
China Balas Tarif Impor AS, Harga Obligasi Terbang
Irvin Avriano Arief, ²©²ÊÍøÕ¾
19 September 2018 11:26

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Harga obligasi rupiah pemerintah menguat signifikan pada awal perdagangan hari ini. Penguatan dipicu mengendurnya keyakinan investor global terhadap kekuatan politik dan ekonomi Amerika Serikat (AS) setelah ancaman tarif oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump dibalas China.Â
Merujuk data Reuters, menguatnya harga surat berharga negara (SBN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.Â
Keempat seri acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Penguatan terbesar terjadi pada harga seri acuan 10 tahun, yang menekan yield-nya sebesar 22 basis poin (bps) menjadi 8,22%. Besaran 100 bps setara dengan 1%. Seri lain yang juga mengalami kenaikan harga signifikan, dengan rerata 18 bps. Umumnya, pegerakan yield harian di bawah 10 bps.
Seri acuan 5 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun mengalami kenaikan harga dan penurunan yield masing-masing 18 bps, 14 bps, dan 18 bps menjadi 8,14%, 8,55%, dan 8,8%. Kemarin, pasar obligasi AS tertekan dan mengangkat tingkat yield-nya hingga 3,06% akibat kekhawatiran investor global terhadap potensi penjualan lebih lanjut US Treasury oleh pemerintah China seiring dengan memanasnya perang dagang.Â
Aksi penjualan UST tersebut ditengarai disebabkan oleh hubungan yang semakin tidak baik antara keduanya setelah pemerintahan Trump berniat menerapkan bea impor US$ 200 miliar pekan depan. Kepemilikan US Treasury oleh Tiongkok per Juli 2018 turun tipis sebesar 0,59% dibandingkan dengan Juni 2018 (sebesar US$ 1.178 miliar= US$ 1,17 triliun) menjadi US$ 1.171 miliar.
Kondisi itu meningkatkan kekhawatiran pasar terkait risiko pengurangan kepemilikan US Treasury oleh Tiongkok di tengah meningkatnya tensi perang dagang antar kedua negara.Â
Yield Obligasi Negara Acuan 19 Sep 2018
Sumber: Reuters
Merujuk data Reuters, menguatnya harga surat berharga negara (SBN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.Â
Keempat seri acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Seri acuan 5 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun mengalami kenaikan harga dan penurunan yield masing-masing 18 bps, 14 bps, dan 18 bps menjadi 8,14%, 8,55%, dan 8,8%. Kemarin, pasar obligasi AS tertekan dan mengangkat tingkat yield-nya hingga 3,06% akibat kekhawatiran investor global terhadap potensi penjualan lebih lanjut US Treasury oleh pemerintah China seiring dengan memanasnya perang dagang.Â
Aksi penjualan UST tersebut ditengarai disebabkan oleh hubungan yang semakin tidak baik antara keduanya setelah pemerintahan Trump berniat menerapkan bea impor US$ 200 miliar pekan depan. Kepemilikan US Treasury oleh Tiongkok per Juli 2018 turun tipis sebesar 0,59% dibandingkan dengan Juni 2018 (sebesar US$ 1.178 miliar= US$ 1,17 triliun) menjadi US$ 1.171 miliar.
Kondisi itu meningkatkan kekhawatiran pasar terkait risiko pengurangan kepemilikan US Treasury oleh Tiongkok di tengah meningkatnya tensi perang dagang antar kedua negara.Â
Yield Obligasi Negara Acuan 19 Sep 2018
Seri | Benchmark | Yield 18 Sep 2018 (%) | Yield 19 Sep 2018 (%) | Selisih (basis poin) |
FR0063 | 5 tahun | 8.331 | 8.147 | -18.40 |
FR0064 | 10 tahun | 8.444 | 8.22 | -22.40 |
FR0065 | 15 tahun | 8.699 | 8.555 | -14.40 |
FR0075 | 20 tahun | 8.997 | 8.809 | -18.80 |
Avg movement | -18.50 |
Next Page
Arus Dana Global Berbalik Arah
Pages
Most Popular