
Morgan Stanley Kian Yakin dengan Bursa Saham Indonesia
Monica Wareza, ²©²ÊÍøÕ¾
07 January 2019 17:50

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Morgan Stanley optimistis pasarh saham Indonesia memasuki periode bullish pada 2019. Alasannya, dalam tiga bulan terakhir kinerja indeks MSCI Indonesia menunjukkan kinerja yang lebih unggul ketimbang Asia di luar Japan (AxJ) dan Emerging Market sampai dengan 20%.
Dengan kondisi tersebut, valuasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSg) mengalami perkembangan dari posisi terendahnya di 13,2 kali di 18 Oktober 2018 menjadi 14,5 kali saat ini. Sepanjang tahun ini diperkirakan indeks akan bisa menguat sampai dengan 9% dengan saham-saham pilihan antara lain ASII, BMRI, PGAS dan TLKM.
Dalam laporannya, Morgan Stanley menyebutkan ada lima alasan indeks acuan global ini masih tetap optimis dengan pasar saham dalam negeri.
Dalam APBN 2019, pemerintah meningkatkan dana bantuan sosial lebih Tinggi 27% dibandingkan dengan tahun lalu. Meski menurunkan dana untuk infrastruktur, defisit anggaran diperkirakan hanya akan sebesar 1,8%.
Alasan kedua, koreksi harga minyak yang terjadi sejak September lalu sampai dengan 36%. Kondisi ini akan mengurangi tekanan defisit transaksi berjalan Indonesia.
Harga minyak yang lebih rendah juga akan menurunkan potensi kenaikan harga bahan bakar paska pemilu nanti dan akan berdampak pada konsumsi yang menjadi sumber pendapatan perusahaan.
Kenaikan suku bunga Bank Indonesia tahun ini yang diperkirakan sebesar 50bps. Sementara, Morgan Stanley menilai saat ini pergerakan pasar saham Amerika justru tak memperhitungkan kenaikan suku bunga The Fed.
Morgan Stanley menilai tahun ini dolar akan mengalami pelemahan sampai 10%. Sehingga dengan tingginya MSCI Indonesia yang bergantung pada pergerakan rupiah maka ada peluang penguatan untuk pasar saham Indonesia di tahun ini.
Faktor selanjutnya, dalam 12 bulan ke depan pertumbuhan pendapatan keempat emiten tersebut diperkirakan akan tumbuh dua digit. Di 2019 hingga 2020 pertumbuhannya masing-masig diproyeksikan bisa meningkat sampai 11% dan 16%.
Terakhir, pertumbuhan pinjaman di tahun ini yang mulai bergeser dari sektor publik ke sektor swasta. Morgan Stanley memperkirakan pinjaman di tahun ini masih akan meningkat seiring dengan pinjaman infrastruktur yang masih akan kuat.
Di lain sisi, diharapkan imbal hasil investasi dan ekspansi yang dilakukan oleh sektor swasta juga akan terlihat paska pemilu. Selama ini, return Investasi tertahan karena adanya Pengawasan pajal dan masalah geopoliti dalam negeri setelah pemilihan gubernur DKI Jakarta.
Selain itu, pinjaman modal diharapkan juga meningkat karena pemulihan Ekonomi yang masih terus berlanjut. Sehingga pertumbuhan pinjaman dalam negeri dapat meningkat dari mid to high teens pada 2020 nanti.
(hps/hps) Next Article Perhatian! Morgan Stanley Ungkap Potensi Cuan Bursa RI 2021
Dengan kondisi tersebut, valuasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSg) mengalami perkembangan dari posisi terendahnya di 13,2 kali di 18 Oktober 2018 menjadi 14,5 kali saat ini. Sepanjang tahun ini diperkirakan indeks akan bisa menguat sampai dengan 9% dengan saham-saham pilihan antara lain ASII, BMRI, PGAS dan TLKM.
Dalam laporannya, Morgan Stanley menyebutkan ada lima alasan indeks acuan global ini masih tetap optimis dengan pasar saham dalam negeri.
Pertama, stimulus pemilu yang akan berlangsung tahun ini dinilai akan meningkatkan konsumsi.
Dalam APBN 2019, pemerintah meningkatkan dana bantuan sosial lebih Tinggi 27% dibandingkan dengan tahun lalu. Meski menurunkan dana untuk infrastruktur, defisit anggaran diperkirakan hanya akan sebesar 1,8%.
Harga minyak yang lebih rendah juga akan menurunkan potensi kenaikan harga bahan bakar paska pemilu nanti dan akan berdampak pada konsumsi yang menjadi sumber pendapatan perusahaan.
Kenaikan suku bunga Bank Indonesia tahun ini yang diperkirakan sebesar 50bps. Sementara, Morgan Stanley menilai saat ini pergerakan pasar saham Amerika justru tak memperhitungkan kenaikan suku bunga The Fed.
Morgan Stanley menilai tahun ini dolar akan mengalami pelemahan sampai 10%. Sehingga dengan tingginya MSCI Indonesia yang bergantung pada pergerakan rupiah maka ada peluang penguatan untuk pasar saham Indonesia di tahun ini.
Faktor selanjutnya, dalam 12 bulan ke depan pertumbuhan pendapatan keempat emiten tersebut diperkirakan akan tumbuh dua digit. Di 2019 hingga 2020 pertumbuhannya masing-masig diproyeksikan bisa meningkat sampai 11% dan 16%.
Terakhir, pertumbuhan pinjaman di tahun ini yang mulai bergeser dari sektor publik ke sektor swasta. Morgan Stanley memperkirakan pinjaman di tahun ini masih akan meningkat seiring dengan pinjaman infrastruktur yang masih akan kuat.
Di lain sisi, diharapkan imbal hasil investasi dan ekspansi yang dilakukan oleh sektor swasta juga akan terlihat paska pemilu. Selama ini, return Investasi tertahan karena adanya Pengawasan pajal dan masalah geopoliti dalam negeri setelah pemilihan gubernur DKI Jakarta.
Selain itu, pinjaman modal diharapkan juga meningkat karena pemulihan Ekonomi yang masih terus berlanjut. Sehingga pertumbuhan pinjaman dalam negeri dapat meningkat dari mid to high teens pada 2020 nanti.
(hps/hps) Next Article Perhatian! Morgan Stanley Ungkap Potensi Cuan Bursa RI 2021
Most Popular