Internasional
Inflasi Capai 25%, Turki Dibayangi Resesi
Prima Wirayani, ²©²ÊÍøÕ¾
06 November 2018 07:14

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Inflasi tahunan Turki melonjak hingga 25,2% di Oktober, menurut data pemerintah yang dirilis Senin (5/11/2018). Ini adalah tingkat inflasi tertinggi dalam 15 tahun terakhir dan menggarisbawahi dampak berkelanjutan dari krisis mata uang terhadap ekonomi secara keseluruhan.
Secara bulanan, harga konsumen melompat naik 2,67%, menurut data Institut Statistik Turki, lebih tinggi dari 2% yang diperkirakan dalam polling Reuters.
Inflasi di Oktober didorong oleh kenaikan 12,74% month-on-month (mom) untuk harga pakaian dan sepatu serta kenaikan biaya perumahan hingga 4,15%, menurut data tersebut yang dikutip Reuters.
Mata uang Turki, lira, melemah tipis menjadi 5,44 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya 5,43. Mata uang ini mulai pulih dari aksi jual yang didorong oleh kecemasan akan independensi bank sentral dan perseteruan antara AS dan Turki.
Bulan lalu bank sentral Turki menahan suku bunga acuannya setelah menaikkan bunganya menjadi 24% di September.
Dampak pelemahan lira terhadap ekonomi masih terasa dengan beberapa indikator, seperti indeks keyakinan konsumen dan produsen anjlok ke posisi terendah sepanjang sejarah dan pemerintah memangkas target pertumbuhan ekonomi untuk tiga tahun ke depan.
Turki diperkirakan akan mengalami resesi di 2019 dengan lembaga pemeringkat internasional S&P memperingatkan akan adanya penyusutan ekonomi ketika menurunkan peringkat Turki ke dalam zona "junk" lebih dalam lagi di Agustus, tulis ²©²ÊÍøÕ¾ International.
S&P mengatakan keputusannya itu menggambarkan ekspektasi lembaga bahwa gejolak ekstrem dari lira Turki dan penyesuaian neraca pembayaran yang tajam akan melemahkan perekonomian Turki.
"Kami meramalkan resesi tahun depan," tulis S&P, dilansir dari ²©²ÊÍøÕ¾ International.
Timothy Ash, seorang senior emerging markets strategist di Bluebay Asset Management, mengatakan dalam sebuah catatan riset hari Senin bahwa Turki sedang menuju hard landing yang brutal dengan data-data menunjukkan produk domestik bruto (PDB) riil yang negatif secara signifikan tahun depan.
(prm) Next Article Inflasi Turki di Agustus Kembali Meroket, Lira Rontok Lagi
Secara bulanan, harga konsumen melompat naik 2,67%, menurut data Institut Statistik Turki, lebih tinggi dari 2% yang diperkirakan dalam polling Reuters.
Inflasi di Oktober didorong oleh kenaikan 12,74% month-on-month (mom) untuk harga pakaian dan sepatu serta kenaikan biaya perumahan hingga 4,15%, menurut data tersebut yang dikutip Reuters.
Bulan lalu bank sentral Turki menahan suku bunga acuannya setelah menaikkan bunganya menjadi 24% di September.
Dampak pelemahan lira terhadap ekonomi masih terasa dengan beberapa indikator, seperti indeks keyakinan konsumen dan produsen anjlok ke posisi terendah sepanjang sejarah dan pemerintah memangkas target pertumbuhan ekonomi untuk tiga tahun ke depan.
![]() |
S&P mengatakan keputusannya itu menggambarkan ekspektasi lembaga bahwa gejolak ekstrem dari lira Turki dan penyesuaian neraca pembayaran yang tajam akan melemahkan perekonomian Turki.
"Kami meramalkan resesi tahun depan," tulis S&P, dilansir dari ²©²ÊÍøÕ¾ International.
Timothy Ash, seorang senior emerging markets strategist di Bluebay Asset Management, mengatakan dalam sebuah catatan riset hari Senin bahwa Turki sedang menuju hard landing yang brutal dengan data-data menunjukkan produk domestik bruto (PDB) riil yang negatif secara signifikan tahun depan.
(prm) Next Article Inflasi Turki di Agustus Kembali Meroket, Lira Rontok Lagi
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular