²©²ÊÍøÕ¾

AS Konfirmasi Saudi Siap Naikkan Produksi, Harga Minyak Jatuh

Raditya Hanung Prakoswa, ²©²ÊÍøÕ¾
02 July 2018 11:37
Harga minyak jenis light sweet yang menjadi acuan di Amerika Serikat (AS) melemah 1,17% ke US$73,28/barel.
Foto: Reuters
Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ -ÌýHarga minyak jenis light sweet yang menjadi acuan di Amerika Serikat (AS) melemah 1,17% ke US$73,28/barel, sementara Brent yang menjadi acuan di Benua Eropa juga terkoreksi 1,61% ke US$78,16/barel, pada perdagangan hari ini Senin (02/07/2108) hingga pukul 10.17 WIB.

Light sweet tergelincir dari titik tertingginya sejak akhir November 2014 di angka US$74,15/barel, yang dicapai pada perdagangan hari Jumat (29/06/2018).

Sebagai informasi, di sepanjang pekan lalu, light sweet dan brent mampu ditutup menguat masing-masing sebesar 8,12% dan 5,15%, didukung oleh kekhawatiran investor bahwa sanksi AS terhadap Iran dapat mengurangi pasokan minyak mentah global secara signifikan, di saat permintaan justru meningkat.

Mengutip Reuters, AS kini ingin agar negara-negara sekutunya, termasuk China dan India, untuk menghentikan impor minyak dari Iran mulai November. Tujuannya adalah agar akses pendanaan bagi Teheran semakin terbatas.
AS Konfirmasi Saudi Siap Naikkan Produksi, Harga Minyak JatuhFoto: ²©²ÊÍøÕ¾/Raditya Hanung

Selain itu, kekhawatiran penurunan pasokan dari Kanada dan Libya juga mampu mengangkat harga minyak di sepanjang pekan lalu. Di Kanada, ada gangguan di fasilitas produksi di Alberta yang bisa mengancam sekitar 10% dari total pasokan minyak Negeri Daun Maple. Gangguan produksi ini diperkirakan berlangsung hingga Juli dan bisa mempengaruhi produksi sebanyak 350.000 barel/hari.

Sementara dari Libya, ada ketidakjelasan pihak mana yang tengah mengendalikan ekspor minyak. Seiring dengan pemerintahan Libya yang pecah kongsi, perusahaan minyak negara pun terpecah dua tetapi sama-sama memakai nama National Oil Company (NOC). Bedanya, satu NOC resmi milik pemerintah berbasis di Tripoli dan yang lain adalah NOC milik pemberontak di Benghazi.

Pasukan separatis mengklaim mereka telah menguasai pelabuhan Hariga dan Zueitina dan menyerahkannya kepada NOC Benghazi. Dua pelabuhan ini merupakan objek vital dan menentukan ekspor minyak Libya. Kisruh tersebut menyebabkan pasokan minyak dari Libya turun sekitar 450.000 barel/hari. Ini hampir separuh dari total produksi minyak di sana yaitu 1 juta barel/hari.


Namun, pada awal pekan ini, harga minyak mendapat sentimen negatif. Presiden AS Donald Trump mengatakanÌýbahwa Raja Salman dari Arab Saudi telah setuju untuk meningkatkan produksi minyak Negeri Padang Pasir pada kisaran hingga 2 juta barel/hari. Peningkatan produksi bertujuan untuk mengimbangi produksi dari Iran dan Venezuela.

"Saya baru bicara dengan Raja Salman dari Arab Saudi dan menjelaskan kepada beliau karena kekacauan dan disfungsi di Iran dan Venezuela, saya meminta Arab Saudi meningkatkan produksi minyak, mungkin hingga 2 juta barel. Beliau telah setuju!" ujar Trump dalam kicauannya di Twitter.

Cuitan twitter Trump tersebut kemudian dikonfirmasi secara resmi oleh Gedung Putih pada hari Sabtu (30/06/2018), di mana disampaikan bahwa Raja Salman telah menjanjikan Trump bahwa dia dapat menaikkan produksi minyak jika dibutuhkan, dan bahwa Saudi mempunyai ruang peningkatan hingga 2 juta barel per hari (bph).Ìý

Hal ini lantas memberikan indikasi berakhirnya masa pasokan minyak global yang ketat. Kekurangan pasokan dari Iran, Venezuela, dan Libya akan mampu dikompensasi oleh peningkatan produksi minyak dari Rusia, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), dan AS.

Sebagai catatan, dalam pertemuan di Wina (Austria) pada 22 Juni lalu, OPEC dan mitra produsen minyak Ìýnon-OPEC telah sepakat untuk menaikkan produksi minyak secara moderat, yakni sekitar 1 juta barel/hari.

Kemudian, produksi minyak mentah Negeri Paman Sam juga telah berada di angka 10,9 juta barel/hari, mendekati tingkat produksi 11 juta barel/hari. Kapasitas sebesar itu sebelumnya hanya dapat dicapai oleh Rusia, sang produsen no. 1 dunia.


TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA
(RHG/hps) Next Article Brent Anjlok Nyaris 1%, Minyak Jauhi US$ 80/barel

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular