
IMF Ramal Ekonomi Global Tumbuh Lambat, Harga Minyak Turun
Tirta Citradi, ²©²ÊÍøÕ¾
22 January 2020 10:45

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Harga minyak mentah kontrak kembali ditransaksikan melemah pagi ini. Ramalan Dana Moneter Internasional (IMF) soal perlambatan ekonomi global yang masih terjadi menjadi sinyal kurang baik untuk pasar energi terutama minyak mentah.
Rabu (22/1/2020), harga minyak mentah kontrak terkoreksi, dengan Brent turun 0,36% ke US$ 64,37/barel dan West Texas Intermediate (WTI) terpangkas lebih dalam yakni 0,51% ke level US$ 58,08/barel.
Dua hari lalu, IMF menyampaikan ramalannya terhadap perekonomian global untuk 2020 dan 2021. Hasilnya IMF merevisi turun tingkat pertumbuhan ekonomi global menjadi 3,3% pada 2020 dari ramalan Oktober tahun lalu sebesar 3,4%.
Sementara untuk tingkat pertumbuhan ekonomi tahun 2021, IMF merevisi turun angkanya menjadi 3,4% dari sebelumnya 3,6%. Penyebab dari masih lambatnya pertumbuhan ekonomi ini adalah tingkat pertumbuhan di emerging markets yang belum pulih benar terutama India.
"Kita masih belum mencapai titik baliknya" kata Kristalina Georgieva, Managing Director IMF di WEF. "Kenyataannya adalah kita masih menyaksikan pertumbuhan ekonomi masih melambat" tambahnya.
Ketika ekonomi global diramal masih akan melambat, maka berpotensi akan membuat permintaan minyak pun melambat. Inilah yang cukup dikhawatirkan oleh pasar dan membuat harga terkoreksi.
Selain itu konflik di Libya yang menyebabkan penutupan ladang minyak di El Sahara dan El Feel juga jadi faktor lain yang jadi sorotan.
Sejak April tahun lalu gesekan intens terjadi di antara keduanya. LNA yang dipimpin oleh Khalifa Haftar terus menerus melancarkan serangan ke Tripoli dengan maksud untuk mengepung dan menguasai ibu kota yang dikuasai oleh oleh pemerintahan sah yang diakui PBB. LNA sendiri saat ini menguasai sebagian besar wilayah timur Libya.
Puncaknya adalah dua hari lalu ketika ladang minyak Libya di bagian barat daya ditutup oleh kelompok LNA. Akibatnya produksi minyak Libya terancam menjadi 72.000 barel per hari (bpd) saja. Padahal sebelumnya produksi minyak Libya dapat mencapai 1,5 juta bpd. Hal ini menyebabkan harga minyak naik pada perdagangan kemarin.
Namun menurut kepala asosiasi industri perminyakan Jepang, gangguan yang terjadi pada pasokan tersebut dapat diimbangi dengan peningkatan produksi yang dapat dilakukan oleh organisasi negara pengekspor minyak (OPEC).
Tak sampai di situ saja, kini pasar juga mencermati merebaknya coronavirus di China. Virus ini dapat menjadi wabah dan mengganggu aktivitas perekonomian. Masalahnya, virus ini merebak kala mendekati liburan tahun baru China. Kini semua orang menjadi waspada.
Awalnya virus ini merebak di Wuhan, China. Sudah ada enam orang meninggal karena terserang virus ini. di Wuhan dilaporkan ada 300 orang yang terinfeksi virus ini. Hal itu diungkapkan langsung oleh Zhao Xianwang selaku Wali Kota Wuhan.
Tak hanya China saja, virus ini juga sudah menjangkiti beberapa negara lain seperti Korea Selatan, Jepang, Taiwan, hingga Thailand. Semua melibatkan turis China asal Wuhan. Merebaknya virus ini dengan cepat membuat otoritas Bandara menjadi lebih waspada dan lebih ketat. Orang-orang pun menjadi mempertimbangkan untuk bepergian.
TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾Â INDONESIA
(twg/twg) Next Article Libya Memanas, Harga Minyak Mentah Melambung
Rabu (22/1/2020), harga minyak mentah kontrak terkoreksi, dengan Brent turun 0,36% ke US$ 64,37/barel dan West Texas Intermediate (WTI) terpangkas lebih dalam yakni 0,51% ke level US$ 58,08/barel.
Dua hari lalu, IMF menyampaikan ramalannya terhadap perekonomian global untuk 2020 dan 2021. Hasilnya IMF merevisi turun tingkat pertumbuhan ekonomi global menjadi 3,3% pada 2020 dari ramalan Oktober tahun lalu sebesar 3,4%.
Sementara untuk tingkat pertumbuhan ekonomi tahun 2021, IMF merevisi turun angkanya menjadi 3,4% dari sebelumnya 3,6%. Penyebab dari masih lambatnya pertumbuhan ekonomi ini adalah tingkat pertumbuhan di emerging markets yang belum pulih benar terutama India.
Ketika ekonomi global diramal masih akan melambat, maka berpotensi akan membuat permintaan minyak pun melambat. Inilah yang cukup dikhawatirkan oleh pasar dan membuat harga terkoreksi.
Selain itu konflik di Libya yang menyebabkan penutupan ladang minyak di El Sahara dan El Feel juga jadi faktor lain yang jadi sorotan.
Sejak April tahun lalu gesekan intens terjadi di antara keduanya. LNA yang dipimpin oleh Khalifa Haftar terus menerus melancarkan serangan ke Tripoli dengan maksud untuk mengepung dan menguasai ibu kota yang dikuasai oleh oleh pemerintahan sah yang diakui PBB. LNA sendiri saat ini menguasai sebagian besar wilayah timur Libya.
Puncaknya adalah dua hari lalu ketika ladang minyak Libya di bagian barat daya ditutup oleh kelompok LNA. Akibatnya produksi minyak Libya terancam menjadi 72.000 barel per hari (bpd) saja. Padahal sebelumnya produksi minyak Libya dapat mencapai 1,5 juta bpd. Hal ini menyebabkan harga minyak naik pada perdagangan kemarin.
Namun menurut kepala asosiasi industri perminyakan Jepang, gangguan yang terjadi pada pasokan tersebut dapat diimbangi dengan peningkatan produksi yang dapat dilakukan oleh organisasi negara pengekspor minyak (OPEC).
Tak sampai di situ saja, kini pasar juga mencermati merebaknya coronavirus di China. Virus ini dapat menjadi wabah dan mengganggu aktivitas perekonomian. Masalahnya, virus ini merebak kala mendekati liburan tahun baru China. Kini semua orang menjadi waspada.
Awalnya virus ini merebak di Wuhan, China. Sudah ada enam orang meninggal karena terserang virus ini. di Wuhan dilaporkan ada 300 orang yang terinfeksi virus ini. Hal itu diungkapkan langsung oleh Zhao Xianwang selaku Wali Kota Wuhan.
Tak hanya China saja, virus ini juga sudah menjangkiti beberapa negara lain seperti Korea Selatan, Jepang, Taiwan, hingga Thailand. Semua melibatkan turis China asal Wuhan. Merebaknya virus ini dengan cepat membuat otoritas Bandara menjadi lebih waspada dan lebih ketat. Orang-orang pun menjadi mempertimbangkan untuk bepergian.
TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾Â INDONESIA
(twg/twg) Next Article Libya Memanas, Harga Minyak Mentah Melambung
Most Popular