²©²ÊÍøÕ¾

The Fed Kembali Tebar Nada Dovish, Bursa Saham Asia Melejit

Anthony Kevin, ²©²ÊÍøÕ¾
19 July 2019 17:25
Seluruh bursa saham utama kawasan Asia kompak menutup perdagangan terakhir di pekan ini di zona hijau.
Foto: Tokyo Stock Exchange TSE (REUTERS/Thomas Peter)
Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Seluruh bursa saham utama kawasan Asia kompak menutup perdagangan terakhir di pekan ini di zona hijau: indeks Nikkei melonjak 2%, indeks Shanghai melesat 0,79%, indeks Hang Seng melejit 1,07%, indeks Straits Times naik 0,5%, dan indeks Kospi bertambah 1,35%.

Aura dovish yang kian terasa dari The Federal Reserve (The Fed) selaku bank sentral AS sukses memantik aksi beli di bursa saham regional. Aura dovish tersebut kian terasa pasca John Williams selaku New York Federal Reserve President mengatakan bahwa The Fed perlu untuk "bertindak cepat" di tengah pelemahan ekonomi yang saat ini tengah terjadi, dilansir dari ²©²ÊÍøÕ¾ International.

"Lebih baik untuk mengambil langkah pencegahan ketimbang menunggu datangnya bencana," kata Williams.

Komentar dari Williams tersebut lantas melengkapi pernyataan-pernyataan dovish yang sebelumnya diutarakan oleh Jerome Powell selaku Gubernur The Fed. Pada pekan lalu, Powell memberikan testimoni terkait dengan laporan kebijakan moneter semi tahunan di hadapan para anggota kongres AS.

Pesimisnya Powell dalam melihat kondisi perekonomian di masa depan dibuktikan dengan pengulangan kata 'ketidakpastian' (uncertainty) yang begitu sering. ²©²ÊÍøÕ¾ International mencatat bahwa dalam testimoninya di hadapan anggota kongres, setidaknya 26 kali kata 'ketidakpastian' diucapkan oleh suksesor dari Janet Yellen itu.

'Ketidakpastian' yang diucapkan Powell mengacu kepada berbagai macam hal, seperti prospek perekonomian AS, rendahnya tekanan inflasi, perang dagang AS-China, hingga konsumsi rumah tangga.


Di satu sisi, pengulangan kata 'ketidakpastian' yang begitu sering menunjukkan bahwa laju perekonomian dunia saat ini berikut dengan prospeknya benar-benar sedang lesu. Namun di sisi lain, terlihat jelas bahwa Powell memberi sinyal yang kuat terkait dengan pemangkasan tingkat suku bunga acuan secara agresif.

Kini, pernyataan dari Powell dan Williams sukses membuat optimisme terkait pemangkasan tingkat suku bunga acuan sebesar 50 bps pada pertemuan The Fed bulan ini membuncah. Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak fed fund futures per 19 Juli 2019, probabilitas bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 50 bps pada pertemuan bulan ini telah merangsek ke atas level 50%, tepatnya 50,4%. Padahal pada pekan lalu, probabilitasnya berada di level 23%.

Pemangkasan tingkat suku bunga acuan menjadi sangat krusial guna menghindarkan perekonomian AS dari yang namanya hard landing. Sebelumnya, Bank Dunia (World Bank) memproyeksikan perekonomian AS tumbuh sebesar 2,5% pada tahun 2019, sebelum kemudian turun drastis menjadi 1,7% pada tahun 2020. Pada tahun 2018, perekonomian AS tumbuh hingga 2,9%, menandai laju pertumbuhan tertinggi sejak tahun 2015 silam.

Ketika laju perekonomian AS bisa didorong di level yang tinggi, perekonomian dari negara-negara lain akan bisa dipacu untuk melaju di level yang tinggi juga. Maklum, AS merupakan negara dengan nilai perekonomian terbesar di planet bumi.

Kabar gembira yang datang dari The Fed tersebut sukses membuat pelaku pasar melupakan rilis data ekonomi Jepang yang mengecewakan. Kemarin (18/7/2019), ekspor Jepang periode Juni 2019 diumumkan anjlok 6,7% secara tahunan, lebih dalam ketimbang konsensus yang memperkirakan koreksi sebesar 5,6% saja, dilansir dari Trading Economics. Sementara itu, impor ambruk hingga 5,2% secara tahunan, jauh lebih dalam ketimbang konsensus yang memperkirakan penurunan tipis sebesar 0,4%.

Pada perdagangan kemarin, bursa saham Asia dibuat jatuh salah satunya karena rilis data ekonomi Jepang yang mengecewakan.

Wajar jika data ekonomi Jepang mendapatkan perhatian yang besar dari pelaku pasar. Pasalnya, Jepang merupakan negara dengan nilai perekonomian terbesar ketiga di dunia setelah AS dan China. Tekanan terhadap perekonomian Jepang dipastikan akan memiliki dampak negatif terhadap negara-negara lain.

Namun ya itu, kabar gembira yang datang dari The Fed sukses menutup kekecewaan pelaku pasar atas rilis data ekonomi Jepang yang mengecewakan.

TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA
(ank/hps) Next Article Alert! Bursa Saham Eropa 'Kebakaran'...

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular