²©²ÊÍøÕ¾

Peringkat Utang Indonesia Naik, Saham Perbankan Melesat!

Anthony Kevin, ²©²ÊÍøÕ¾
31 May 2019 15:25
Hingga berita ini diturunkan, indeks sektor jasa keuangan melejit 1,87%.
Foto: ²©²ÊÍøÕ¾/Muhammad Sabki
Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) semakin tancap gas memasuki perdagangan sesi 2. Per akhir perdagangan sesi 1, IHSG tercatat menguat 0,92% ke level 6.160,07. Pada pukul 15:00 WIB, penguatannya sudah bertambah menjadi 1,32% ke level 6.184,9.

IHSG terus mendaki naik seiring dengan keputusan lembaga pemeringkat kenamaan dunia yakni Standard and Poor's (S&P) untuk menaikkan peringkat surat utang Indonesia.

"S&P menaikkan peringkat pemerintah Indonesia ke BBB dengan alasan prospek pertumbuhan yang kuat dan kebijakan fiskal yang prudent," tulis S&P dalam keterangan resminya yang dirilis pada hari ini, Jumat (31/5/2019).

Pada 31 Mei 2018 lalu, S&P sempat mengafirmasi peringkat surat utang jangka panjang Indonesia di level di BBB-. Sebagai informasi, level BBB- merupakan level terendah bagi surat utang yang masuk dalam kategori layak investasi (investment-grade), sementara level BBB berada 1 tingkat di atas level BBB-.

Sektor jasa keuangan merupakan salah satu sektor yang menunjukkan performa sangat oke merespons keputusan S&P tersebut. Per akhir sesi 1, indeks sektor jasa keuangan ditransaksikan menguat 1,66%. Kini, penguatannya sudah bertambah menjadi 1,87%.

Sektor jasa keuangan melejit seiring dengan aksi beli yang dilakukan investor atas saham-saham bank BUKU 4 (bank dengan modal inti di atas Rp 30 triliun): harga saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) meroket 4,06%, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) melesat 3,07%, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menguat 2,32%, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 1,22%.

Dengan dinaikannya peringkat surat utang, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Indonesia di pasar sekunder seharusnya akan bergerak turun. Sebagai informasi, pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya. Ketika yield turun, berarti harga sedang naik. Sebaliknya, ketika yield naik, berarti harga sedang turun.

Penurunan yield akan membuat tekanan bagi bank BUKU 4 untuk mematok tingkat suku bunga deposito di level yang tinggi menjadi berkurang. Sepanjang kuartal pertama tahun ini, bank BUKU 4 menghadapi persaingan yang ketat dengan pemerintah Indonesia dalam menghimpun dana masyarakat lantaran yield obligasi pemerintah di pasar sekunder begitu tinggi.

Akibatnya, 3 dari 4 bank BUKU 4 yang disebutkan di atas yakni BBRI, BBNI, dan BMRI harus rela memangkas marjin bunga bersih/Net Interest Margin (NIM). Sebagai informasi, NIM merupakan selisih dari bunga yang didapatkan perbankan dengan bunga yang dibayarkan kepada nasabah, dibagi dengan total aset yang menghasilkan bunga. Semakin besar NIM, maka tingkat profitabilitas sebuah bank akan semakin besar.

Bahkan, tak berlebihan jika NIM dikatakan sebagai 'nyawa' dari operasional sebuah bank. Dengan NIM yang lebih besar, sebuah bank bisa mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi kala menyalurkan kredit dalam besaran yang sama.


Kini, dengan adanya harapan bahwa NIM dari bank BUKU 4 bisa dijaga di level yang relatif tinggi, aksi beli atas saham-saham bank BUKU 4 dilakukan investor.

TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA
(ank/hps) Next Article Jelang Musim Laporan Keuangan, Ini Emiten Yang Mulai Diborong

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular