²©²ÊÍøÕ¾

8 Tahun Indofood dapat Rating idAA+, Kok Tak Naik AAA?

Dwi Ayuningtyas, ²©²ÊÍøÕ¾
10 April 2019 11:29
Terlebih lagi aktifitas bisnis perusahaan juga terintegrasi secara vertikal dengan kondisi kinerja kas yang mumpuni.
Foto: REUTERS/Beawiharta
Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Lembaga Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) kembali memberikan rating 'idAA+' kepada PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dan dua obligasi milik perusahaan yang akan jatuh tempo pertengahan tahun 2019 dan awal tahun 2020.

Obligasi yang dimaksud adalah obligasi rupiah VII tahun 2014 senilai Rp 2 triliun yang akan jatuh tempo pada Juni 2019, dan obligasi rupiah VIII tahun 2017 dengan nilai yang sama yang akan jatuh tempo pada Mei 2022.

Peringkat 'idAA+' yang diberikan Pefindo menunjukan bahwa INDF memiliki posisi yang unggul dalam industri makanan kemasan, terutama mengingat bahwa bisnis perusahaan terdiversifikasi dengan baik.

Terlebih lagi aktifitas bisnis perusahaan juga terintegrasi secara vertikal dengan kondisi kinerja kas yang mumpuni. Hal ini bisa terlihat dari peroleh kas dan total aset perusahaan yang masih tumbuh di tahun lalu dengan pertumbuhan masing-masing 4,27% year-on-year (YoY) dan 6,89% YoY.

Bisa dibilang bahwa INDF mampu menjaga kinerja keuangannya karena selama 8 tahun berturut-turut selalu memperoleh peringkat yang sama. Namun sayangnya, ini berarti bahwa masih ada tekanan yang cukup kuat dari pesaing yang membuat INDF tidak mampu mengantongi peringkat tertinggi, 'idAAA'.

Selama 3 tahun terakhir, total penjualan perusahaan hanya dapat tumbuh di kisaran 5% YoY sedangkan 2 tahun terakhir laba bersih relatif stagnan dengan pertumbuhan kurang dari 0,5% YoY. Bisa dikatakan belum ada kejutan yang bisa diberikan pada investor.

Meski memiliki anak usaha di hulu (divisi Bogasari) dan hilir (divisi Indomarco), masih belum mampu mendongkrak produktifitas perusahaan. Bagaimana tidak, selama tiga tahun berturut, margin bersih yang dicatatkan perusahaan masih terus di kisaran 6%. Margin bersih dihitung dengan membagi perolehan laba bersih dengan total penjualan.

Sepertinya, bisnis usaha yang cukup terdiversifikasi juga menjadi pisau bermata dua pada Grup Indofood.

Andai saja, INDF hanya memiliki entitas anak di bidang makanan dan minuman, mungkin untuk tahun ini laba yang dicatatkan bisa lebih besar.

Pasalnya, yang menekan capaian perusahaan dalam dua tahun belakangan adalah anak usahanya di bidang minyak kelapa sawit, yaitu PT Salim Ivomas yang labanya terus turun, bahkan tahun lalu mencatatkan kerugian hingga Rp 76,57 miliar.

Mari kita tunggu sepak terjang selanjutnya dari anak kebanggaan Grup Salim tahun ini.
(dwa/hps) Next Article Bos Indofood Bicara soal Prospek Ekonomi dan Target 2019

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular