
Opsi Merger Nissan-Renault-Mitsubishi Batal, Kenapa?

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Tiga pabrikan otomotif papan atas global yakni Renault asal Prancis, Nissan Motor Co dan Mitsubishi Motors Corp asal Jepang batal memilih opsi merger. Ketiganya menegaskan akan memperkuat kerja sama dua kali lipat dari sebelumnya untuk memproduksi mobil demi menekan biaya dan menyelamatkan aliansi yang sempat bermasalah.
Sumber Reuters mengungkapkan, ketiga pabrikan otomotif ini memang terpukul keras akibat pandemi virus corona (Covid-19) tepat ketika mereka mencoba memperbaiki kemitraan setelah sang arsitek utama aliansi tersebut yakni Carlos Ghosn (CEO Renault dan Nissan) ditangkap belum lama ini.
Kejadian ini mendorong adanya merger ketiganya kendati ada perlawanan keras dari Nissan. Seperti diketahui, Nissan sebelumnya menolak proposal Renault untuk merger karena para eksekutif merasa produsen mobil Prancis itu pernah bersikap tak adil, sehingga dikhawatirkan akan memicu perselisihan di kemudian hari.
Pada September 2017, ketiganya mengumumkan rencana strategis dalam satu aliansi demi menjadi pembuat mobil terbesar di dunia pada tahun 2022. Namun pada Rabu kemarin (27/5), aliansi itu akan menguraikan rencana baru demi bisa bertahan di tengah pandemi.
Sumber Reuters menyatakan rencana baru yang dimaksud yakni mensyaratkan adanya pemotongan biaya kendaraan aliansi sebesar seperlima, menggabungkan manufaktur berdasarkan wilayah dan memanfaatkan desain bersama. Kesemuanya dimaksudkan sebagai perjanjian damai ketiganya.
"Kami tidak perlu merger agar efisien," kata Chairman Renault Jean-Dominique Senard, pada konferensi pers bersama, dikutip ²©²ÊÍøÕ¾Â International, Kamis (28/5/2020).
Senard juga menegaskan bahwa relasi dengan Daimler Jerman, pemilik Mercedes-Benz, dapat diperkuat. Dia berharap akan segera menyampaikan pengumuman resmi kerja sama dengan Daimler dalam beberapa minggu mendatang.
Renault dan Nissan adalah pabrikan mobil global yang paling terdampak coronavirus dan tidak memiliki rencana yang jelas untuk memanfaatkan aliansi mereka agar pulih dari keterpurukan, apalagi ditambah adanya beban investasi dalam kendaraan listrik dan teknologi tinggi lainnya.
Pesaing mereka seperti Peugeot dan Fiat Chrysler, justru lebih maju dengan rencana mereka berbagi biaya dan desain, sementara dua pabrikan mobil terbesar yakni Volkswagen dan Toyota, juga sudah beroperasi sebagai unit tunggal saat global di tengah dihantam tekanan Covid-19 ini.
Saham Renault di Euronext, yang sempat ambles ditekan ketegangan dengan Nissan dan kerugian pertama mereka dalam satu dekade pada tahun 2019, justru melonjak hampir 20% setelah pengumuman hari Rabu kemarin.
Adapun saham Daimler di Bursa Frankfurt melonjak sebanyak 10%, sementara Nissan di Bursa Tokyo ditutup 5,5% lebih tinggi.
Renault juga akan menerima bantuan dari Prancis sebesar 5 miliar euro (U$ 5,5 miliar) atau setara Rp 82 triliun (asumsi kurs Rp 14.900/uS$) meskipun pemerintah Prancis menginginkan Renault tetap mengembalikan produksi mobil di Prancis.
"Rencana [aliansi/merger] sebetulnya telah dirancang adalah untuk menghindari saling menginjak [kompetisi], tetapi mungkin ada beberapa kerugian efisiensi, karena ada batasan yang harus mereka hormati," kata Chris Richter, analis riset senior di perusahaan broker CLSA.
Renault, Nissan dan Mitsubishi, yang bergabung dengan aliansi ini, sebelumnya telah berselisih karena perbedaan budaya perusahaan dan pandangan yang menentang struktur.
Renault memiliki 43% dari Nissan, sementara Nissan memiliki 15% Renault tetapi tidak memiliki hak suara. Nissan telah menolak proposal untuk merger penuh karena eksekutif merasa Renault tidak membayar bagian yang adil untuk pekerjaan teknik yang dilakukannya di Jepang.
(tas/sef) Next Article Tsunami PHK Otomotif, Renault Pangkas 15 Ribu Pekerja