²©²ÊÍøÕ¾

Damai Dagang Tak Jelas, Hong Kong Panas, Rupiah Lemas

Hidayat Setiaji, ²©²ÊÍøÕ¾
11 November 2019 10:18
Damai Dagang Tak Jelas, Hong Kong Panas, Rupiah Lemas
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (²©²ÊÍøÕ¾/Muhammad Sabki)
Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah bernasib sama di 'arena' pasar spot.

Pada Senin (11/11/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.040. Rupiah melemah 0,14% dibandingkan posisi akhir pekan lalu.

Sementara di perdagangan pasar spot, rupiah juga masih terjebak di zona merah. Pada pukul 10:01 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.035 di mana rupiah melemah 0,18%.

Kala pembukaan pasar, rupiah sudah melemah 0,11%. Depresiasi rupiah kian dalam seiring perjalanan pasar.

Tidak hanya rupiah, hampir seluruh mata uang Asia juga melemah di hadapan greenback. Sejauh ini hanya yen Jepang dan baht Thailand yang mampu menguat.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 10:03 WIB:



Setidaknya ada dua faktor yang menyebabkan rupiah dkk di Asia berkubang di teritori depresiasi. Pertama adalah kabar damai dagang AS-China yang simpang siur.

Pekan lalu, Kementerian Perdagangan China mengklaim bahwa Washington dan Beijing sepakat untuk mencabut seluruh bea masuk yang dikenakan selama masa perang dagang. Penghapusan bea masuk ini akan menjadi salah satu poin di kesepakatan damai dagang fase I.

AS sudah mengenakan bea masuk terhadap importasi produk China senilai US$ 550 miliar. Sedangkan China membebankan bea masuk kepada impor produk made in the USA senilai US$ 185 miliar.

Namun ternyata itu hanya klaim sepihak. AS menegaskan bahwa belum ada kesepakatan soal pencabutan bea masuk.

"China ingin ada semacam penghapusan (bea masuk). Tidak semuanya, karena mereka tahu saya tidak akan melakukan itu. Saya belum menyepakati apa-apa," tegas Presiden AS Donald Trump kepada para jurnalis di Gedung Putih, seperti diwartakan Reuters.


Akan tetapi, China sepertinya masih ngotot memperjuangkan penghapusan bea masuk menjadi salah satu poin perjanjian damai dagang. Hu Xijin, Editor di harian Global Times yang berafiliasi dengan pemerintah, menyatakan bahwa tidak ada kesepakatan tanpa penghapusan bea masuk.

"Satu hal yang pasti adalah jika tidak ada pencabutan bea masuk, maka tidak ada perjanjian fase I," cuit Hu di Twitter.

Situasi AS-China yang masih tarik-ulur membuat ketidakpastian kembali mendatangi pasar. Tentu bukan kondisi yang ideal, sehingga memaksa pelaku pasar untuk bermain aman dengan menghindari aset-aset berisiko di negara berkembang Asia.



Sentimen kedua adalah situasi Hong Kong yang terus saja panas. Pada pukul 09:27 WIB, Reuters melaporkan aparat keamanan menembakkan gas air mata kepada para demonstran di tempat yang sama dengan terjadinya penembakan.

Ya, pagi tadi polisi menembakkan peluru tajam yang dikabarkan melukai setidaknya satu orang pengunjuk rasa. Seperti diberitakan Reuters, seorang demonstran terlihat berbaring bersimbah darah. Pada pukul 09:34 WIB, Reuters melaporkan bahwa pengunjuk rasa yang tertembak itu telah menjalani operasi dan dalam kondisi stabil.


"Unjuk rasa di Hong Kong sudah menjadi sentimen pemberat dalam beberapa waktu terakhir. Namun dari sisi pasar keuangan, sepertinya kejadian hari ini yang benar-benar memberi pukulan. Apabila situasi terus memburuk, maka tentu akan menjadi sentimen negatif," tegas James McGlew, Analis di Argonaut, seperti dikutip dari Reuters.

Gelombang demonstrasi di Hong Kong sudah terjadi selama 24 pekan. Namun kali ini sepertinya semakin serius, karena sudah melibatkan peluru tajam.

Tidak hanya pasar valas, bursa saham Asia pun didominasi warna merah. Bahkan indeks Hang Seng anjlok 2% lebih.

Berikut perkembangan indeks saham utama Asia pada pukul 10:05 WIB:




TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA



Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular