Walau Rupiah Perkasa, Chatib Basri Sampaikan Peringatan
Muhammad Iqbal, ²©²ÊÍøÕ¾
07 January 2019 13:20

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menunjukkan tren penguatan pada perdagangan di pasar spot valuta asing pada awal pekan ini. Sampai pukul 13.00 WIB, Senin (7/1/2019), US$ 1 dibanderol Rp 14.025 atau menguat 1,68% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.
Menteri Keuangan RI periode 2013-2014 Chatib Basri menilai penguatan rupiah tak lepas dari pidato Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (AS) (The Fed) Jerome Powell yang menyatakan The Fed "akan bersabar" dalam menaikkan bunga acuan.
Hal itu, menurut Chatib, telah membawa dampak pada penguatan nilai tukar banyak negara, termasuk rupiah. "Dugaan saya arus modal masuk akan kembali terjadi dan pasar keuangan akan bergairah," ujarnya dikutip dari akun Twitter resminya, Senin (7/1/2019).
Kendati demikian, Chatib ingin mengingatkan sejak dini. Menurut dia, arus modal itu akan kembali lagi keluar karena bersifat hot money. Apabila The Fed kembali lekas menaikkan bunga acuan, maka situasi 2018 akan berulang.
Untuk itu, mantan kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) itu mengingatkan tentang perlunya financial deepening (pendalaman pasar keuangan) supaya peran dari investor lokal lebh dominan.
Selain itu, perlu kebijakan makroprudensial dalam bentuk tobin tax, reverse tobin tax, maupun aturan lain untuk mengatasi gejolak arus modal. "Tanpa ini, situasi 2018 akan berulang," kata Chatib.
Ia lantas teringat obrolan dengan ekonom Harvard, Carmen Reinhart, beberapa tahun lalu. Reinhart menyebut tiga kata yang paling berbahaya adalah this time is different. Pengambil kebijakan cenderung berkata itu saat arus modal masuk.
"Saatnya bagi kita untuk tidak mengulangi kesalahan dengan menganggap bahwa arus modal yang masuk, rupiah yang menguat, pasar keuangan yang bergairah ini berbeda dengan yang lalu. This is (not) different," ujar Chatib.
(miq/dru) Next Article Ekonomi RI Memang Rentan, Ini Sumber Utamanya
Menteri Keuangan RI periode 2013-2014 Chatib Basri menilai penguatan rupiah tak lepas dari pidato Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (AS) (The Fed) Jerome Powell yang menyatakan The Fed "akan bersabar" dalam menaikkan bunga acuan.
Hal itu, menurut Chatib, telah membawa dampak pada penguatan nilai tukar banyak negara, termasuk rupiah. "Dugaan saya arus modal masuk akan kembali terjadi dan pasar keuangan akan bergairah," ujarnya dikutip dari akun Twitter resminya, Senin (7/1/2019).
![]() |
Untuk itu, mantan kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) itu mengingatkan tentang perlunya financial deepening (pendalaman pasar keuangan) supaya peran dari investor lokal lebh dominan.
Selain itu, perlu kebijakan makroprudensial dalam bentuk tobin tax, reverse tobin tax, maupun aturan lain untuk mengatasi gejolak arus modal. "Tanpa ini, situasi 2018 akan berulang," kata Chatib.
Ia lantas teringat obrolan dengan ekonom Harvard, Carmen Reinhart, beberapa tahun lalu. Reinhart menyebut tiga kata yang paling berbahaya adalah this time is different. Pengambil kebijakan cenderung berkata itu saat arus modal masuk.
"Saatnya bagi kita untuk tidak mengulangi kesalahan dengan menganggap bahwa arus modal yang masuk, rupiah yang menguat, pasar keuangan yang bergairah ini berbeda dengan yang lalu. This is (not) different," ujar Chatib.
(miq/dru) Next Article Ekonomi RI Memang Rentan, Ini Sumber Utamanya
Most Popular