²©²ÊÍøÕ¾

Analisis

Level Rp 14.000/US$ Terlalu "Menarik" untuk Dijauhi Rupiah

Putu Agus Pransuamitra, ²©²ÊÍøÕ¾
20 December 2019 13:24
Level Rp 14.000/US$ Terlalu
Foto: ²©²ÊÍøÕ¾/Muhammad Sabki
Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾Â Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (20/2/2019) kembali mendekati level psikologis US$ 14.000/US$.

Rupiah sebenarnya membuka perdagangan dengan menguat 0,04% ke level Rp 13.975/US$, bahkan sempat diperbesar ke Rp 13.970/US$. Namun, selepas itu rupiah berbalik arah hingga menyentuh level Rp 13.996/US$ melemah 0,11% di pasar spot, melansir data Refinitiv.


Sekali lagi terbukti, rupiah perlu momentum yang besar untuk bisa menjauhi level psikologis Rp 14.000/US$.

Dengan kondisi eksternal yang kembali diliputi ketidakpastian, rupiah semakin sulit untuk terus menguat menjauhi level psikologis tersebut.

Kabar baik dari kesepakatan dagang fase I AS-China memang masih memberikan sentiment positif, risiko terjadinya hard Brexit serta pemakzulan Presiden AS Donald Trump memberikan ketidakpastian di pasar.

Selasa (17/12/2019) lalu, ²©²ÊÍøÕ¾ International mengutip media lokal mewartakan Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson akan merevisi undang-undang keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Withdrawal Agreement Bill), sehingga masa transisi tidak bisa diperpanjang lagi.

Partai Konservatif yang dipimpin Boris Johnson memenangi Pemilihan Umum (Pemilu) pada pekan lalu, bahkan menguasai kursi mayoritas parlemen, dengan demikian perceraian Inggris dengan Uni Eropa (Brexit) kemungkinan besar akan terjadi pada 31 Januari 2020, dengan masa transisi yang berlangsung hingga akhir tahun depan.

Ketika ditanya mengenai apakah pemerintah akan melegislasi pembatasan masa transisi tidak lebih dari tahun 2020, salah satu menteri senior Inggris, Michael Gove mengatakan "tepat sekali", sebagaimana diwartakan ²©²ÊÍøÕ¾ International.



Di tempat terpisah, dari Brussel pejabat Uni Eropa mengatakan jadwal perundingan dagang dengan Inggris "kaku" dan cenderung membatasi ruang lingkup untuk mencapai kesepakatan dagang.

Dengan singkatnya masa transisi, tentunya pembahasan perjanjian dagang harus dipercepat. PM Johnson dikatakan akan melakukan pendekatan yang lebih keras di masa transisi tersebut, yang memicu kecemasan akan keluarnya Inggris dari Uni Eropa tanpa kesepakatan (hard Brexit).

Sementara itu, Kamis kemarin rupiah mendapat tekanan dari pemakzulan Presiden AS Donald Trump oleh House of Representative (DPR).

Meski demikian, proses pemakzulan Trump masih belum selesai. Pengadilan pemakzulan Trump kini akan digelar di Senat AS, yang akan menentukan apakah Presiden AS ke-45 ini harus keluar dari Gedung Putih atau membebaskannya dari dua dakwaan pemakzulan.



Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjioyo dalam konferensi pers usai mengumumkan kebijakan moneter Kamis kemarin mengatakan dampak dari pemakzulan Presiden Trump terhadap rupiah hanya dalam jangka pendek.

"Perundingan dagang AS-China, Brexit, dan sebagainya tentu mempengaruhi pergerakan di pasar keuangan global, khususnya dari waktu ke waktu atau jangka pendek. Terkait impeachment, dalam jangka pendek tentu akan mempengaruhi kondisi pasar keuangan global termasuk nilai tukar," kata dia.

Selain itu, menjelang akhir tahun permintaan akan valas biasanya meningkat untuk kebutuhan korporasi untuk pembayaran dividen, pembayaran pokok/bunga utang, dan sebagainya, sehingga rupiah kembali melemah.

Melihat grafik harian, rupiah yang disimbolkan dengan USD/IDR bergerak di kisaran rerata pergerakan (moving average/MA) 5 hari (garis biru) dan di bawah MA 20/rerata pergerakan 20 hari (garis merah).

Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Sumber: investing.com


Indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (MACD) bergerak turun, dengan histogram yang di wilayah negatif. Indikator-indikator grafik harian ini mengindikasikan rupiah mulai mengumpulkan momentum penguatan. 

Grafik: Rupiah (USD/IDR) 1 Jam
Foto: investing.com


±Ê²¹»å²¹Ìýtime frame 1 jam, rupiah bergerak di kisaran MA 5 (rerata pergerakan 5 jam/garis biru) dan MA 20 (rerata pergerakan 20 jam/garis merah). Indikator Stochastic bergerak naik memasuki wilayah jenuh beli (overbought).

Rupiah masih bergerak di bawah level psikologis Rp 14.000/US$. Melihat indikator Stochastic yang overbought, selama tertahan di bawah Rp 14.000/US$, rupiah berpeluang memangkas pelemahan ke Rp 13.980/US$. Jika mampu menembus konsisten level tersebut, rupiah berpotensi menguat menuju RP 13.955/US$. 

Sementara menembus ke atas Rp 14.000/US$, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.020/US$.


TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular