²©²ÊÍøÕ¾

Saham Hotel Fitra Juarai Top Gainers, Awas Jebakan Batman!

Dwi Ayuningtyas, ²©²ÊÍøÕ¾
12 June 2019 14:55
Saham Hotel Fitra jadi top gainers dengan mencatatkan kenaikan harga 28,32%.
Foto: Pencatatan Perdana Saham PT Hotel Fitra International Tbk (FITT) di Main Hall BEI. (²©²ÊÍøÕ¾/Syahrizal Sidik)
Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Saham emiten pengelola Fitra Hotel Majalengka, Jawa Barat, yakni  PT Hotel Fitra International Tbk (FITT) menjuarai klasemen daftar saham dengan penguatan tertinggi atau top gainers setelah naik 28,32% menjadi Rp 222/saham pada akhir perdagangan sesi I, Rabu (12/6/2019).

Emiten berkode FITT ini sebetulnya baru mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) Selasa kemarin (11/6) dengan melepaskan sebanyak 220 juta saham atau setara 36,67% dari total modal ditempatkan dan disetor penuh perusahaan.

Saat debut perdananya, saham FITT itu langsung ditransaksikan menguat 69,61% ke level Rp 173/saham dari harga penawaran Rp 102/saham.

Namun, sebelum tergiur dengan pergerakan harga saham yang terus meroket, pelaku pasar harap mencermati terlebih dahulu performa FITT dalam 3 tahun belakangan.


Melansir prospektus perusahaan, bila menilik dari sisi kinerja pendapatan atau top line, tahun lalu total pendapatan FITT tumbuh lebih dari dua kali lipat, yaitu 225,24%.

Peningkatan tersebut seluruhnya disumbangkan oleh pendapatan hotel anak usaha perusahaan, yaitu PT Majalengka Permai, yang baru diakuisisi tahun 2018. FITT memiliki Fitra Hotel Majalengka (beroperasi 2017) melalui PT Majalengka Permai.

Sementara itu, sebagian besar pemasukan masih bertumpu pada bisnis hotel (55,04%), diikuti oleh lini breakfast (18,44%), banquet (17,52%). Keberadaan Bandara Internasional Kertajati di Kabupaten Majalengka juga diharapkan akan mampu menjadi katalis positif bagi kinerja omzet perusahaan ke depan. 


Namun di sisi lain, jika ternyata aktivitas ekonomi, seperti kunjungan bisnis dan pariwisata di wilayah Majalengka masih tatap lesu, akan memberikan dampak signifikan pada kelangsungan bisnis FITT.

Sepanjang periode 2016-2018 FITT terus mencatatkan kerugian tahun berjalan, bahkan angkanya meningkat tiap tahun. Pada tahun 2018, rugi yang diatribusikan pada pemilik entitas induk mencapai Rp 5,37 miliar.

Jika ditilik lebih rinci, momok buruknya kinerja bottom line FITT adalah karena tingginya total beban usah dan bunga pinjaman bank yang dicatatkan perusahaan sepanjang tahun lalu.

Pada tahun 2018, pos beban usaha perusahaan mencapai Rp 6,96 miliar, dimana nilai ini setara dengan 86,19% total pemasukan FITT yang berada di level Rp 8,07 miliar. Selain itu, pos bunga pinjaman bank juga tercatat cukup besar mencapai 39,01% atau setara Rp 3,15 miliar.

Proporsi yang tinggi pada pos beban usaha dan beban bunga pinjaman bank juga dibukukan perusahaan di tahun 2017, meskipun persentasenya tidak sebesar tahun lalu.

Sepanjang tahun 2017, proporsi total beban usaha dan beban bunga pinjaman bank masing-masing mencapai 61,78% dan 35,92% jika dibandingkan dengan total pendapatan yang senilai Rp 2,48 miliar.

Terlebih lagi, investor juga patut mewaspadai kondisi neraca keuangan FITT yang di tahun 2017 sempat membukukan nilai ekuitas negatif sebesar Rp 1,01 miliar. Kondisi ekuitas yang negatif merupakan salah satu pertanda kesulitan keuangan karena tingginya total kewajiban perusahaan.

Sebagai informasi tambahan, dana segar yang digalang dari IPO, setengahnya akan digunakan untuk menambah landbank di Majalengka. Lalu 30% dipakai untuk pembangunan convention hall, dan sisanya sebagai modal kerja. Perseroan berpotensi memperoleh dana IPO senilai Rp 22,44 miliar.

Tidak hanya mencatatkan saham perdana, perusahaan juga menerbitkan 132 juta Waran Seri I atau setara dengan 34,73% jumlah saham ditempatkan dan disetor penuh pada saat pernyataan pendaftaran dalam rangka penawaran umum.

TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾Â INDONESIA


(dwa/tas) Next Article Pemilik Hotel Fitra Lepas Semua Sahamnya, Cuan Berapa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular