
IHSG Merah, BEI: Dunia Masih Gonjang-ganjing
Monica Wareza, ²©²ÊÍøÕ¾
07 October 2019 17:19

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini sempat kembali turun di bawah level psikologis 6.000 disebabkan karena kondisi global yang masih belum kondusif.
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Laksono Widodo mengatakan pergerakan indeks yang melemah ini masih dipengaruhi oleh faktor global, kendati dari dalam negeri pagi ini ada kabar mengenai turunnya cadangan devisa akhir September.
"[Sentimen] Dunia masih gonjang-ganjing. Kalau cadangan devisa masih sesuai dengan perkiraan para ekonom, jadi kalau masih sesuai itu tidak ada impact negatifnya," kata Laksono di Gedung BEI, Senin (7/10/2019).
IHSG hari ini sempat terperosok di bawah 6.000 poin. Pada perdagangan sesi II, IHSG anjlok 1,07% ke level 5.998,27 poin.
Dari dalam negeri, sentimen negatif bagi pasar saham datang dari rilis angka cadangan devisa oleh Bank Indonesia (BI). Per September 2019, BI mencatat cadangan devisa Indonesia berada di level US$ 124,3 miliar, turun US$ 2,1 miliar jika dibandingkan posisi per akhir Agustus yang senilai US$ 126,4 miliar.
BI menyebut bahwa penurunan cadangan devisa pada bulan lalu utamanya dipengaruhi oleh kebutuhan pembayaran utang luar negeri Pemerintah dan berkurangnya penempatan valas perbankan di bank sentral.
Dengan cadangan devisa yang menipis, praktis amunisi dari bank sentral untuk melakukan intervensi kala rupiah mendapatkan tekanan jual yang besar menjadi ikut menipis. Simpelnya, rupiah akan menjadi lebih rentan untuk digoyang. Hingga siang hari ini, rupiah melemah 0,18% melawan dolar AS di pasar spot ke level Rp 14.155/dolar AS.
Dari eksternal, pelaku pasar kembali was-was setelah Bloomberg memberitakan, pihak China mulai ragu atau enggan untuk menyetujui kesepakatan dagang yang menyeluruh dengan Negeri Paman Sam.
Wakil Perdana Menteri Negeri Tiongkok, Liu He, mengatakan komitmen yang ditawarkan Beijing tidak termasuk reformasi kebijakan industri atau subsidi pemerintah. Padahal, dua komitmen tersebut merupakan tuntutan utama yang diminta oleh pihak Washington.
(hps/hps) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Laksono Widodo mengatakan pergerakan indeks yang melemah ini masih dipengaruhi oleh faktor global, kendati dari dalam negeri pagi ini ada kabar mengenai turunnya cadangan devisa akhir September.
"[Sentimen] Dunia masih gonjang-ganjing. Kalau cadangan devisa masih sesuai dengan perkiraan para ekonom, jadi kalau masih sesuai itu tidak ada impact negatifnya," kata Laksono di Gedung BEI, Senin (7/10/2019).
IHSG hari ini sempat terperosok di bawah 6.000 poin. Pada perdagangan sesi II, IHSG anjlok 1,07% ke level 5.998,27 poin.
BI menyebut bahwa penurunan cadangan devisa pada bulan lalu utamanya dipengaruhi oleh kebutuhan pembayaran utang luar negeri Pemerintah dan berkurangnya penempatan valas perbankan di bank sentral.
Dengan cadangan devisa yang menipis, praktis amunisi dari bank sentral untuk melakukan intervensi kala rupiah mendapatkan tekanan jual yang besar menjadi ikut menipis. Simpelnya, rupiah akan menjadi lebih rentan untuk digoyang. Hingga siang hari ini, rupiah melemah 0,18% melawan dolar AS di pasar spot ke level Rp 14.155/dolar AS.
Dari eksternal, pelaku pasar kembali was-was setelah Bloomberg memberitakan, pihak China mulai ragu atau enggan untuk menyetujui kesepakatan dagang yang menyeluruh dengan Negeri Paman Sam.
Wakil Perdana Menteri Negeri Tiongkok, Liu He, mengatakan komitmen yang ditawarkan Beijing tidak termasuk reformasi kebijakan industri atau subsidi pemerintah. Padahal, dua komitmen tersebut merupakan tuntutan utama yang diminta oleh pihak Washington.
(hps/hps) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000
Most Popular