
Internasional
IMF: Pertumbuhan Global Melambat, Pasar Perlu Waspada
Rehia Sebayang, ²©²ÊÍøÕ¾
13 November 2018 15:58

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Pertumbuhan melambat di sejumlah ekonomi besar dunia, dan Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan bahwa sentimen investor dapat menyebabkan arus balik modal yang tiba-tiba.
"Meskipun masih mendukung pertumbuhan, kondisi keuangan global telah mulai mengetat," kata IMF dalam laporan Outlook Ekonomi Regional terbaru untuk Timur Tengah dan Asia Tengah, yang dirilis Selasa (13/11/2018).
Melansir ²©²ÊÍøÕ¾ International, laporan ini diterbitkan setiap tahun dan memberikan gambaran luas tentang perkembangan ekonomi terkini dan prospek serta masalah kebijakan untuk jangka menengah.
"Kondisi global berubah dalam hal metrik risiko," kata Jihad Azour, direktur Timur Tengah dan Asia Tengah di IMF, kepada "Capital Connection" ²©²ÊÍøÕ¾.
"Meskipun kita masih menikmati tingkat pertumbuhan yang tinggi, namun pertumbuhan itu stabil," tambahnya.
IMF mengatakan suku bunga Amerika Serikat (AS) yang lebih tinggi, dolar AS yang lebih kuat, dan volatilitas pasar keuangan dapat membawa tekanan di beberapa pasar negara berkembang dan yang sedang tumbuh.
"Memburuknya perkembangan ini, atau pengetatan kebijakan moneter lebih cepat dari yang diantisipasi di negara maju, meningkatkan risiko pembalikan tiba-tiba dalam risk appetite global," kata laporan itu.
Beberapa ekonomi besar terlihat melambat
IMF memperkirakan pertumbuhan global untuk 2018-2019 tetap stabil pada level 2017 sebesar 3,7%, tetapi prospek pertumbuhan sejumlah negara utama telah mengalami penurunan.
Di Amerika Serikat, meski prospek pertumbuhan PDB riil untuk 2018 tidak berubah pada 2,9%, namun perkiraan untuk 2019 telah direvisi turun menjadi 2,5% karena langkah-langkah perdagangan yang baru-baru ini diumumkan.
AS telah terlibat perang tarif yang serius dengan China, dan masih belum jelas berapa lama konflik itu akan berlangsung.
Prospek untuk ekonomi yang sedang tumbuh dan berkembang juga lebih lemah, yang mencerminkan revisi ke bawah untuk beberapa ekonomi pasar berkembang yang besar karena faktor spesifik negara, kondisi keuangan yang lebih ketat, ketegangan geopolitik dan harga minyak yang lebih tinggi, menurut laporan tersebut.
"PDB riil di kawasan Euro akan melambat menjadi 1,9% pada 2019, dibandingkan dengan 2,9% pada 2018. Pertumbuhan juga akan moderat di Inggris, menyusul kejutan yang menekan aktivitas pada awal 2018," katanya.
IMF menyalahkan langkah perdagangan baru-baru ini antara Amerika Serikat dan China sebagai penyebab penurunan proyeksi pertumbuhan di China, yang sekarang terlihat sebesar 6,2% pada 2019, 6,6% pada 2018 dan 6,9% pada tahun 2017.
Optimisme untuk Timur Tengah
Meskipun ada penurunan harga minyak baru-baru ini, namun IMF lebih optimis tentang Timur Tengah, tetapi juga memperingatkan ada banyak ketidakpastian di wilayah tersebut.
"Harga minyak telah naik lebih dari 60% dalam dua tahun, dan tingkat yang kami lihat hari ini setara dengan tahun 2015," kata Azour.
IMF memperkirakan bahwa para eksportir minyak di Timur Tengah, Afrika Utara, Afghanistan, dan Pakistan, yang disebut sebagai MENAP, akan mengalami peningkatan yang cukup besar dalam neraca eksternal dan fiskal pada 2018-2019.
"Kegiatan ekonomi di negara-negara pengekspor minyak MENAP diperkirakan akan menguat tahun ini dan tahun depan. Pertumbuhan PDB riil diproyeksikan sebesar 1,4% pada 2018 dan 2% pada 2019, naik dari 1,2% pada 2017," kata laporan itu.
"Pertumbuhan di antara negara-negara pengimpor minyak MENAP diperkirakan akan berlanjut pada laju yang rendah pada 2018 dan sedikit menguat dalam jangka menengah. Pertumbuhan di wilayah ini diproyeksikan mencapai 4,5% pada 2018, naik dari 4,1% pada 2017, sebelum moderat 4% pada 2019," tambahnya.
(prm) Next Article Waspada Peringatan Baru IMF
"Meskipun masih mendukung pertumbuhan, kondisi keuangan global telah mulai mengetat," kata IMF dalam laporan Outlook Ekonomi Regional terbaru untuk Timur Tengah dan Asia Tengah, yang dirilis Selasa (13/11/2018).
Melansir ²©²ÊÍøÕ¾ International, laporan ini diterbitkan setiap tahun dan memberikan gambaran luas tentang perkembangan ekonomi terkini dan prospek serta masalah kebijakan untuk jangka menengah.
"Meskipun kita masih menikmati tingkat pertumbuhan yang tinggi, namun pertumbuhan itu stabil," tambahnya.
IMF mengatakan suku bunga Amerika Serikat (AS) yang lebih tinggi, dolar AS yang lebih kuat, dan volatilitas pasar keuangan dapat membawa tekanan di beberapa pasar negara berkembang dan yang sedang tumbuh.
"Memburuknya perkembangan ini, atau pengetatan kebijakan moneter lebih cepat dari yang diantisipasi di negara maju, meningkatkan risiko pembalikan tiba-tiba dalam risk appetite global," kata laporan itu.
Beberapa ekonomi besar terlihat melambat
IMF memperkirakan pertumbuhan global untuk 2018-2019 tetap stabil pada level 2017 sebesar 3,7%, tetapi prospek pertumbuhan sejumlah negara utama telah mengalami penurunan.
Di Amerika Serikat, meski prospek pertumbuhan PDB riil untuk 2018 tidak berubah pada 2,9%, namun perkiraan untuk 2019 telah direvisi turun menjadi 2,5% karena langkah-langkah perdagangan yang baru-baru ini diumumkan.
AS telah terlibat perang tarif yang serius dengan China, dan masih belum jelas berapa lama konflik itu akan berlangsung.
Prospek untuk ekonomi yang sedang tumbuh dan berkembang juga lebih lemah, yang mencerminkan revisi ke bawah untuk beberapa ekonomi pasar berkembang yang besar karena faktor spesifik negara, kondisi keuangan yang lebih ketat, ketegangan geopolitik dan harga minyak yang lebih tinggi, menurut laporan tersebut.
"PDB riil di kawasan Euro akan melambat menjadi 1,9% pada 2019, dibandingkan dengan 2,9% pada 2018. Pertumbuhan juga akan moderat di Inggris, menyusul kejutan yang menekan aktivitas pada awal 2018," katanya.
IMF menyalahkan langkah perdagangan baru-baru ini antara Amerika Serikat dan China sebagai penyebab penurunan proyeksi pertumbuhan di China, yang sekarang terlihat sebesar 6,2% pada 2019, 6,6% pada 2018 dan 6,9% pada tahun 2017.
Optimisme untuk Timur Tengah
Meskipun ada penurunan harga minyak baru-baru ini, namun IMF lebih optimis tentang Timur Tengah, tetapi juga memperingatkan ada banyak ketidakpastian di wilayah tersebut.
"Harga minyak telah naik lebih dari 60% dalam dua tahun, dan tingkat yang kami lihat hari ini setara dengan tahun 2015," kata Azour.
IMF memperkirakan bahwa para eksportir minyak di Timur Tengah, Afrika Utara, Afghanistan, dan Pakistan, yang disebut sebagai MENAP, akan mengalami peningkatan yang cukup besar dalam neraca eksternal dan fiskal pada 2018-2019.
"Kegiatan ekonomi di negara-negara pengekspor minyak MENAP diperkirakan akan menguat tahun ini dan tahun depan. Pertumbuhan PDB riil diproyeksikan sebesar 1,4% pada 2018 dan 2% pada 2019, naik dari 1,2% pada 2017," kata laporan itu.
"Pertumbuhan di antara negara-negara pengimpor minyak MENAP diperkirakan akan berlanjut pada laju yang rendah pada 2018 dan sedikit menguat dalam jangka menengah. Pertumbuhan di wilayah ini diproyeksikan mencapai 4,5% pada 2018, naik dari 4,1% pada 2017, sebelum moderat 4% pada 2019," tambahnya.
(prm) Next Article Waspada Peringatan Baru IMF
Most Popular