
Baru Dibuka Anies Pertengahan Juni, Saham Mal Langsung Drop
Tri Putra, ²©²ÊÍøÕ¾
04 June 2020 16:13

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Selain sektor transportasi, perhotelan, dan pariwisata, sektor yang terdampak paling parah karena adanya pandemi virus Covid-19 tentunya adalah sektor Developer atau pengelola pusat perbelanjaan alias mal dan sektor ritel yang biasanya menjadi tenant di mal tersebut.
Semenjak diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta sejak April lalu pengelola mal dipaksa menutup usahanya, kalaupun diperbolehkan buka, tenant yang diijinkan beroperasi hanyalah tenant yang bergerak di industri tertentu seperti pasar swalayan, farmasi, dan restoran itupun dengan catatan tidak boleh makan di tempat.
Maka dari itu tidak heran mal-mal sepi pengunjung, dan pengelola mal juga bingung dalam membayar pengeluarannya ketika pemasukan berkurang drastis.
Hal ini membuat harga saham-saham pengelola mal dan sektor ritel yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) ambruk.
Hari ini kembali muncul kabar buruk bagi emiten pengelola mal dan perusahaan ritel, kabar buruk tersebut berupa kepastian dari Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan akan nasib pusat perbelanjaan dan mal.
"Pusat perbelanjaan atau mal dan pasar yang non-pangan, baru bisa dimulai pada hari Senin tanggal 15 Juni" Ujar Anies, di Balai Kota, Selasa (4/06/2020).
Ternyata setelah menunggu lama selama 2 bulan mal-mal masih belum diijinkan untuk beroperasi pada periode pelonggaran PSBB ini dan harus menunggu 2 minggu lagi itupun tidak bisa beroperasi penuh.
Sontak setelah pengumuman dari DKI 1 pada jam 12:00 WIB ini di sesi 2 harga-harga saham perusahaan pengelola mal dan perusahaan yang bergerak di sektor ritel yang tadinya hijau langsung terpangkas bahkan berberapa harus rela berakhir di zona merah.
Dampak paling parah dari pengumuman ini terjadi pada saham PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), yang merupakan pemilik Summarecon Bekasi dan Summarecon Serpong penguatannya pada sesi 1 terpangkas 9,40% ke level harga Rp 530/unit. SMRAÂ harus finis di zona merah dengan penurunan sebesar 0,93%.
Nasib yang sama juga terjadi di sektor ritel, PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) yang sedang asik nongkrong di zona hijau, tiba-tiba kenaikannya terpangkas 3,66% dan terpaksa ditutup turun 0,94% di level harga Rp 1.575/saham.
TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA
(trp/hps) Next Article Anies & RK Perpanjang PSBB, Begini Gerak Saham Mal & Ritel
Semenjak diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta sejak April lalu pengelola mal dipaksa menutup usahanya, kalaupun diperbolehkan buka, tenant yang diijinkan beroperasi hanyalah tenant yang bergerak di industri tertentu seperti pasar swalayan, farmasi, dan restoran itupun dengan catatan tidak boleh makan di tempat.
Maka dari itu tidak heran mal-mal sepi pengunjung, dan pengelola mal juga bingung dalam membayar pengeluarannya ketika pemasukan berkurang drastis.
Hal ini membuat harga saham-saham pengelola mal dan sektor ritel yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) ambruk.
Hari ini kembali muncul kabar buruk bagi emiten pengelola mal dan perusahaan ritel, kabar buruk tersebut berupa kepastian dari Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan akan nasib pusat perbelanjaan dan mal.
"Pusat perbelanjaan atau mal dan pasar yang non-pangan, baru bisa dimulai pada hari Senin tanggal 15 Juni" Ujar Anies, di Balai Kota, Selasa (4/06/2020).
Ternyata setelah menunggu lama selama 2 bulan mal-mal masih belum diijinkan untuk beroperasi pada periode pelonggaran PSBB ini dan harus menunggu 2 minggu lagi itupun tidak bisa beroperasi penuh.
Sontak setelah pengumuman dari DKI 1 pada jam 12:00 WIB ini di sesi 2 harga-harga saham perusahaan pengelola mal dan perusahaan yang bergerak di sektor ritel yang tadinya hijau langsung terpangkas bahkan berberapa harus rela berakhir di zona merah.
Dampak paling parah dari pengumuman ini terjadi pada saham PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), yang merupakan pemilik Summarecon Bekasi dan Summarecon Serpong penguatannya pada sesi 1 terpangkas 9,40% ke level harga Rp 530/unit. SMRAÂ harus finis di zona merah dengan penurunan sebesar 0,93%.
Nasib yang sama juga terjadi di sektor ritel, PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) yang sedang asik nongkrong di zona hijau, tiba-tiba kenaikannya terpangkas 3,66% dan terpaksa ditutup turun 0,94% di level harga Rp 1.575/saham.
TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA
(trp/hps) Next Article Anies & RK Perpanjang PSBB, Begini Gerak Saham Mal & Ritel
Most Popular