
Bakrie Plantation Konversi Utang jadi Saham Senilai Rp 7 T
Tito Bosnia, ²©²ÊÍøÕ¾
20 July 2018 19:05

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) menargetkan untuk melakukan restrukturisasi utang hingga Rp 7 triliun pada semester-II tahun ini atau 50% dari total utang yang dimiliki perseroan sebesar Rp 13,9 triliun, dengan mekanisme debt to equity swap.
Restrukturisasi utang dengan skema konversi utang menjadi saham tersebut telah dimulai dengan penerbitan saham baru tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) senilai Rp 338,48 miliar yang direalisasikan pada Juni 2018.
"Yang non-hmetd sudah diterbitkan dan saham kami sudah bertambah. Tahun ini bisa berkurang setengahnya sesuai dengan target kami," ujar Direktur Perseroan Andi W. Setianto di Aston Bridge Kuningan, Jumat (20/7/18).
Dengan berkurangnya jumlah utang jangka panjang dan pendek perseroan tersebut, diperkirakan mampu untuk mengurangi 50% beban keuangan perseroan yang menopang kerugian pada tahun buku 2017.
Pada periode tersebut UNSP mengalami kerugian bersih sebesar Rp 1,64 triliun dibandingkan rugi 2016 sebesar Rp 484,66 miliar. Sedangkan beban keuangan perseroan pada periode tersebut mencapai Rp 1,01 triliun dibandingkan dengan penjualan bersih sebesar Rp 1,5 triliun ditambah dengan beban pokok penjualan sebesar Rp 916,69 miliar.
"Saat ini proses negosiasi sedang berlangsung dengan kreditur, namun kami belum bisa mempublish utang terdekat yang akan dikonversi," tambah Andi.
Lebih lanjut, konversi utang menjadi saham merupakan salah satu cara yang paling dipilih perseroan untuk melakukan restrukturisasi atas utang-utangnya. Perseroan juga menghindari penjualan aset perseroan unutk menutupi utang tersebut.
"Prosesnya ga lama juga, setelah kami melakukan konversi yang senilai Rp 338 miliar itu prosesnya sempat lama ya. Tapi kan sudah dapat persetujuan pemegang saham sudah kuorum jadi prosesnya bisa lebih cepat dan sesuai target," ungkap Andi.
Sebelumnya, melakukan konversi utang kepada beberapa kreditur yaitu Indo Alam Resources (IAR) sebesar Rp 130,95 miliar, PT Mateo Sagraha Atlantis (MSA) sebesar Rp 67,08 miliar, kepada PT Lingga Manik (LM) Rp 12,08 miliar, Leonard Djajali (LD) sebesar Rp 58,33 miliar dan Loh Thim Fatt (LTF) sebesar Rp 69,99 miliar dengan total nilai Rp 338,48 miliar sebagai langkah memperbaiki kinerja keuangan perseroan kedepannya.
Target Produksi
(dob) Next Article 4 Saham Grup Bakrie Cuan Gokil, Mulai Keluar dari Klub Gocap
Restrukturisasi utang dengan skema konversi utang menjadi saham tersebut telah dimulai dengan penerbitan saham baru tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) senilai Rp 338,48 miliar yang direalisasikan pada Juni 2018.
Pada periode tersebut UNSP mengalami kerugian bersih sebesar Rp 1,64 triliun dibandingkan rugi 2016 sebesar Rp 484,66 miliar. Sedangkan beban keuangan perseroan pada periode tersebut mencapai Rp 1,01 triliun dibandingkan dengan penjualan bersih sebesar Rp 1,5 triliun ditambah dengan beban pokok penjualan sebesar Rp 916,69 miliar.
"Saat ini proses negosiasi sedang berlangsung dengan kreditur, namun kami belum bisa mempublish utang terdekat yang akan dikonversi," tambah Andi.
Lebih lanjut, konversi utang menjadi saham merupakan salah satu cara yang paling dipilih perseroan untuk melakukan restrukturisasi atas utang-utangnya. Perseroan juga menghindari penjualan aset perseroan unutk menutupi utang tersebut.
"Prosesnya ga lama juga, setelah kami melakukan konversi yang senilai Rp 338 miliar itu prosesnya sempat lama ya. Tapi kan sudah dapat persetujuan pemegang saham sudah kuorum jadi prosesnya bisa lebih cepat dan sesuai target," ungkap Andi.
Sebelumnya, melakukan konversi utang kepada beberapa kreditur yaitu Indo Alam Resources (IAR) sebesar Rp 130,95 miliar, PT Mateo Sagraha Atlantis (MSA) sebesar Rp 67,08 miliar, kepada PT Lingga Manik (LM) Rp 12,08 miliar, Leonard Djajali (LD) sebesar Rp 58,33 miliar dan Loh Thim Fatt (LTF) sebesar Rp 69,99 miliar dengan total nilai Rp 338,48 miliar sebagai langkah memperbaiki kinerja keuangan perseroan kedepannya.
Target Produksi
Bakrie Plantation menargetkan pertumbuhan produksi sawit dan turunannya pada 2018 tumbuh 10% menjadi 550 ribu ton dibandingkan pada 2017 sebesar 495,84 ribu ton.
Pertumbuhan produksi tersebut seiring dengan rencana perseroan untuk melakukan pengembangan bibit unggul dengan melakukan kerja sama dengan para petani.
"Petani di Indonesia memiliki 4 juta hektar lahan sehinggakami memberikan bibit unggul dan kemudian kami produksi lagi sehingga menjadi kunci produktivitas berkelanjutan perseroan kedepannya," ujar Andi W. Setianto, Direktur Perseroan di Aston Bridge Kuningan, Jumat (20/7/18).
Sedangkan hingga semester-I tahun ini, perseroan telah memproduksi sekitar 244 ribu ton produk sawit dan turunannya.
Diperkirakan kuartal-III tahun ini menjadi puncak hasil produksi perseroan mengingat cuaca yang membaik pada musim tersebut. Sehingga, target pendapatan penjualan perseroan tahun ini juga diperkirakan meningkat 10% menjadi Rp 1,65 triliun dibandingkan tahun lalu.
"Kalau produk karet kami diperkirakan sedikit menurun hasilnya menjadi sejak pelepasan PT Julang Oca Permana. Kontribusi karet juga hanya 30% dari total pendapatan perseroan kalau pendapatan dari sawit mencapai 70%," tambah Andi.
Pertumbuhan produksi tersebut seiring dengan rencana perseroan untuk melakukan pengembangan bibit unggul dengan melakukan kerja sama dengan para petani.
"Petani di Indonesia memiliki 4 juta hektar lahan sehinggakami memberikan bibit unggul dan kemudian kami produksi lagi sehingga menjadi kunci produktivitas berkelanjutan perseroan kedepannya," ujar Andi W. Setianto, Direktur Perseroan di Aston Bridge Kuningan, Jumat (20/7/18).
Sedangkan hingga semester-I tahun ini, perseroan telah memproduksi sekitar 244 ribu ton produk sawit dan turunannya.
Diperkirakan kuartal-III tahun ini menjadi puncak hasil produksi perseroan mengingat cuaca yang membaik pada musim tersebut. Sehingga, target pendapatan penjualan perseroan tahun ini juga diperkirakan meningkat 10% menjadi Rp 1,65 triliun dibandingkan tahun lalu.
"Kalau produk karet kami diperkirakan sedikit menurun hasilnya menjadi sejak pelepasan PT Julang Oca Permana. Kontribusi karet juga hanya 30% dari total pendapatan perseroan kalau pendapatan dari sawit mencapai 70%," tambah Andi.
(dob) Next Article 4 Saham Grup Bakrie Cuan Gokil, Mulai Keluar dari Klub Gocap
Most Popular