
Pemerintah Perkirakan Dolar AS di Atas Rp 14.200 sampai 2022
Herdaru Purnomo, ²©²ÊÍøÕ¾
20 August 2018 06:16

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih akan berada di atas Rp 14.200/US$ pada empat tahun mendatang.
Nilai tukar rupiah terhadap greenback dalam jangka menengah akan dipengaruhi dari faktor fundamental permintaan dan penawaran di pasar keuangan dan faktor nonfundamental, seperti sentimen dan psikologi pasar.
Demikian terungkap dalam Nota Keuangan dan RAPBN 2019 seperti dikutip ²©²ÊÍøÕ¾, Senin (20/8/2018).
"Penawaran akan valuta asing dalam jangka menengah akan bersumber antara lain dari pendapatan valuta asing dari kegiatan ekspor, arus modal masuk (baik dalam bentuk penanaman modal asing maupun portofolio), dan pihak-pihak yang memiliki tagihan akan pinjaman dalam bentuk valuta asing," demikian kutipan Nota Keuangan dan RAPBN 2019 tersebut.
Sementara dari sisi permintaan, kebutuhan impor barang-barang modal dan input kegiatan produksi (antara lain mesin-mesin dan bahan baku yang tidak diproduksi di dalam negeri), serta pembayaran utang dalam denominasi valuta asing, akan menentukan besarnya permintaan akan valuta asing, terutama dolar AS.
Pemerintah memproyeksikan masih tingginya kebutuhan barang modal dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan aktivitas pembangunan infrastruktur dan peningkatan kapasitas produksi serta potensi peningkatan konsumsi domestik, termasuk terhadap barang-barang impor, diperkirakan akan menjadi faktor utama yang akan mendorong permintaan valas.
Kehati-hatian pembiayaan APBN melalui pinjaman luar negeri dalam bentuk valuta asing dari pemerintah, semakin meluasnya penerapan skema hedging untuk pinjaman valuta asing oleh BUMN dan sektor swasta, dan ketersediaan cadangan devisa yang memadai akan mengurangi risiko tekanan bagi fluktuasi nilai tukar yang berlebihan.
"Pemerintah juga akan menjaga keseimbangan nilai tukar rupiah agar dapat memperkuat daya saing produk dalam negeri, khususnya ekspor produk manufaktur dan bernilai tambah tinggi yang akan memberikan dampak positif bagi ketersediaan valas di dalam negeri," tulis pemerintah.
Di sisi lain, fundamental perekonomian yang kuat, fiskal yang sehat dan iklim investasi yang semakin kondusif diharapkan akan mampu menciptakan insentif bagi arus modal masuk, baik dalam bentuk penanaman modal asing jangka panjang maupun arus modal dalam bentuk portofolio.
Namun demikian, pasokan valas ke dalam negeri diperkirakan akan mendapat tantangan dari kebijakan normalisasi moneter Amerika Serikat yang diperkirakan masih akan berlangsung dalam beberapa tahun ke depan. Hal ini selanjutnya akan mendorong semakin ketatnya likuiditas di pasar keuangan global yang dapat menyebabkan penurunan capital inflow ke negara berkembang bahkan dapat memicu sentimen negatif sehingga mendorong capital outflow.
"Berdasarkan gambaran dan faktor-faktor tersebut, nilai tukar selama tahun 2020 hingga 2022 diperkirakan akan bergerak stabil pada kisaran Rp14.200-14.500 per dolar AS," tutup pemerintah.
Di 2019 sendiri, pemerintah memproyeksikan rupiah berada di level Rp 14.400/US$.
(prm) Next Article Rupiah Kian Perkasa di Tengah Sentimen AS-Iran
Nilai tukar rupiah terhadap greenback dalam jangka menengah akan dipengaruhi dari faktor fundamental permintaan dan penawaran di pasar keuangan dan faktor nonfundamental, seperti sentimen dan psikologi pasar.
Demikian terungkap dalam Nota Keuangan dan RAPBN 2019 seperti dikutip ²©²ÊÍøÕ¾, Senin (20/8/2018).
Sementara dari sisi permintaan, kebutuhan impor barang-barang modal dan input kegiatan produksi (antara lain mesin-mesin dan bahan baku yang tidak diproduksi di dalam negeri), serta pembayaran utang dalam denominasi valuta asing, akan menentukan besarnya permintaan akan valuta asing, terutama dolar AS.
Pemerintah memproyeksikan masih tingginya kebutuhan barang modal dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan aktivitas pembangunan infrastruktur dan peningkatan kapasitas produksi serta potensi peningkatan konsumsi domestik, termasuk terhadap barang-barang impor, diperkirakan akan menjadi faktor utama yang akan mendorong permintaan valas.
Kehati-hatian pembiayaan APBN melalui pinjaman luar negeri dalam bentuk valuta asing dari pemerintah, semakin meluasnya penerapan skema hedging untuk pinjaman valuta asing oleh BUMN dan sektor swasta, dan ketersediaan cadangan devisa yang memadai akan mengurangi risiko tekanan bagi fluktuasi nilai tukar yang berlebihan.
"Pemerintah juga akan menjaga keseimbangan nilai tukar rupiah agar dapat memperkuat daya saing produk dalam negeri, khususnya ekspor produk manufaktur dan bernilai tambah tinggi yang akan memberikan dampak positif bagi ketersediaan valas di dalam negeri," tulis pemerintah.
Di sisi lain, fundamental perekonomian yang kuat, fiskal yang sehat dan iklim investasi yang semakin kondusif diharapkan akan mampu menciptakan insentif bagi arus modal masuk, baik dalam bentuk penanaman modal asing jangka panjang maupun arus modal dalam bentuk portofolio.
Namun demikian, pasokan valas ke dalam negeri diperkirakan akan mendapat tantangan dari kebijakan normalisasi moneter Amerika Serikat yang diperkirakan masih akan berlangsung dalam beberapa tahun ke depan. Hal ini selanjutnya akan mendorong semakin ketatnya likuiditas di pasar keuangan global yang dapat menyebabkan penurunan capital inflow ke negara berkembang bahkan dapat memicu sentimen negatif sehingga mendorong capital outflow.
"Berdasarkan gambaran dan faktor-faktor tersebut, nilai tukar selama tahun 2020 hingga 2022 diperkirakan akan bergerak stabil pada kisaran Rp14.200-14.500 per dolar AS," tutup pemerintah.
Di 2019 sendiri, pemerintah memproyeksikan rupiah berada di level Rp 14.400/US$.
(prm) Next Article Rupiah Kian Perkasa di Tengah Sentimen AS-Iran
Most Popular