Ponsel Ilegal Bakal Dilarang, Saham Erajaya Melesat 11%
tahir saleh, ²©²ÊÍøÕ¾
01 July 2019 10:56

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Saham emiten distributor perangkat elektronik, PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) kembali melesat hingga Rp 2.140/saham atau naik 11,46% seiring dengan sentimen positif kebijakan pemerintah yang akan lebih tegas melarang distribusi pasar ponsel ilegal.
Data perdagangan pukul 10.42 WIB, Senin (1/7/2019), saham ERAAÂ ditransaksikan sebesar Rp 156,09 miliar dengan volume perdagangan 74,99 juta saham.
Asing pada hari ini masuk mencapai Rp 3,28 miliar. Dalam sebulan terakhir perdagangan, saham ERAAÂ sudah melesat 87%, kendati secara year to date atau tahun berjalan saham ERAAÂ minus 10,13%.
Equity Analyst Mega Capital Indonesia, Helen Vincentia, dalam kesempatan sebelumnya di ²©²ÊÍøÕ¾ TV Indonesia mengatakan penguatan saham ERAA dalam beberapa hari terakhir akibat sentimen positif dari kebijakan pemerintah yang akan lebih tegas melarang distribusi pasar ponsel ilegal sehingga menguntungkan distributor seperti ERAA.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) tengah mengembangkan sistem identifikasi produk ponsel ilegal yang dinamakan Device Identification, Registration, and Blocking System (DIRBS).
Sistem ini sebagai upaya memvalidasi database nomor identitas asli ponsel (International Mobile Equipment Identity/IMEI).
Upaya ini dilakukan pemerintah guna mencegah dan mengurangi peredaran ponsel yang masuk ke Indonesia secara ilegal sehingga melindungi industri dan konsumen dari barang black market atau barang ilegal.
Di sisi lain, di luar sentimen ini, perseroan pada 18 Juni lalu baru memperpanjang dan dan mendapat tambahan fasilitas pinjaman dari PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar Rp 4,48 triliun.
"Dana ini akan digunakan untuk modal kerja guna mendukung kegiatan operasional dan ekspansi bisnis Erajaya Group," kata Amelia Allen, Head of Legal & Corporate Secretary ERAA, dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Hingga akhir Maret 2019 total pendapatan perusahaan anjlok 13,96% year-on-year (YoY) menjadi Rp 7,12 triliun dibanding periode yang sama tahun lalu.
Pendapatan ERAA pada kuartal pertama tahun ini tersungkur karena bisnis utama perusahaan anjlok 20,23% secara tahunan.
Penjualan telepon selular dan tablet yang memiliki porsi 77,45% terhadap total penjualan hanya mencatatkan perolehan Rp 5,52 triliun dari sebelumnya Rp 6,92 triliun di kuartal I-2018.
Alhasil, ruang untuk menyokong pertumbuhan laba perusahaan tertekan, sehingga ERAA harus pasrah membukukan penurunan laba bersih hingga 73,88% secara tahunan menjadi Rp 56,54 miliar.
(tas/hps) Next Article Saham Erajaya Babak Belur, Anjlok 22% karena Lapkeu Q1-2019
Data perdagangan pukul 10.42 WIB, Senin (1/7/2019), saham ERAAÂ ditransaksikan sebesar Rp 156,09 miliar dengan volume perdagangan 74,99 juta saham.
Asing pada hari ini masuk mencapai Rp 3,28 miliar. Dalam sebulan terakhir perdagangan, saham ERAAÂ sudah melesat 87%, kendati secara year to date atau tahun berjalan saham ERAAÂ minus 10,13%.
Equity Analyst Mega Capital Indonesia, Helen Vincentia, dalam kesempatan sebelumnya di ²©²ÊÍøÕ¾ TV Indonesia mengatakan penguatan saham ERAA dalam beberapa hari terakhir akibat sentimen positif dari kebijakan pemerintah yang akan lebih tegas melarang distribusi pasar ponsel ilegal sehingga menguntungkan distributor seperti ERAA.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) tengah mengembangkan sistem identifikasi produk ponsel ilegal yang dinamakan Device Identification, Registration, and Blocking System (DIRBS).
Sistem ini sebagai upaya memvalidasi database nomor identitas asli ponsel (International Mobile Equipment Identity/IMEI).
Upaya ini dilakukan pemerintah guna mencegah dan mengurangi peredaran ponsel yang masuk ke Indonesia secara ilegal sehingga melindungi industri dan konsumen dari barang black market atau barang ilegal.
Di sisi lain, di luar sentimen ini, perseroan pada 18 Juni lalu baru memperpanjang dan dan mendapat tambahan fasilitas pinjaman dari PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar Rp 4,48 triliun.
"Dana ini akan digunakan untuk modal kerja guna mendukung kegiatan operasional dan ekspansi bisnis Erajaya Group," kata Amelia Allen, Head of Legal & Corporate Secretary ERAA, dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Hingga akhir Maret 2019 total pendapatan perusahaan anjlok 13,96% year-on-year (YoY) menjadi Rp 7,12 triliun dibanding periode yang sama tahun lalu.
Pendapatan ERAA pada kuartal pertama tahun ini tersungkur karena bisnis utama perusahaan anjlok 20,23% secara tahunan.
Penjualan telepon selular dan tablet yang memiliki porsi 77,45% terhadap total penjualan hanya mencatatkan perolehan Rp 5,52 triliun dari sebelumnya Rp 6,92 triliun di kuartal I-2018.
Alhasil, ruang untuk menyokong pertumbuhan laba perusahaan tertekan, sehingga ERAA harus pasrah membukukan penurunan laba bersih hingga 73,88% secara tahunan menjadi Rp 56,54 miliar.
(tas/hps) Next Article Saham Erajaya Babak Belur, Anjlok 22% karena Lapkeu Q1-2019
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular