
Analisis
IHSG dan Rupiah Loyo, Tanda Pudarnya Jokowi Effect!
Monica Wareza, ²©²ÊÍøÕ¾
23 April 2019 08:30

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Pada perdagangan Senin kemarin, pasar keuangan Indonesia tertekan ketika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah sama-sama loyo.
Sentimen kemenangan pasangan capres-cawapres Jokowi-Ma'ruf Amin versi hitung cepat sudah dilupakan pasar di awal pekan ini.
IHSG diterpa tekanan jual dengan intensitas yang besar. Per akhir sesi 2, IHSG jatuh sebesar 1,42% ke level 6.414,74 poin.
Pelemahan indeks ini berbanding terbalik dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia ditransaksikan menguat: indeks Nikkei naik 0,08%, indeks Straits Times naik 0,22%, dan indeks Kospi naik 0,02%.
Indonesia tampaknya mulai ditinggalkan dan investor lebih memilih untuk mengamankan portofolio di bursa saham China. Pendorongnya yakni kinclongnya data ekonomi China dan kekhawatiran bahwa perekonomian China akan mengalami hard landing pada tahun ini mereda.
Sentimen lain yakni perkembangan terkait dengan negosiasi dagang AS-China yang kondusif ikut memantik aksi beli di bursa saham regional.
Gerak kurs rupiah terhadap dolar AS juga sudah tak lagi dikatrol oleh Jokowi Effect pada perdagangan kemarin disebabkan karena kondisi eksternal yang tidak kondusif.
Pada Senin (22/4/2019), US$ 1 dihargai Rp 14.070 kala penutupan pasar spot. Rupiah melemah 0,21% dibandingkan posisi penutupan perdagangan sebelum libur Jumat Agung, Kamis 18 April lalu.
Penguatan dolar didukung oleh data perekonomian AS yang ciamik. Mulai dari penjualan ritel AS dan klaim tunjangan pengangguran.
Data ini menggambarkan bahwa daya beli dan konsumsi tetap kuat sehingga sepertinya akan sulit melihat laju inflasi melambat.
Selain itu, perkembangan harga minyak juga tidak mendukung rupiah. Pada pukul 16:14 WIB kemarin, harga minyak jenis Brent yang jadi patokan Eropa dan Asia, serta light sweet yang jadi patokan pasar AS melonjak masing-masing 2,67% dan 2,37%.
Sayang, Jokowi Effect tak mampu menahan terpaan dari luar. Padahal selepas pemilu baik IHSG dan rupiah menguat. 'Obat kuat' sudah hilang dan investor ramai-ramai melakukan profit taking.
Jadi jelas bahwa tekanan jual terhadap aset-aset berbasis rupiah membuat mata uang Tanah Air melemah. Euforia Jokowi Effect Jilid II sudah selesai, dan sepertinya investor memilih untuk mencairkan cuan.
(tas) Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500
Sentimen kemenangan pasangan capres-cawapres Jokowi-Ma'ruf Amin versi hitung cepat sudah dilupakan pasar di awal pekan ini.
IHSG diterpa tekanan jual dengan intensitas yang besar. Per akhir sesi 2, IHSG jatuh sebesar 1,42% ke level 6.414,74 poin.
Indonesia tampaknya mulai ditinggalkan dan investor lebih memilih untuk mengamankan portofolio di bursa saham China. Pendorongnya yakni kinclongnya data ekonomi China dan kekhawatiran bahwa perekonomian China akan mengalami hard landing pada tahun ini mereda.
Sentimen lain yakni perkembangan terkait dengan negosiasi dagang AS-China yang kondusif ikut memantik aksi beli di bursa saham regional.
Gerak kurs rupiah terhadap dolar AS juga sudah tak lagi dikatrol oleh Jokowi Effect pada perdagangan kemarin disebabkan karena kondisi eksternal yang tidak kondusif.
Pada Senin (22/4/2019), US$ 1 dihargai Rp 14.070 kala penutupan pasar spot. Rupiah melemah 0,21% dibandingkan posisi penutupan perdagangan sebelum libur Jumat Agung, Kamis 18 April lalu.
Penguatan dolar didukung oleh data perekonomian AS yang ciamik. Mulai dari penjualan ritel AS dan klaim tunjangan pengangguran.
Data ini menggambarkan bahwa daya beli dan konsumsi tetap kuat sehingga sepertinya akan sulit melihat laju inflasi melambat.
Selain itu, perkembangan harga minyak juga tidak mendukung rupiah. Pada pukul 16:14 WIB kemarin, harga minyak jenis Brent yang jadi patokan Eropa dan Asia, serta light sweet yang jadi patokan pasar AS melonjak masing-masing 2,67% dan 2,37%.
Sayang, Jokowi Effect tak mampu menahan terpaan dari luar. Padahal selepas pemilu baik IHSG dan rupiah menguat. 'Obat kuat' sudah hilang dan investor ramai-ramai melakukan profit taking.
Jadi jelas bahwa tekanan jual terhadap aset-aset berbasis rupiah membuat mata uang Tanah Air melemah. Euforia Jokowi Effect Jilid II sudah selesai, dan sepertinya investor memilih untuk mencairkan cuan.
(tas) Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular