
Atlas Resources Buka Tambang Gorby Energy di Oktober 2019
tahir saleh, ²©²ÊÍøÕ¾
31 May 2019 17:23

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Perusahaan pertambangan, PT Atlas Resources Tbk (ARII) menargetkan membuka tambang Gorby Energy di Hub Mutara Tengah, Kabupaten Musi Rawas dan Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, paling lambat pada Oktober mendatang.
"Perseroan berharap Gorby Energy dapat memulai produksi di bulan September 2019 sebesar 30.000 ton per bulan dan selanjutnya akan meningkat hingga 50.000 ton per bulan," tulis manajemen Atlas, dalam dokumen paparan publik yang disampaikanÌýdi Bursa Efek Indonesia, Jumat (31/5/2019).
Informasi itu terangkum dalam penjelasan paparan publik yang digelar Atlas pada 27 Mei lalu di Jakarta. Manajemen Atlas yang dipimpin Andre Abdi sebagai presiden direktur ini menegaskan dengan pembukaan tambang tersebut, maka total ada tigaÌýtambang di Hub Mutara yang akan berproduksi.
Ketiga tambang batu bara itu yakni tambang Gorby Putra Utama yang telah dibuka tahun 2018, lalu tambang Banyan Koalindo Lestari dan menyusul berikutnya tambang Gorby Energy.
"Total produksi tambang dari ketiganyaÌýantara 200.000-250.000 per bulan dan diprediksi akan terus meningkatÌýdi tahun-tahun berikutnya mengikuti kebutuhan pasar," tulis manajemen.
Mengacu data resmi Atlas, Hub Mutara terdiri dari lima lahan konsesi dengan total luas melebihi 41.000 hektare (ha) yang terletak di Kabupaten Musi Rawas dan Kabupaten Musi Banyuasin.
Pada hub yang memproduksi jenis thermal coal ini, Atlas memperoleh izin pembangunan jalan raya sepanjang 137 km yang akan menghubungkan Hub Mutara ke fasilitas pelabuhan yang terletak di Sungai Lalang, Sumatera Selatan, yaitu Pelabuhan SBL.
Pengelolaan Hub Mutara ini dilakukan oleh entitas anak usaha perseroan yaitu Gorby Putra Utama (4.395 ha), Gorby Global Energi (1.278 ha), PT Cipta Wanadana (20.000 ha), Gorby Energy (4.988 ha) dan Banyan Koalindo Lestari (10.980 ha).
Adapun Atlas masih memiliki empat hub lain yakni Hub Kukar terdiri dari dua konsesi tambang yang terletak di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, dengan luas lahan mencapai hampir 2.500 ha.
Lalu Hub Kubar terdiri dari dua konsesi tambang yang terletak di Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur, dengan luas lahan mencapai hampir 15.000 ha.
Lainnya yakniÌýHub Berau terdiri dari tiga konsesi tambang yang terletak di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, dengan luas lahan mencapai hampir 20.000 ha.
Terakhir yakni Hub Papua yang saat ini tengah digarap oleh dua entitas anak perseroan yaitu PT Karya Manunggal dan PT Papua Inti Energi untuk pengembangan usaha di masa datang.
"Pasar perusahaan terdiri dari pasar domestik dan pasar ekspor dengan kebutuhan batu bara berkalori 4.200 hingga 4.500. Perseroan akan terus memproduksi baru bara untuk menunjang kebutuhan tersebut," tulis manajemen.
Ìý
Target volume produksi tahun ini sebanyak 1,7 juta ton batu bara di mana dana belanja modal (capex) senilai US$162 juta akan digunakan sebesar 70% untuk penyelesaian infrastrukturÌýjalanan dan pelabuhan. Sisanya 30% dana capexÌýuntukÌýland clearing terhadap tambang baru termasuk tambang GorbyÌýEnergy.
Tahun lalu, laporan keuangan Atlas menunjukkan, perseroan membukukan pendapatan naik menjadi US$ 38,16 juta, atau setara dengan Rp 534 miliar (asumsi kurs Rp 14.000/US$) dari tahun sebelumnya US$ 28,73 juta. Namun perusahaan ini masih merugi bersih US$ 28,31 juta dari rugi tahun 2017 sebesar US$ 15,52 juta.
(tas/hps) Next Article Dikejar Utang Nobel Group, Atlas Resources Private Placement
"Perseroan berharap Gorby Energy dapat memulai produksi di bulan September 2019 sebesar 30.000 ton per bulan dan selanjutnya akan meningkat hingga 50.000 ton per bulan," tulis manajemen Atlas, dalam dokumen paparan publik yang disampaikanÌýdi Bursa Efek Indonesia, Jumat (31/5/2019).
Informasi itu terangkum dalam penjelasan paparan publik yang digelar Atlas pada 27 Mei lalu di Jakarta. Manajemen Atlas yang dipimpin Andre Abdi sebagai presiden direktur ini menegaskan dengan pembukaan tambang tersebut, maka total ada tigaÌýtambang di Hub Mutara yang akan berproduksi.
Ketiga tambang batu bara itu yakni tambang Gorby Putra Utama yang telah dibuka tahun 2018, lalu tambang Banyan Koalindo Lestari dan menyusul berikutnya tambang Gorby Energy.
Mengacu data resmi Atlas, Hub Mutara terdiri dari lima lahan konsesi dengan total luas melebihi 41.000 hektare (ha) yang terletak di Kabupaten Musi Rawas dan Kabupaten Musi Banyuasin.
Pada hub yang memproduksi jenis thermal coal ini, Atlas memperoleh izin pembangunan jalan raya sepanjang 137 km yang akan menghubungkan Hub Mutara ke fasilitas pelabuhan yang terletak di Sungai Lalang, Sumatera Selatan, yaitu Pelabuhan SBL.
Pengelolaan Hub Mutara ini dilakukan oleh entitas anak usaha perseroan yaitu Gorby Putra Utama (4.395 ha), Gorby Global Energi (1.278 ha), PT Cipta Wanadana (20.000 ha), Gorby Energy (4.988 ha) dan Banyan Koalindo Lestari (10.980 ha).
Adapun Atlas masih memiliki empat hub lain yakni Hub Kukar terdiri dari dua konsesi tambang yang terletak di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, dengan luas lahan mencapai hampir 2.500 ha.
Lalu Hub Kubar terdiri dari dua konsesi tambang yang terletak di Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur, dengan luas lahan mencapai hampir 15.000 ha.
Lainnya yakniÌýHub Berau terdiri dari tiga konsesi tambang yang terletak di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, dengan luas lahan mencapai hampir 20.000 ha.
Terakhir yakni Hub Papua yang saat ini tengah digarap oleh dua entitas anak perseroan yaitu PT Karya Manunggal dan PT Papua Inti Energi untuk pengembangan usaha di masa datang.
"Pasar perusahaan terdiri dari pasar domestik dan pasar ekspor dengan kebutuhan batu bara berkalori 4.200 hingga 4.500. Perseroan akan terus memproduksi baru bara untuk menunjang kebutuhan tersebut," tulis manajemen.
Ìý
Target volume produksi tahun ini sebanyak 1,7 juta ton batu bara di mana dana belanja modal (capex) senilai US$162 juta akan digunakan sebesar 70% untuk penyelesaian infrastrukturÌýjalanan dan pelabuhan. Sisanya 30% dana capexÌýuntukÌýland clearing terhadap tambang baru termasuk tambang GorbyÌýEnergy.
Tahun lalu, laporan keuangan Atlas menunjukkan, perseroan membukukan pendapatan naik menjadi US$ 38,16 juta, atau setara dengan Rp 534 miliar (asumsi kurs Rp 14.000/US$) dari tahun sebelumnya US$ 28,73 juta. Namun perusahaan ini masih merugi bersih US$ 28,31 juta dari rugi tahun 2017 sebesar US$ 15,52 juta.
(tas/hps) Next Article Dikejar Utang Nobel Group, Atlas Resources Private Placement
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular