
Genjot Pinjaman KPR, SMF Berencana Terbitkan Obligasi Rp 1 T
Tito Bosnia, ²©²ÊÍøÕ¾
13 July 2018 11:54

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - PT Sarana Multigriya Finansial (Persero/SMF) berencana menerbitkan obligasi berkelanjutan IV SMF Tahap V Tahun 2018 dengan nilai nominal sebesar Rp 1 triliun.
Menurut Direktur Sekuritas dan Pembiayaan SMF Heliantopo obligasi tersebut akan diterbitkan pada September tahun ini. "Untuk kupon masih belum ditentukan lihat pasar dulu mau nya gimana, sedangkan untuk tenor dari obligasi memiliki jangka waktu satu dan tiga tahun," ujar Topo di Kantor Pusat SMF, Jumat (13/7/18).
Nantinya, seluruh dana dari hasil penerbitan obligasi tersebut seluruhnya digunakan untuk peningkatan jumlah penyaluran pembiayaan kredit pemilikan rumah (KPR).
Tahun ini, SMF menargetkan jumlah penyaluran pinjaman sebesar Rp 9,6 triliun. Hingga semester-I tahun ini SMF telah menyalurkan sebesar 45,22% atau Rp 4,3 triliun.
Sebelumnya di sepanjang semester-I tahun ini perseroan telah menerbitkan obligasi yaitu Tahap III dan IV senilai Rp 3,16 triliun.
Obligasi PUT IV Tahap III tersebut diterbitkan pada 20 Februari 2018 sebesar Rp 1 triliun dengan kupon 6% dan jangka waktu pinjaman (tenor) satu tahun, serta Rp 800 miliar untuk kupon 6,85% dengan tenor 3 tahun.
Sedangkan PUT IV Tahap IV diterbitkan SMF pada 18 Mei 2018 juga dengan dua seri yaitu Rp 755 miliar dengan kupon 6,05% untuk tenor satu tahun dan Rp 408 miliar dengan kupon 6,95% untuk tenor 3 tahun.
Selain itu, SMF juga akan mendirikan unit bisnis barunya yaitu Unit Usaha Syariah (UUS) SMF pada bulan ini. Pembentukan unit baru Syariah tersebut dilakukan untuk mendukung peningkatan KPR Syariah bagi SMF menyusul perkembangan pasar pembiayaan perumahan Syariah di Indonesia yang terus meningkat.
Hingga Juni 2018, produk pembiayaan syariah secara keseluruhan telah mencapai angka Rp 2,10 triliun dari seluruh total akumulatif dana yang disalurkan oleh SMF yang mencapai Rp 41,97 triliun.
"Tahun ini unit usaha syariah sangat promising (menjanjikan), jadi setelah adanya UUS kami menargetkan kinerja yang lebih tinggi kedepannya secara bertahap," ujar Heliantopo.
Sementara itu, selain meluncurkan unit usaha baru, SMF juga berencana untuk merilis produk barunya yaitu Efek Beragun Aset Ritel (EBA Retail) yang merupakan produk investasi baru yang ditawarkan kepada masyarakat sebagai bagian dari diversifikasi produk perusahaan.
"Mudah-mudahan produk ritel ini bisa diserap kedepannya dan berjalan cukup likuid. Jadi nanti kami bekerja sama dengan ritel-ritel yang lain karena saat ini investasi melalui EBA masih minim sekali ya," tambah Heliantopo.
Laba Bersih
Sementara itu, hingga periode enam bulan pertama bulan ini, SMF mencatatkan laba bersih sebesar Rp 219 miliar atau tumbuh tipis 2,34% dibandingkan dengan laba bersih pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 214 miliar.
Sementara itu, pendapatan SMF pada periode tersebut tumbuh 7,83% menjadi Rp 620 miliar dibandingkan semester-I pada 2017 sebesar Rp 575 miliar.
"Kami intinya bisnis kan bukan mencari profit yang penting program terutama pemerintah berjalan lancar. Laba memang iya, namun yang penting tidak rugi," ungkap Heliantopo.
Sedangkan pada periode tersebut total ekuitas SMF meningkat 19,08% menjadi Rp 7,95 triliun dibandingkan dengan semester-I tahun lalu sebesar Rp 6,68 triliun. Sedangkan liabilitas SMF naik 21,51% menjadi Rp 8,83 triliun.
Sementara itu, aset SMF di sepanjang semester I-2018 tumbuh 20,34% menjadi Rp 16,78 triliun dibandingkan dengan aset SMF pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 13,95 triliun.
(hps/hps) Next Article Pandemi, SMF Pastikan Likuiditas Aman Untuk Penuhi Kewajiban
Menurut Direktur Sekuritas dan Pembiayaan SMF Heliantopo obligasi tersebut akan diterbitkan pada September tahun ini. "Untuk kupon masih belum ditentukan lihat pasar dulu mau nya gimana, sedangkan untuk tenor dari obligasi memiliki jangka waktu satu dan tiga tahun," ujar Topo di Kantor Pusat SMF, Jumat (13/7/18).
Nantinya, seluruh dana dari hasil penerbitan obligasi tersebut seluruhnya digunakan untuk peningkatan jumlah penyaluran pembiayaan kredit pemilikan rumah (KPR).
Sebelumnya di sepanjang semester-I tahun ini perseroan telah menerbitkan obligasi yaitu Tahap III dan IV senilai Rp 3,16 triliun.
Obligasi PUT IV Tahap III tersebut diterbitkan pada 20 Februari 2018 sebesar Rp 1 triliun dengan kupon 6% dan jangka waktu pinjaman (tenor) satu tahun, serta Rp 800 miliar untuk kupon 6,85% dengan tenor 3 tahun.
Sedangkan PUT IV Tahap IV diterbitkan SMF pada 18 Mei 2018 juga dengan dua seri yaitu Rp 755 miliar dengan kupon 6,05% untuk tenor satu tahun dan Rp 408 miliar dengan kupon 6,95% untuk tenor 3 tahun.
Selain itu, SMF juga akan mendirikan unit bisnis barunya yaitu Unit Usaha Syariah (UUS) SMF pada bulan ini. Pembentukan unit baru Syariah tersebut dilakukan untuk mendukung peningkatan KPR Syariah bagi SMF menyusul perkembangan pasar pembiayaan perumahan Syariah di Indonesia yang terus meningkat.
Hingga Juni 2018, produk pembiayaan syariah secara keseluruhan telah mencapai angka Rp 2,10 triliun dari seluruh total akumulatif dana yang disalurkan oleh SMF yang mencapai Rp 41,97 triliun.
"Tahun ini unit usaha syariah sangat promising (menjanjikan), jadi setelah adanya UUS kami menargetkan kinerja yang lebih tinggi kedepannya secara bertahap," ujar Heliantopo.
Sementara itu, selain meluncurkan unit usaha baru, SMF juga berencana untuk merilis produk barunya yaitu Efek Beragun Aset Ritel (EBA Retail) yang merupakan produk investasi baru yang ditawarkan kepada masyarakat sebagai bagian dari diversifikasi produk perusahaan.
"Mudah-mudahan produk ritel ini bisa diserap kedepannya dan berjalan cukup likuid. Jadi nanti kami bekerja sama dengan ritel-ritel yang lain karena saat ini investasi melalui EBA masih minim sekali ya," tambah Heliantopo.
Laba Bersih
Sementara itu, hingga periode enam bulan pertama bulan ini, SMF mencatatkan laba bersih sebesar Rp 219 miliar atau tumbuh tipis 2,34% dibandingkan dengan laba bersih pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 214 miliar.
Sementara itu, pendapatan SMF pada periode tersebut tumbuh 7,83% menjadi Rp 620 miliar dibandingkan semester-I pada 2017 sebesar Rp 575 miliar.
"Kami intinya bisnis kan bukan mencari profit yang penting program terutama pemerintah berjalan lancar. Laba memang iya, namun yang penting tidak rugi," ungkap Heliantopo.
Sedangkan pada periode tersebut total ekuitas SMF meningkat 19,08% menjadi Rp 7,95 triliun dibandingkan dengan semester-I tahun lalu sebesar Rp 6,68 triliun. Sedangkan liabilitas SMF naik 21,51% menjadi Rp 8,83 triliun.
Sementara itu, aset SMF di sepanjang semester I-2018 tumbuh 20,34% menjadi Rp 16,78 triliun dibandingkan dengan aset SMF pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 13,95 triliun.
(hps/hps) Next Article Pandemi, SMF Pastikan Likuiditas Aman Untuk Penuhi Kewajiban
Most Popular