²©²ÊÍøÕ¾

H-1 Jelang Pemilu, Asing Masih Obral Saham Rp 197 M

Anthony Kevin, ²©²ÊÍøÕ¾
16 April 2019 11:08
Apakah aksi jual yang dilakukan investor asing pada hari ini dipicu oleh perhelatan pemilu pada esok hari?
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (²©²ÊÍøÕ¾/Muhammad Sabki)
Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Satu hari menjelang pemilihan pemilihan umum (pemilu), investor asing melego kepemilikannya atas saham-saham di tanah air. Hingga berita ini diturunkan, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 197 miliar.

Jika bertahan hingga akhir perdagangan, maka investor asing akan membukukan jual bersih selama 3 hari beruntun.

Saham-saham yang banyak dilego investor asing pada hari ini di antaranya: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 73,3 miliar), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 52,6 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 34,7 miliar), PT Astra International Tbk/ASII (Rp 19,8 miliar), dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk/ICBP (Rp 16,8 miliar).

Namun, apakah aksi jual yang dilakukan investor asing pada hari ini dipicu oleh perhelatan pemilu pada esok hari? Ya, pada tanggal 17 April, untuk pertama kalinya dalam sejarah, pemilihan presiden dan para anggota legislatif akan dilakukan serentak.

Pada pemilu tahun ini, akan dipilih sepasang presiden dan wakil presiden, 575 anggota DPR RI, 136 anggota DPD, 2.207 anggota DPR Provinsi, dan 17.610 anggota DPRD Kota/Kabupaten.

Jika diamati pada periode 1-11 April 2019, investor asing telah membukukan beli bersih senilai Rp 3,61 triliun di pasar saham Indonesia, sebuah nilai yang sangat besar. Ini artinya, ruang bagi investor asing untuk melepas saham-saham di dalam negeri menjadi terbuka lebar.

Dengan membandingkan beli bersih pada periode 1-11 April 2019 yang senilai Rp 3,61 triliun dengan jual bersih pada hari ini yang senilai senilai Rp 197 miliar, tentulah aksi jual pada hari ini terbilang sangat minim.

Aksi beli yang dilakukan investor asing sepanjang bulan ini dipicu oleh ekspektasi bahwa pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin akan menjadi pemenang dalam gelaran pilpres 2019. Berkaca kepada sejarah, jika pemenang pilpres sesuai dengan proyeksi dari mayoritas lembaga survei, maka Indeks Harga Saham Gabungan akan membukukan penguatan yang sangat tinggi. Sejauh ini, mayoritas lembaga survei menjagokan pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin.

Pada tahun 2004, IHSG melejit hingga 44,6%. Kala itu, pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Muhammad Jusuf Kalla memenangkan pertarungan melawan Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi.

Pada tahun 2009, IHSG meroket hingga 87%. Pada pertarungan tahun 2009, SBY berhasil mempertahankan posisi RI-1, namun dengan wakil yang berbeda. Ia didampingi oleh Boediono yang sebelumnya menjabat Gubernur Bank Indonesia (BI). SBY-Boediono berhasil mengalahkan 2 pasangan calon yakni Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto dan Jusuf Kalla-Wiranto.

Beralih ke tahun 2014, mantan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo berhasil menempati tahta kepemimpinan tertinggi di Indonesia dengan menggandeng Jusuf Kalla sebagai wakilnya. Pada saat itu, IHSG melejit 22,3%.

Sepanjang tahun ini (hingga penutupan perdagangan hari Senin, 15/4/2019), IHSG baru membukukan penguatan sebesar 3,88%. Jika melihat kinerja IHSG di 3 tahun pilpres terakhir, upside untuk tahun ini memang bisa dibilang masih sangat-sangat besar.

Jadi, aksi jual yang dilakukan investor asing pada hari ini lebih diakibatkan oleh aksi beli yang sudah begitu gencar dilakukan sejak awal bulan. Perhelatan pemilu justru mendorong investor asing masuk ke bursa saham tanah air. Aksi jual pada hari ini terbilang sangat wajar.

TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA
(ank/hps) Next Article Ada Potensi Pengumuman Pilpres Rusuh, Asing Obral Saham Lagi!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular