% MtM).
Inflasi yang cukup kencang pada kelompok sandang didorong oleh kenaikan hargaÌýyang terjadi pada seluruh sub-kelompok di dalamnya, dipimpin oleh sub-kelompok sandang wanita sebesar 0,68% MtM. Kelompok ini lantas memberikan andil inflasi sebesar 0,02% pada inflasi umum Mei 2018, di mana komoditas baju muslim wanita mendominasi dengan menyumbang andil sebesar 0,01%.
![]() |
Namun, yang perlu menjadi perhatian justru di kelompok bahan makanan. Pasalnya, inflasi sub-kelompok daging dan hasilnya mencapai 3,19% secara MtM, atau yang tertinggi dari seluruh kelompok pada bulan Mei 2018 ini. Sementara itu, komoditas yang dominan memberikan andil inflasi yaitu daging ayam ras sebesar 0,07% dan telur ayam ras sebesar 0,06%. Andil inflasi sebesar itu merupakan yang terbesar dari seluruh komoditas di Indonesia, pada Bulan Mei 2018.
Data dari BPS di atas di atas senada dengan data harga rata-rata bahan pangan pokok nasional pada Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Bank Indonesia. Harga daging ayam dan telur ayam memang tercatat menanjak di sepanjang Mei 2018. Harga daging ayam menjadi lebih mahal Rp 700/kg menjadi Rp 35.100/kg, sedangkan harga telur ayam juga naik Rp 1.700/kg menjadi Rp 25.600/kg selama Mei 2018.
![]() |
Pelemahan mata uang rupiah yang cukup signifikan hingga menembus angka Rp 14.210/dolar AS pada pertengahan Mei 2018 nampaknya berkontribusi pada mahalnya harga produk ayam. Pasalnya, ampas makanan untuk pakan ternak ternyata diimpor dengan Ìýjumlah besar (mencapai US$ 2,93 miliarÌýpada 2017).
Alhasil, biaya produksi peternak pun meningkat dan mendongkrak harga produk-produk peternakan yang dikonsumsi masyarakat sehari-hari seperti telur, sayur-sayuran, dan daging. Hal ini pun diamini oleh Kementerian Pertanian (Kementan).
"Daging ayam dan telur memang naik 2-3 hari ini, dari sekitar Rp 32.000 ke Rp 36.000 per kilogram. Harga pakan naik yang disebabkan dolar menguat. Kenaikan harga konsentrat pakan ini mencapai Rp 100-150 per kilogram," ujar Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementan Agung Hendriadi kepada ²©²ÊÍøÕ¾, Jumat (11/05/2018).
Sebagai tambahan, ternyata bukan produk ayam saja yang perlu diwaspadai. Inflasi sebesar 3,19% MtM pada sub-kelompok daging ternyata disebabkan oleh peningkatan harga daging sapi yang cukup signifikan di sepanjang Mei 2018.
Harga daging sapi kualitas I (yang banyak diimpor) tercatat bertambah mahal Rp 1.050/kg menjadi Rp 119.200/kg dalam sebulan terakhir. Sementara daging sapi kualitas II juga meningkat Rp 400/kg menjadi Rp 110.050/kg pada periode yang sama.
Di sisi lain, deflasi sebesar 5,41% MtM pada sub-kelompok bumbu-bumbuanÌýselaras denganÌýpenurunan harga cabai merah besar sebesar Rp 6.500/kg menjadi Rp 36.350/kg. Hal ini didorong oleh melimpahnya pasokan cabai merah terutama di sejumlah daerah produsen. Situasi ini kemudian mengompensasi inflasi yang terjadi pada sub-kelompok daging dan hasilnya.
Namun, tetap saja kenaikan harga daging ayam, telur ayam, dan daging sapi yang berkesinambungan akan mengancam kenaikan inflasi yang lebih besar pada Juni 2018. Apalagi, bulan ini bertepatan dengan momen lebaran, di mana tingkat konsumsi masyarakat terhadap bahan pangan pokok diprediksikan akan mencapai puncaknya.
TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA
(RHG/aji) Next Article Survei BI: Juli Terjadi Inflasi Hingga 0,24% Karena Ayam
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular