²©²ÊÍøÕ¾

Laba Q1 Amblas 77%, Ternyata Ini Penekan Kinerja Chandra Asri

Dwi Ayuningtyas, ²©²ÊÍøÕ¾
29 May 2019 15:13
Kinerja keuangan TPIA tampaknya masih belum sepenuhnya pulih.
Foto: Doc.Chandra Asri
Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Kinerja keuangan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) tampaknya masih belum sepenuhnya pulih pada 3 bulan pertama tahun ini. Pasalnya, baik kinerja top line maupun bottom line perusahaan membukukan pertumbuhan negatif.

Mengacu laporan keuangan perusahaan, hingga akhir Maret 2019, total pemasukan yang diterima perusahaan menyusut 20,58% dibandingkan perolehan pada kuartal I-2018. Pendapatan TPIA pada kuartal I-2019 tercatat US$ 552,22 juta atau setara Rp 7,89 triliun (asumsi kurs Rp 14.286/US$).

Manajemen perusahaan menyampaikan bahwa pendapatan turun karena harga jual rata-rata lebih rendah terutama untuk produk kimia seperti olefins, polyolefins, dan styrene monomer.

Sebagai contoh, harga jual rata-rata styrene monomer turun 7,63% secara kuartalan (QoQ) menjadi US$ 1.041/metrik ton dari sebelumnya US$ 1.127/metrik ton di kuartal empat 2018. Penurunan tersebut dikarenakan permintaan yang melambat dari China.


Jika ditilik lebih detail, sumber pendapatan perusahaan masih didominasi dari penjualan domestik dengan proporsi mencapai 74,51%. Adapun dari segi jenis produk, polyolefins masih memimpin dengan porsi sebesar 48,09%, disusul oleh olefins (23,84%), styrene monomer (17,5%), dan butadine (10,02%).

Meski demikian manajemen optimistis dengan kinerja perusahaan ke depan, apalagi dengan melihat catatan keselamatan kerja positif. "Kami mencatat 26 juta jam kerja tanpa lost time accident, sebuah catatan keselamatan baru," kata Suryandi, Direktur Chandra Asri, dalam siaran pers, Rabu (29/5/2019).

"Pabrik polyethylene 400 KTA [
berkapasitas 400 kilotons per annum±ÕÌýbaru kami akan segera selesai dan beroperasi sesuai rencana pada akhir tahun ini, bersamaan dengan debottlenecking [menghilangkan hambatan] pabrik polypropylene, untuk lebih meningkatkan skala ekonomi perusahaan," jelasnya.

Pada periode tersebut, laba bersih atau bottom line anak usaha dari Barito Pacific ini malah lebih buruk karena terperosok lebih dalam dengan mencatatkan koreksi 76,36% year-on-year (YoY) menjadi US$ 17,27 juta atau setara Rp 246,64 miliar.

Padahal pada periode yang sama tahun lalu, keuntungan yang dikantongi perusahaan bisa mencapai US$ 73,04 juta atau setara 1,04 triliun.

Kenapa laba turun?
Jika ditelisik lebih lanjut, laba bersih perusahaan tertekan dikarenakan rasio biaya bahan baku terhadap pendapatan tercatat lebih tinggi, dan terdapat peningkatan pada pos beban keuangan dan bagian rugi bersih dari entitas asosiasi.

Sepanjang kuartal I-2019, biaya bahan baku TPIA mencapai US$ 377,82 juta atau setara 68,24% dari total pemasukan. Padahal pada periode yang sama tahun lalu proporsi biaya bahan baku hanya 56,41%. Bertambahnya porsi biaya bahan baku otomatis menekan ruang pergerakan margin laba kotor perusahaan.

Sementara itu, keuntungan perusahaan semakin ditekan dengan pos beban keuangan yang naik 19,22% YoY menjadi US$ 17,13 juta, serta rugi bersih entitas asosiasi yang melebar lebih dari 4 kali lipat (308,65% YoY) ke level US$ 8,5 juta.

Dengan demikian, di akhir periode kuartal pertama tahun ini, margin bersih yang mampu ditorehkan perusahaan hanya 3,13% dari sebelumnya 10,51% di kuartal I-2018.

Di lain pihak, dari sisi neraca, jumlah aset per 31 Maret 2019 turun 4,18% QoQ menjadi US$ 3,04 miliar dari US$ 3,17 miliar pada akhir Desember tahun lalu.

Manajemen perusahaan menyampaikan nilai aset terkoreksi sebagian besar karena kas dan setara kas yang lebih rendah karena pembayaran kepada pemasok. Selain itu juga ada pembayaran uang muka untuk aset tetap atas proyek ekspansi.

Sementara itu, total liabilitas (utang) juga turun 10,71% QoQ menjadi US$ 1,25 miliar, dan total ekuitas relatif stagnan dengan perolehan US$ 1,79 miliar.

Chandra Asri adalah perusahaan hasil merger antara PT Tri Polyta Indonesia Tbk (TPI) dan PT Chandra Asri (CA) pada 1 Januari 2011. TPI merupakan produsen polypropylene terbesar di Indonesia dan didirikan pada 1984, sementara CA adalah produsen produk olefins dan polyethylene serta didirikan pada 1989.

Saat ini, saham perseroan dimiliki oleh dua pemegang saham utama, Barito Pacific Group yang dikendalikan pengusaha Prajogo Pangestu dan SCG Chemicals Co., Ltd. (SCG), anak perusahaan dari SCG Group, Thailand.

TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA

Simak ulasan penerbitan obligasi Chandra Asri US$ 500-700 Miliar.

[Gambas:Video ²©²ÊÍøÕ¾]

(dwa/tas) Next Article Chandra Asri & Royal Vopak Bikin Usaha Patungan, Bisnis Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular