
Fitch Sebut Peritel Bakal Susah di 2020, Kok Bisa?
Dwi Ayuningtyas, ²©²ÊÍøÕ¾
03 December 2019 17:15

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Perusahaan ritel bahan makanan dengan konsep supermarket dan hypermarket diprediksi akan sulit memulihkan keuntungan di tahun 2020. Sedangkan sebaliknya peritel mini market justru akan mampu mencatatkan pertumbuhan pemasukan yang stabil, meskipun terdapat lebih sedikit alternatif untuk ekspansi.
Dalam riset terbarunya hari ini (3/12/2019), Fitch Ratings (Fitch) menyebutkan alasan supermarket dan hypermarket kesulitan meningkatkan keuntungan karena perusahaan masih akan fokus dalam perampingan jumlah outlet dan memperbaiki efisiensi operasionalnya.
Sepanjang tahun ini, peritel besar kemungkinan besar tidak dapat menorehkan pertumbuhan pendapatan dan keuntungan, terutama bagi peritel dengan pangsa pasar menengah ke atas.
PT Hero Supermarket Tbk (HERO), operator dari Hero dan Giant, serta PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA), pengelola Foodmart dan Hypermart, keduanya mencatatkan penurunan pendapatan double digit dan rugi operasional.
PT Supra Boga Lestari yang mengelola Farmers Market dan Ranch Market mencatatkan pertumbuhan pendapatan negatif yang paling rendah, yakni 2,4% secara kuartalan, meskipun tidak ada penambahan toko per akhir kuartal III-2019.
Sementara itu, Fitch meyakini peritel seperti PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (ALFA) dan PT Indomarco Primasantama (DNET) masih akan ditopang oleh peningkatan jumlah pelanggan yang lebih mengunjungi mini market. Selain itu pemasukan di kuartal terakhir tahun ini juga akan meningkat karena musim perayaan dan liburan di bulan Desember.
Lembaga pemeringkat utang internasional tersebut memproyeksi Alfamart akan dapat mencatatkan pertumbuhan single digit di akhir tahun 2019.
Walaupun pertumbuhan toko Alfamart tidak seagresif Indomaret, penambahan jumlah outlet yang ada akan efektif menopang pendapatan karena perusahaan mengadopsi strategi pengelompokan toko yang terbukti meningkatkan produktifitas in-store.
Jaringan ritel Alfamart juga memungkinkan perusahaan bertindak sebagai pusat pembayaran bagi konsumen. Tercatat di akhir September 2019, pendapatan berbasis biaya meningkat 34% secara tahunan dan 7% secara kuartalan.
Sementara itu, Indomaret akan membukukan pertumbuhan di kisaran 4%-7% (mid-single-digit) karena perusahaan masih secara agresif memperluas jaringan tokonya.
Untuk diketahui, proyeksi peningkatan pendapatan oleh Alfamart dan Indomaret berdasarkan asumsi bahwa peningkatan angka indeks penjualan ritel makanan sebesar 257 di Desember 2018, dari sebelumnya 225 Desember 2018.
(dwa/hps) Next Article New Normal Simpang Siur, Investor Bimbang Masuk Sektor Ritel
Dalam riset terbarunya hari ini (3/12/2019), Fitch Ratings (Fitch) menyebutkan alasan supermarket dan hypermarket kesulitan meningkatkan keuntungan karena perusahaan masih akan fokus dalam perampingan jumlah outlet dan memperbaiki efisiensi operasionalnya.
Sepanjang tahun ini, peritel besar kemungkinan besar tidak dapat menorehkan pertumbuhan pendapatan dan keuntungan, terutama bagi peritel dengan pangsa pasar menengah ke atas.
PT Hero Supermarket Tbk (HERO), operator dari Hero dan Giant, serta PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA), pengelola Foodmart dan Hypermart, keduanya mencatatkan penurunan pendapatan double digit dan rugi operasional.
Sementara itu, Fitch meyakini peritel seperti PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (ALFA) dan PT Indomarco Primasantama (DNET) masih akan ditopang oleh peningkatan jumlah pelanggan yang lebih mengunjungi mini market. Selain itu pemasukan di kuartal terakhir tahun ini juga akan meningkat karena musim perayaan dan liburan di bulan Desember.
Lembaga pemeringkat utang internasional tersebut memproyeksi Alfamart akan dapat mencatatkan pertumbuhan single digit di akhir tahun 2019.
Walaupun pertumbuhan toko Alfamart tidak seagresif Indomaret, penambahan jumlah outlet yang ada akan efektif menopang pendapatan karena perusahaan mengadopsi strategi pengelompokan toko yang terbukti meningkatkan produktifitas in-store.
Jaringan ritel Alfamart juga memungkinkan perusahaan bertindak sebagai pusat pembayaran bagi konsumen. Tercatat di akhir September 2019, pendapatan berbasis biaya meningkat 34% secara tahunan dan 7% secara kuartalan.
Sementara itu, Indomaret akan membukukan pertumbuhan di kisaran 4%-7% (mid-single-digit) karena perusahaan masih secara agresif memperluas jaringan tokonya.
Untuk diketahui, proyeksi peningkatan pendapatan oleh Alfamart dan Indomaret berdasarkan asumsi bahwa peningkatan angka indeks penjualan ritel makanan sebesar 257 di Desember 2018, dari sebelumnya 225 Desember 2018.
(dwa/hps) Next Article New Normal Simpang Siur, Investor Bimbang Masuk Sektor Ritel
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular