Rupiah Terlemah Sejak 2015, Asing Ramai Jual Saham
Anthony Kevin, ²©²ÊÍøÕ¾
13 August 2018 09:45

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Investor asing langsung tancap gas meninggalkan pasar saham pada pagi hari ini. Baru juga 30 menit perdagangan berjalan, investor asing sudah mencatatkan jual bersih senilai 162,1 miliar.
5 besar saham yang dilepas investor asing adalah: PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk/TKIM (Rp 46,3 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 33,3 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 27,4 miliar), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 16 miliar), dan PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 11,5 miliar).
Aksi jual investor asing terjadi lantaran rupiah yang babak belur melawan dolar AS. Pada pagi hari ini, rupiah melemah 0,93% di pasar spot ke level Rp 14.605/dolar AS, dimana ini merupakan titik terendah sejak September 2015.
Ketika rupiah melemah dengan nilai yang signifikan seperti saat ini, berinvestasi dalam aset-aset berbasis rupiah memang menjadi tak menarik, lantaran ada potensi kerugian kurs yang harus ditanggung.
Investor merespon negatif melebarnya defisit neraca berjalan (current account deficit/CAD) kuartal-II 2018 yang menembus level 3% dari PDB, yakni di level 3,04%. Padahal pada kuartal-I 2018, defisitnya hanya sebesar 2,21% dari PDB.
Capaian ini terbilang cukup bersejarah. Pasalnya, kali terakhir CAD menyentuh level 3% dari PDB adalah pada kuartal-III 2014 silam. Pada 3 bulan kedua tahun ini, nilai nominal dari CAD mencapai US$ 8,03 miliar, sementara pada kuartal-I nilainya hanya sebesar US$ 5,72 miliar.
Akibat melebarnya CAD, defisit Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) melebar menjadi US$ 4,31 miliar, dari yang sebelumnya US$ 3,86 miliar.
Selain itu, pergerakan nilai tukar rupiah juga terimbas oleh krisis ekonomi yang terjadi di Turki. Pada hari Jumat kemarin (10/8/2018), nilai tukar lira terdepresiasi hingga 16% di pasar spot melawan dolar AS. Kejatuhan lira terjadi pasca Presiden AS Donald Trump menyetujui pengenaan bea masuk bagi impor baja asal Turki sebesar 50%. Aluminium juga kena bea masuk 20%.
"Saya telah menyetujui penggandaan tarif bea masuk untuk baja dan aluminium kepada Turki, karena mata uang mereka melemah terhadap dolar AS kami yang begitu kuat! Hubungan kami dengan Turki tidak baik pada saat ini!" tegas Trump melalui cuitan di Twitter, akhir pekan lalu.
Kebijakan Trump ini merupakan balasan terhadap langkah Turki yang menahan seorang Pastur asal AS, Andrew Brunson. Pemerintah Turki menuding pastur asal AS ini sebagai salah satu pendukung upaya kudeta pada 2016. Brunson menolak tuduhan tersebut, tetapi nasibnya masih terkatung-katung.
Upaya Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan untuk meredakan tekanan terhadap lira dengan menyuruh masyarakatnya menukarkan dolar AS dan emas yang dimilikinya tak direspon positif oleh investor.
TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA
(ank/ank) Next Article Analis : Net Sell Asing Hanya Bersifat Sementara
5 besar saham yang dilepas investor asing adalah: PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk/TKIM (Rp 46,3 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 33,3 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 27,4 miliar), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 16 miliar), dan PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 11,5 miliar).
Aksi jual investor asing terjadi lantaran rupiah yang babak belur melawan dolar AS. Pada pagi hari ini, rupiah melemah 0,93% di pasar spot ke level Rp 14.605/dolar AS, dimana ini merupakan titik terendah sejak September 2015.
Investor merespon negatif melebarnya defisit neraca berjalan (current account deficit/CAD) kuartal-II 2018 yang menembus level 3% dari PDB, yakni di level 3,04%. Padahal pada kuartal-I 2018, defisitnya hanya sebesar 2,21% dari PDB.
Capaian ini terbilang cukup bersejarah. Pasalnya, kali terakhir CAD menyentuh level 3% dari PDB adalah pada kuartal-III 2014 silam. Pada 3 bulan kedua tahun ini, nilai nominal dari CAD mencapai US$ 8,03 miliar, sementara pada kuartal-I nilainya hanya sebesar US$ 5,72 miliar.
Akibat melebarnya CAD, defisit Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) melebar menjadi US$ 4,31 miliar, dari yang sebelumnya US$ 3,86 miliar.
Selain itu, pergerakan nilai tukar rupiah juga terimbas oleh krisis ekonomi yang terjadi di Turki. Pada hari Jumat kemarin (10/8/2018), nilai tukar lira terdepresiasi hingga 16% di pasar spot melawan dolar AS. Kejatuhan lira terjadi pasca Presiden AS Donald Trump menyetujui pengenaan bea masuk bagi impor baja asal Turki sebesar 50%. Aluminium juga kena bea masuk 20%.
"Saya telah menyetujui penggandaan tarif bea masuk untuk baja dan aluminium kepada Turki, karena mata uang mereka melemah terhadap dolar AS kami yang begitu kuat! Hubungan kami dengan Turki tidak baik pada saat ini!" tegas Trump melalui cuitan di Twitter, akhir pekan lalu.
Kebijakan Trump ini merupakan balasan terhadap langkah Turki yang menahan seorang Pastur asal AS, Andrew Brunson. Pemerintah Turki menuding pastur asal AS ini sebagai salah satu pendukung upaya kudeta pada 2016. Brunson menolak tuduhan tersebut, tetapi nasibnya masih terkatung-katung.
Upaya Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan untuk meredakan tekanan terhadap lira dengan menyuruh masyarakatnya menukarkan dolar AS dan emas yang dimilikinya tak direspon positif oleh investor.
TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA
(ank/ank) Next Article Analis : Net Sell Asing Hanya Bersifat Sementara
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular