²©²ÊÍøÕ¾

Terlalu Banyak yang Ditunggu, Rupiah Jadi Susah Maju

Hidayat Setiaji, ²©²ÊÍøÕ¾
18 August 2020 09:10
Ilustrasi Rupiah dan dolar (²©²ÊÍøÕ¾/Andrean Kristianto)
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (²©²ÊÍøÕ¾/Andrean Kristianto)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ -ÌýNilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Terlalu banyak yang ditunggu oleh pelaku pasar, sehingga rupiah belum dijadikan pilihan.

Pada Selasa (18/8/2020), US$ 1 setara dengan Rp 14.700 kala pembukaan pasar spot. RupiahÌýmenguat 0,14% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.

Namun rupiah tidak bisa berlama-lama bersantai di zona hijau. Pada pukul 09:02 WIB, US$ 1 dibanderolÌýRp di mana rupiah melemah 0,2%.

Rupiah baru kembali dari libur panjang. Kemarin, pasar keuangan Indonesia tutup memperingati Hari Kemerdekaan.

Ini menjadi salah satu alasan mengapa rupiah melemah. Investor perlu menyesuaikan diri dengan berbagai sentimen yang terlewatkan. Perlu waktu untuk mencerna, sehingga laju rupiah tertahan.

Kemudian, ada sejumlah data penting yang dirilis hari ini dan besok. Untuk hari ini, ada dua yaitu perdagangan internasional periode Juli 2020 dan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal II-2020.

Konsensus pasar yang dihimpun ²©²ÊÍøÕ¾ memperkirakan ekspor kembali terkontraksi (tumbuh negatif) cukup dalam yaitu -18,205% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY). Kontraksi impor bahkan lebih parah lagi yaitu -22,965% YoY. Ini membuat neraca perdagangan diramal surplus US$ 629 juta.

Meski neraca perdagangan tidak tekor, tetapi kejatuhan ekspor-impor yang begitu dalam tentu membuat alarm tanda bahaya kembali menyala. Jangan-jangan pemulihan ekonomi pada kuartal III-2020 hanya harapan semu, pepesan kosong, palsu belaka...

Sementara Bank Indonesia (BI) memberi ancer-ancer bahwa transaksi berjalan, yang merupakan salah satu pos dalam NPI, akan membukukan defisit di bawah 1,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Pada kuartal sebelumnya, defisit transaksi berjalan tercatat 1,4% PDB.

Defisit transaksi berjalan yang terkendali membuat pasokan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa membaik. Setidaknya 'lubang' di transaksi berjalan lebih kecil sehingga tidak membutuhkan talangan dari arus modal portofolio alias hot money yang terlalu banyak.

Sepanjang 2020, BI memperkirakan defisit transaksi berjalan berada di kisaran 1,5% PDB. Lumayan jauh melandai dibandingkan 2019 yang sebesar 2,72% PDB.

Menipisnya defisit transaksi berjalan, yang terlihat dari impor yang masih lambat, bisa menjadi sentimen positif bagi rupiah. Devisa yang 'terbakar' untuk kebutuhan impor lebih sedikit sehingga membuat rupiah punya alasan untuk menguat.

Sementara esok hari, BI akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG). Konsensus pasar yang dihimpun ²©²ÊÍøÕ¾ memperkirakan suku bunga acuan bertahan di 4%.

Ada alasan kuat mengapa MH Thamrin sepertinya belum menurunkan BI 7 Day Reverse Repo Rate. Mandat utama bank sentral adalah menjaga stabilitas nilai tukar mata uang.

Wajar kalau BI mungkin agak gerah dengan perkembangan nilai tukar rupiah akhir-akhir ini. Di hadapan dolar Amerika Serikat (AS), mata uang Ibu Pertiwi melemah 2,4% dalam sebulan ke belakang.

Penurunan suku bunga acuan akan ikut menarik bawah imbalan aset-aset berbasis rupiah, terutama aset berpendapatan tetap seperti obligasi. Ketika insentif untuk mengoleksi obligasi berkurang, maka investor akan cenderung menghindar. Sekarang saja terlihat investor, terutama asing, sedang dalam tren melepas obligasi pemerintah.

Per 13 Agustus, kepemilikan investor asing di Surat Berharga Negara (SBN) tercatat Rp 942,52 triliun. Turun dibandingkan posisi akhir bulan sebelumnya yaitu Rp 945,79 triliun.

Tanpa aliran modal asing, rupiah akan kekurangan 'darah' dan bisa semakin melemah. BI tentu tidak ingin rupiah melemah, apalagi dalam laju yang cepat.

Oleh karena itu, perlu ada 'pemanis' agar arus modal asing tetap masuk ke pasar keuangan Tanah Air. Salah satu caranya adalah tidak membuat suku bunga lebih rendah lagi.

Penantian investor terhadap NPI, data perdagangan, dan suku bunga acuan membuat rupiah sulit ke mana-mana. Ditambah dengan pekan yang lagi-lagi singkat karena ada libur perayaan Tahun Baru Hijriyah. Investor akan semakin ogah-ogah, dan nasib rupiah jadi terombang-ambing.

TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular