²©²ÊÍøÕ¾

Investor Asing Balik Lagi, IHSG Melejit 1,02%

Anthony Kevin, ²©²ÊÍøÕ¾
06 February 2019 17:02
Investor Asing Balik Lagi, IHSG Melejit 1,02%
Foto: Muhammad Sabki
Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Dibuka menguat 0,34%, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memperlebar penguatannya menjadi 1,02% per akhir sesi 2 ke level 6.547,88.

Pada perdagangan hari ini, mayoritas bursa saham utama kawasan Asia diliburkan dan hanya bursa saham Jepang yang dibuka. Pada penutupan perdagangan, indeks Nikkei menguat sebesar 0,14%.

Sentimen dari luar dan dalam negeri mendukung penguatan bursa saham tanah air. Dari sisi eksternal, Presiden AS Donald Trump mengonfirmasi pertemuan dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di Vietnam pada tanggal 27-28 Februari mendatang. Konfirmasi ini diberikan Trump kala memberikan pidato State of the Union di hadapan Kongres.

Selepas pertemuan Trump dan Kim pada tahun lalu, hubungan AS dan Korea Utara bisa dibilang pasang surut. Korea Utara beberapa kali mengeluarkan pernyataan keras, menyatakan keenganannya dalam melakukan denuklirisasi tanpa adanya timbal balik yang diberikan AS.

Kini, pelaku pasar kembali optimistis bahwa perdamaian di semenanjung Korea Utara bisa dicapai. Satu risiko besar yang menghantui pasar keuangan dunia yakni perang antara AS dan Korea Utara menjadi bisa diredam, setidaknya untuk saat ini.

Lebih lanjut, aura damai dagang AS-China ikut mengerek kinerja IHSG. Kemarin waktu setempat (5/2/2019), dua orang sumber mengatakan bahwa Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer akan bertandang ke China pada pekan depan untuk menggelar negosiasi dagang, seperti dilansir dari Reuters.

Pada dialog dagang yang belum lama ini digelar di AS, terungkap bahwa masih ada perbedaan-perbedaan yang signifikan di antara kedua belah pihak, seiring dengan tidak adanya proposal baru dari China untuk memenuhi tuntutan AS.

Tuntutan AS yang dimaksud adalah supaya China mengakhiri transfer teknologi secara paksa, mengakhiri subsidi pemerintah untuk sektor industri, serta mengubah peraturan-peraturan yang mendiskriminasi perusahaan asal AS dalam hal digital trade.
Dari dalam negeri, pelaku pasar saham bersuka cita merayakan rilis angka pertumbuhan ekonomi Indonesia yang memuaskan. Pada siang hari, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,18% YoY pada kuartal-IV 2018, mengalahkan konsensus yang dihimpun ²©²ÊÍøÕ¾ yang sebesar 5,12% YoY. Lantas, pertumbuhan ekonomi untuk keseluruhan tahun 2018 adalah 5,17%, juga di atas ekspektasi yang sebesar 5,15%.

Terlepas dari tekanan terhadap rupiah yang begitu besar sepanjang tahun lalu, laju perekonomian Indonesia ternyata bisa dijaga di level yang relatif tinggi. Sebagai perbandingan, pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2017 tercatat hanya sebesar 5,07%. ÌýSepanjang tahun 2018, rupiah melemah hingga 7,3% melawan dolar AS di pasar spot.

Dengan pertumbuhan ekonomi tahun lalu yang relatif tinggi, ada harapan bahwa momentum tersebut bisa dibawa ke tahun 2019. Apalagi sepanjang 2019, laju rupiah terbilang oke, yakni menguat sebesar 3,19% melawan dolar AS. Sektor jasa keuangan (+0,69%) menjadi salah satu sektor utama penopang laju IHSG. Apresiasi sektor jasa keuangan terjadi seiring dengan aksi beli atas saham-saham bank BUKU 4: ÌýPT Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik 1,7%, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 0,64%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 0,51%, dan PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) naik 0,43%.

Pertumbuhan ekonomi yang kuat berpotensi membawa berkah bagi bank selaku lembaga intermediasi keuangan, lantaran besar kemungkinan bahwa permintaan kredit akan terkerek naik.

Di sisi lain, ada harapan bahwa profitabilitas dari bank-bank buku 4 bisa dijaga. Dalam dunia perbankan, marjin bunga bersih (net interest margin/NIM) sering dijadikan ukuran untuk profitabilitas. Dengan NIM yang lebih besar, sebuah bank bisa mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi kala menyalurkan kredit dalam besaran yang sama.

Sepanjang tahun 2018, kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) telah menyebabkan marjin bunga bersih (net interest margin/NIM) dari bank-bank BUKU 4 menipis.

Pada tahun ini, ada ekspektasi bahwa BI tidak akan agresif dalam menaikkan suku bunga acuan, seiring dengan sikap dari The Federal Reserve selaku bank sentral AS yang semakin dovish saja setiap harinya.

Sudah penyaluran kredit berpotensi membludak, profitabilitas bisa dijaga pula. Wajar jika investor gencar memburu saham-saham bank BUKU 4. Investor asing memegang peranan yang cukup penting dalam mendikte pergerakan IHSG hari ini. Hingga akhir perdagangan, investor asing membukukan beli bersih senilai 138,6 miliar. Padahal pada perdagangan hari Senin (4/2/2019), investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 517,88 miliar.

Penguatan rupiah menjadi kunci dalam mendorong investor asing kembali ke pasar saham tanah air. Hingga sore hari, rupiah menguat 0,24% di pasar spot ke level Rp 13.917/dolar AS.

Dolar AS dipukul mundur seiring dengan data ekonomi yang tak mengesankan. Kemarin, Non-Manufacturing PMI periode Januari 2019 versi ISM diumumkan di level 56,7, lebih rendah dibandingkan konsensus yang sebesar 57,2, seperti dilansir dari Forex Factory.

Kedepannya, dolar AS berpotensi untuk terus tertekan, seiring dengan potensi shutdown lanjutan di AS. Sebagai informasi, anggaran belanja yang belum lama ini ditandatangani oleh Trump hanya akan mendanai pemerintahan hingga tanggal 15 Februari.

Jika ketidaksepahaman terkait anggaran pembangunan tembok perbatasan AS-Meksiko antara Partai Demokrat dan Republik masih tetap terjadi, sangat mungkin jika pemerintahan AS harus mengalami shutdown lagi.

5 besar saham yang diburu investor asing adalah: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 105,7 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 98,6 miliar), PT Astra International Tbk/ASII (Rp 95,2 miliar), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 83,8 miliar), dan PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (Rp 35,1 miliar).

TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular